Untuk kedua kalinya berturut-turut, Gresyia Polii/Apriyani rahayu dihentikan pasangan ganda putri Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara pada semifinal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis. Indonesia menyisakan harapan pada ganda putra yang memastikan satu tempat di final.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BASEL, SABTU - Setelah dua kali mencapai semifinal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, Greysia Polii bercita-cita melebihi pencapaian tersebut. Harapan itu tak terwujud karena Greysia dan partnernya, Apriyani Rahayu, kembali terhenti pada babak yang sama.
Dalam laga di Stadion St Jakobshalle, Basel, Swiss, Sabtu (24/8/2019), Greysia/Apriyani kalah dari juara bertahan, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang), 12-21, 19-21. Lawan yang sama menghentikan ganda Indonesia peringkat kelima dunia itu semifinal tahun lalu di Nanjing, China. Semifinal lainnya dicapai Greysia pada Kejuaraan Dunia 2015 saat berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari.
Lawan yang dihadapi Greysia/Apriyani tahun ini di Basel pada perempat final dan semifinal sama seperti di Nanjing. Mereka menang atas Chen Qingchen/Jia Yifan (China) pada perempat final sebelum dikalhkan dikalahkan Matsumoto/Nagahara pada empat besar.
Kekalahan itu membuat ganda putri tak juga menghasilkan juara dunia sejak kejuaraan tertinggi dalam struktur turnamen Federasi Bulu Tangkis Dunia ini digelar pada 1977. Dalam 26 penyelenggaraan, ganda putri hanya melahirkan dua finalis, yaitu Verawaty/Imelda Wigoeno (1980) dan Lili Tampi/Finarsih (1995).
Tugas belum selesai
Dua dari tiga ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, menjadi yang terbaik pada paruh atas undian dengan saing berhadapan pada semifinal. Meski tiket final telah dipastikan, tugas belum selesai.
”Berdasarkan undian, satu wakil ke final sudah memenuhi target, tetapi kami ingin juara. Tugas belum selesai,” kata pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi jelang pertemuan Hendra/Ahsan dan Fajar/Rian Minggu dinihari WIB.
Tiga dari empat ganda putra Indonesia, yaitu Hendra/Ahsan, Fajar/Rian, dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, berada pada paruh atas undian. Satu-satunya yang berada di paruh bawah adalah Berry Angriawan/Hardianto.
Posisi tersebut hanya memungkinkan Indonesia menempatkan satu wakil pada final dan itu tercapai dengan hadirnya dua pasangan ”Merah Putih” di semifinal. Hendra/Ahsan atau Fajar/Rian akan berhadapan dengan juara bertahan, Li Junhui/Liu Yuchen (China) atau Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang).
Bagi Hendra/Ahsan, ini menjadi semifinal ketiga dalam empat Kejuaraan Dunia. Dua gelar mereka raih pada 2013 dan 2015. Ini juga menjadi semifinal ketujuh sepanjang tahun ini.
Bagi Fajar/Rian, hasil ini lebih baik dari penampilan buruk pada lima turnamen terakhir, yaitu empat kali tersingkir pada babak pertama dan kedua. Selain membenahi kekurangan, termasuk memperkuat otot lengan, mereka mendapat pembekalan psikologis dari PBSI.
Herry menilai, selama di Basel, Fajar/Rian, yang cenderung lebih lebih tenang dibandingkan penampilan Kevin/Marcus, tampil lebih ngotot. ”Mereka juga lebih berani mencoba pola main dan pukulan di luar kebiasaan,” kata Herry.
Setelah tersisih pada babak kedua di Nanjing Dunia 2018, Fajar/Rian pun bangga lolos ke empat besar di Basel. ”Tetapi, jangan puas diri dulu. Masih ada pertandingan lain,” kata Rian setelah mereka mengalahkan Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan), 21-13, 21-17, pada perempat final. Choi/Seo menyingkirkan Kevin/Marcus pada babak kedua.
”Penampilan kami akhir-akhir ini kurang bagus. Di sini, semoga bisa memberi yang terbaik,” tambah Fajar.
Tentang Hendra/Ahsan, yang mereka kalahkan pada semifinal Jerman Terbuka 2018, Fajar/Rian menyebut mereka patut dicontoh. ”Mereka senior tapi masih ada pada performa terbaik dan belakangan ini benar-benar luar biasa. Kami salut pada mereka, tetapi di lapangan tak ada yang tak mungkin,” tutur Fajar.
Kepastian satu tempat di final lebih baik dibandingkan dengan hasil di Nanjing 2018, saat hasil terbaik diraih Greysia/Apriyani di semifinal. Ganda putra juga memperlihatkan kembali kekuatan mereka.
”Siapa pun wakil ganda putra Indonesia di final, semoga mereka bisa berjuang keras untuk juara dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ujar Manajer Tim Indonesia Susy Susanti.
Adapun final tunggal putri kembali mempertemukan Nozomi Okuhara (Jepang) dan Pusarla V Sindu (India). Bagi Sindhu, ini upaya ketiga menjadi juara dunia setelah kalah di final 2017 dari Okuhara dan dari Carolina Marin (Spanyol) pada final 2018.
”Final nanti akan berbeda. Saya akan memberikan semua kemampuan dan tinggal melihat hasilnya,” ujar Sindhu dikutip dari laman resmi BWF.
Sementara itu, dua juara bertahan, Kento Momota (Jepang) dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), memperoleh kesempatan untuk membawa kembali gelar juara dunia, masing-masing di tunggal putra dan ganda campuran, dengan lolos ke final. Zheng/Huang menyisihkan unggulan ketiga asal Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, 21-11, 21-15.
Adapun Momota ke final setelah mengalahkan Sai Praneeth (India), 21-13, 21-8, pada semifinal. Praneeth adalah pemain berturut-turut menyingkirkan Anthony Sinisuka Ginting di babak ketiga dan Jonatan Christie di perempat final.