China menyatakan keinginan untuk menyelesaikan masalah perang dagang dengan Amerika Serikat dengan negosiasi yang damai. Hingga kini, eskalasi perang dagang di antara kedua negara kian mengkhawatirkan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — China menyatakan keinginan untuk menyelesaikan masalah perang dagang dengan Amerika Serikat dengan negosiasi yang damai. Hingga kini, eskalasi perang dagang di antara kedua negara kian mengkhawatirkan.
Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan, eskalasi perang dagang tidak menguntungkan kedua belah pihak dan global. Dengan demikian, China berharap kedua negara dapat mencapai solusi.
”Kami bersedia menyelesaikan masalah melalui konsultasi dan kerja sama dalam sikap yang tenang. Kami dengan tegas menentang eskalasi perang dagang,” ujar Liu, yang merupakan negosiator perjanjian perdagangan, dalam sebuah konferensi teknologi di Chongqing, Senin (26/8/2019).
Tanggapan itu dikeluarkan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pajak impor tambahan atas produk China senilai 550 miliar dollar AS pada 23 Agustus 2019. Pengenaan pajak tambahan dilakukan tak lama setelah China memberlakukan kenaikan tarif impor atas produk AS senilai 75 miliar dollar AS.
Tidak hanya itu, Trump pernah mengancam untuk memerintahkan perusahaan-perusahaan AS keluar dari China. Meskipun begitu, belum jelas bagaimana rencana tersebut akan dilaksanakan.
Menanggapi hal tersebut, Liu menyampaikan, Pemerintah China menyambut perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk berinvestasi dan beroperasi di China. Undangan ini juga berlaku bagi AS.
”Kami akan terus menciptakan iklim investasi yang baik, melindungi hak kekayaan intelektual, mempromosikan pengembangan industri dengan pasar terbuka kami, menolak tegas blokade teknologi, serta melindungi kelengkapan rantai pasokan global,” tutur Liu.
Tanggapan Liu menunjukkan China berusaha bersikap tenang atas ancaman AS. Sedikit berbeda, media massa China justru secara terang-terangan mengkritik pedas AS.
Trump mengancam akan memerintahkan perusahaan-perusahaan AS keluar dari China.
The Global Times, tabloid dari Partai Komunis, menuliskan, perusahaan AS sama seperti ”bunuh diri” jika keluar dari pasar China. ”Perusahaan AS diterima untuk berinvestasi dan beroperasi di pasar China. Namun, jika beberapa bergabung dalam perang dagang, maka hasilnya buruk,” tulisnya dalam tajuk rencana.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menuturkan, Trump dapat memerintahkan perusahaan AS keluar dari China berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Hal itu bisa terjadi apabila Presiden AS mendeklarasikan adanya darurat nasional.
Sejauh ini, perang dagang AS-China telah mengganggu pertumbuhan ekonomi global, merusak hubungan dengan negara mitra, dan menimbulkan ketakutan pasar bahwa ekonomi dunia akan menuju resesi.
Yuan melemah
Mata uang China melemah ke titik terendah dalam 22 tahun terakhir akibat kekhawatiran atas perang dagang AS-China dan potensi resesi global. Yuan berada pada level 7,14 terhadap dollar AS dalam perdagangan hari ini setelah investor mengalihkan aset.
Yuan tidak dapat dikonversi secara bebas. China membatasi pergerakan yuan terhadap dollar untuk mencerminkan tren pasar dan mengendalikan volatilitas. Belakangan, China dituding melakukan depresiasi terhadap yuan agar ekspor China semakin murah untuk mengimbangi beban tarif impor AS.
Kementerian Keuangan AS mengeluarkan pernyataan, AS menganggap China sebagai manipulator mata uang. Oleh karena itu, AS akan menggandeng Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menyikapi tindakan China yang dinilai tidak adil. (REUTERS/AFP)