Talenta Muda di Istana Negara
Ruang utama Istana Negara, pada Agustus 2019 ini, dua kali tampil beda. Jika biasanya digunakan untuk sidang kabinet paripurna ataupun pelantikan pejabat negara, kali ini alunan musik tradisional dan modern mengisi ruang.
Pertunjukan pertama dilakukan kelompok musik RAN serta kelompok paduan suara dan orkestra yang beranggotakan orang-orang muda berusia 15-23 tahun bernama Gita Bahana Nusantara. Mereka tampil menghibur Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang baru saja bertugas dalam Peringatan Detik-detik Proklamasi, 17 Agustus petang.
Pada Jumat (23/8/2019) petang lalu, ruang utama Istana Negara kembali dimeriahkan dengan harmoni musik. Bagi staf yang sudah bekerja di Istana Negara selama bertahun-tahun, acara ini tergolong unik karena jarang terjadi.
Presiden Joko Widodo memang kerap memberi ruang bagi para pekerja kreatif. Film anak karya sineas Indonesia Riri Riza dan Mira Lesmana Kulari ke Pantai sempat diputar di Istana Negara, 20 Juli lalu. Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana pun menonton bersama anak-anak.
Kali ini, panggung disiapkan untuk sejumlah anak Indonesia yang bertalenta di bidang musik. Dikemas dalam panggung bertajuk ”Talenta Musik Bhinneka Tunggal Ika”, anak-anak tersebut menampilkan beragam kebolehan mereka dalam bermusik.
Ganzer Lana yang memainkan sasando dan Gregorius Argo dengan gitar sapenya berkolaborasi dengan Lyodra Ginting, penyanyi asal Medan yang memenangi kompetisi menyanyi khusus penyanyi solo 6-15 tahun, Festival Sanremo Junior 2017 di Italia. Lagu ”Rumah Kita” menggema sekaligus menunjukkan Indonesia rumah semua warganya yang beragam.
Ganzer dan Argo, dua sahabat yang sama-sama kuliah etnomusikologi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mencoba ”mengawinkan” alat musik yang beda asal ini. Sasando berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sedangkan gitar sape dari Kalimantan.
Bukan hanya itu, keduanya pun mengembangkan alat musik tradisional ini. Harapannya, kaum milenial semakin akrab dan menyukai musik etnis. ”Kami ingin membuat terobosan agar anak muda juga senang bahwa musik etnik bisa juga untuk musik modern,” kata Ganzer.
Karena itu, gitar sape yang digunakan Argo sudah dikembangkan dari gitar sape tradisional. Gitar Argo tak lagi memiliki tiga atau empat senar yang hanya menghasilkan melodi, tetapi dimodifikasi menjadi sembilan senar. Instrumen tradisional ini pun bisa menjadi bass dan rythm. Nadanya tak lagi pentatonis, tetapi kromatis.
Ruang untuk talenta Indonesia juga dibuka untuk Kafin Sulthan yang menginterpretasi ulang lagu-lagu Indonesia. Kafin yang berkolaborasi dengan bassist Priska Yosephine dan gitaris Josephine Alexandra menampilkan dua karya Ibu Sud ”Naik-naik ke Puncak Gunung” dan ”Naik Becak” dalam nuansa jazz.
Kekayaan budaya dan seni juga, tambah pianis Ananda Sukarlan yang hadir dalam acara ini, perlu terus dikembangkan dan dilestarikan, termasuk di sekolah-sekolah. Sebab, seni dan budaya membentuk karakter bangsa yang berbudaya, berpikir kritis, dan mampu saling menghargai sesama.
Penyanyi cilik asal Papua, Vien Reyes, menyanyikan lagu ”Indonesia Pusaka”, sedangkan trio rapper cilik asal Nusa Tenggara Timur, Carlos, Aldo, dan Revan, membawakan lagu yang dipopulerkan Iwa K ”Malam Ini Indah”. Vien dan trio rapper cilik yang bergabung dalam grup RDP Generation menunjukkan kebolehannya kepada Presiden Jokowi secara langsung saat berinteraksi sebelum acara dimulai. Kelompok Trust Orchestra juga menunjukkan kebolehan mereka bernyanyi disertai gerakan Tari Kecak kepada Presiden.
Acara ini menjadi bagian dari fokus pembangunan sumber daya manusia pada pemerintahan Presiden Jokowi lima tahun ke depan. Dalam beberapa kesempatan, Presiden menyebut tentang manajemen talenta untuk mengelola sumber daya manusia Indonesia.
Pengembangan
Staf khusus Kantor Staf Kepresidenan Avanti Fontana mengatakan, untuk mengoptimalkan talenta-talenta yang ada di berbagai bidang, perlu ada ekosistem pengembangan talenta nasional baru. Menurut dia, ke depan pemerintah akan melakukan identifikasi talenta-talenta muda Indonesia di berbagai bidang.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf dalam sambutannya mengatakan, para talenta muda yang hadir berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan memiliki kemampuan beragam. Keragaman tersebut, menurut dia, sekaligus menunjukkan kekayaan bangsa Indonesia.
”Ke depan, anak-anak muda yang tumbuh terus-menerus dari seluruh Indonesia akan menjadi pengisi-pengisi, istilahnya sekarang, konten-konten bagi kekayaan budaya kita,” kata Triawan.
Kekayaan budaya dan seni juga, tambah pianis Ananda Sukarlan yang hadir dalam acara ini, perlu terus dikembangkan dan dilestarikan, termasuk di sekolah-sekolah. Sebab, seni dan budaya membentuk karakter bangsa yang berbudaya, berpikir kritis, dan mampu saling menghargai sesama.
Para musisi muda pun berharap pemerintah mendukung dan memberi ruang lebih luas. Ganzer dan Argo, misalnya, ingin memperkenalkan instrumen tradisional Indonesia seluas-luasnya.
Adapun Betari (31), penyanyi difabel asal Bandung, memaknai acara Talenta Muda Bhinneka Tunggal Ika sebagai saling berbagi dan belajar sembari mengikat tali persatuan dan persaudaraan. Kendati mengalami keterbatasan penglihatan, Betari tampil memukau bersama penyanyi asal Medan, Eltasya Natasya, dan harpist asal Surabaya, Jessica Sudarta. Ketiganya membawakan lagu ”Anganku Anganmu” yang sebelumnya dipopulerkan Raisa dan Isyana Sarasvati.
Kendati acara ini menampilkan talenta-talenta muda di bidang musik, banyak juga talenta- talenta di bidang lain yang hadir. Abdul Malik Nurokhman (17) dan R Fausta (18), peraih medali emas dan perak dalam International Olympiad in Informatics 2019 juga hadir. Keduanya bersama dua teman lainnya baru saja pulang dari Baku, Azerbaijan, dan membawa medali emas, 2 medali perak, dan 1 medali perunggu.
Dua pembina mereka, Inggriani dan Adi Mulyanto, berharap computational thinking bisa segera menjadi bagian dari pelajaran informatika di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
”Ini modal untuk memasuki revolusi industri 4.0,” ujar Adi yang juga pengajar teknik informatika di Institut Teknologi Bandung.
Ke depan, para talenta tersebut akan mendapat ruang lebih luas di Istana. Sebab, kata Triawan menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo, Istana adalah milik kita. Pada bulan kemerdekaan, sembari merenungi perjuangan para pahlawan yang berhasil mengantarkan negeri ini bebas dari kolonialisme, kehadiran para talenta muda ini membuat bangsa ini makin optimistis menatap masa depan. Sebab, di tangan merekalah, negeri ini akan dititipkan.