BANGKOK, KOMPAS—Generasi muda menjadi salah satu penentu dalam membenahi kualitas lingkungan di dunia. Untuk itu dalam pertemuan Sharing The Dream ASEAN Camp, para peserta yang merupakan mahasiswa perwakilan sejumlah negara di Asia Tenggara mengajukan usulan ataupun rencana aksi untuk mengatasi masalah lingkungan dengan konsep ekonomi sirkular.
Tim mahasiswa dari berbagai negara berkolaborasi memaparkan usulan untuk memperbaiki mutu lingkungan dengan konsep ekonomi sirkular di tingkat komunitas maupun regional, Minggu (25/8/2019), di Bangkok, Thailand. Sejumlah isu yang diangkat antara lain, buruknya kualitas air minum, deforestasi, pencemaran udara, limbah tekstil, dan persoalan sampah, terutama plastik.
Ekonomi sirkular adalah model pembangunan ekonomi berkelanjutan yang mengedepankan lingkungan dan sosial. Fokus ekonomi sirkular antara lain daur ulang produk, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, perpanjangan masa pakai produk, kesejahteraan warga, dan pengurangan sampah. (Kompas, 23 Oktober 2018)
Tim dari Kamboja memaparkan usulan proyek air bersih melalui edukasi kepada anak-anak dan orangtua serta penggunaan filter air. “Di Kamboja, diare jadi penyebab utama kematian pada anak berusia di bawah lima tahun. Perlu kolaborasi dengan pemerintah dan organisasi nonpemerintah untuk menyediakan air bersih,” kata Samnang, mahasiswa dari Kamboja.
Akbar Ghifari, mahasiswa jurusan Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung, menyatakan, pertemuan tersebut membuatnya menjadi lebih mengerti tentang masalah sosial dan lingkungan di sekitarnya. Komitmen bersama para peserta untuk menjadi bagian dari solusi atas masalah lingkungan memerkuat semangatnya untuk peduli lingkungan.
Dalam pertemuan itu, tim dari Indonesia memaparkan tentang persoalan limbah tekstil yang merupakan salah satu sumber utama pencemaran. Pengelolaan limbah tekstil agar bisa dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai tambah menjadi fokus utama usulan mereka.
Menurut Okta Widiawanti, mahasiswi jurusan jurnalistik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, di daerah Padasuka, Soreang, Kabupaten Bandung, sekitar 70 persen penduduk bekerja di industri tekstil dan menghasilkan sekitar 22,4 ton limbah testil per hari. “ Kami mengusulkan mendaur ulang limbah tekstil jadi tas dan mebel,” ujarnya.
Dr Kasem Wattanachal, Direktur dan Ketua Komite Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Pembangunan Berkelanjutan SCG, menyambut positif rencana aksi yang digagas generasi muda untuk membenahi kualitas lingkungan. “Dalam konsep ekonomi sirkular, tindakan berskala kecil atau lokal memberi dampak secara global,” katanya.
Penerapan konsep itu juga membutuhkan kolaborasi dengan sejumlah pihak terkait termasuk pemerintah, komunitas, dan organisasi nonpemerintah. Berbagai produk yang dihasilkan dari daur ulang limbah juga mesti memiliki nilai tambah secara ekonomi dan dapat dipasarkan, sehingga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Peduli lingkungan
Pertemuan yang dimulai sejak Kamis (22/8/2019) tersebut diikuti 73 mahasiswa dari Indonesia, Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja, Filipina, dan Vietnam. Mereka merupakan penerima beasiswa dari PT SCG, perusahaan Thailand yang bergerak di bidang industri semen, bahan kimia, dan pengemasan, serta sedang mengembangkan ekonomi sirkular.
Dari Indonesia, tercatat ada 10 mahasiswa mengikuti pertemuan tersebut. Mereka adalah mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Selain presentasi usulan untuk membenahi lingkungan, para peserta juga diajak menjadi bagian dari solusi atas masalah lingkungan dan menumbuhkan kepedulian sosial. Dalam kunjungan ke Distrik Rayong, Thailand, peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok diajak untuk membuat rumah bagi biota laut, termasuk ikan, dengan merakit pipa-pipa.
Fisey, mahasiswa dari CamEd Business School, Kamboja, mengaku senang dapat terlibat dalam pembuatan rumah bagi biota laut untuk mengurangi pencemaran laut dan meningkatkan populasi ikan. “ Ini berat juga, tapi menyenangkan,” ujarnya seusai merakit pipa bersama peserta dari sejumlah negara, Sabtu (24/8/2019).