BASEL, MINGGU - Gelar juara dunia yang didapat Hendra Setiawan pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 menyejajarkan namanya dengan legenda bulu tangkis Indonesia lainnya, Liliyana ”Butet” Natsir. Hendra meraih gelar keempatnya bersama Mohammad Ahsan, partner yang juga menemaninya menjadi juara dunia 2013 dan 2015.
Pada laga final di St Jakobshalle, Basel, Swiss, Minggu (24/9/2019), Hendra/Ahsan mengalahkan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), 25-23, 9-21, 21-15. Satu gelar lain didapat Hendra berpasangan dengan Markis Kido pada 2007.
”Final sebelumnya membuat kami lebih bisa menikmati pertandingan. Kami juga mempersiapkan mental karena itu faktor penting untuk tampil di final,” kata Hendra yang menjadi juara dunia tepat di hari ulang tahunnya ke-35.
Hasil tersebut membuat Hendra menyamai rekor Butet sebagai pebulu tangkis Indonesia dengan gelar juara dunia terbanyak. Butet, yang pensiun sebagai atlet pada Januari 2019 itu, menjadi juara dunia ganda campuran pada 2005 dan 2007 bersama Nova Widhianto. Butet kembali menjadi juara bersama Tontowi Ahmad pada 2013 dan 2017.
Butet pun memuji pencapaian Hendra. Dikutip dari Antara News, Butet berharap semangat mereka untuk tetap berprestasi bisa ditiru pemain lain. ”Terus terang, saya kaget dengan pencapaian mereka ke final. Mereka konsisten sejak kembali berpasangan. Semangat itu harus dicontoh. Usia tidak menjadi kendala,” kata Butet yang tengah berada di Kudus.
Setelah menjadi juara pada 2015, mereka absen sebagai pasangan pada Kejuaraan Dunia 2017 dan 2018. Hendra, yang berpartner dengan Tan Boon Heong (Malaysia) pada 2017, tak lolos ke Glasgow, Skotlandia. Pada saat yang sama, Ahsan/Rian Agung Saputro membuat kejutan dengan tampil di final.
Tahun berikutnya, Hendra/Tan lolos ke Nanjing, China, berdasarkan peringkat dunia. Namun, PP PBSI tak mengizinkan Hendra, yang telah kembali ke pelatnas, tampil di Nanjing karena memiliki partner beda negara. Maka, gelar dari Basel pun menjadi gelar juara dunia pertama Hendra/Ahsan setelah kembali berpasangan.
Gelar ini membuktikan sukses Hendra/Ahsan kembali ke persaingan top dunia, sekaligus membuka peluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Mereka menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang selalu lolos ke final turnamen besar pada 2019, yaitu All England, Indonesia Terbuka, dan Kejuaraan Dunia, dengan gelar dari All England dan Kejuaraan Dunia.
Bagi keluarga, prestasi Hendra merupakan cermin dari kedisiplinan anak bungsu dari tiga bersaudara itu. ”Saya sebenarnya tidak terlalu terkejut. Hendra memang punya tekad dan disiplin luar biasa,” kata mantan pebulu tangkis Silvia Anggraeni, kakak Hendra.
Silvia juga bercerita, motivasi besar membuat Hendra belum berniat untuk pensiun. “Saya pernah bilang, stop aja, sudah capai. Tetapi, dia menjawab masih mau main,” lanjut Silvia, yang juga istri dari juara dunia, 2001, Hendrawan.
Sejarah India
Di tunggal putri, Pusarla V Sindhu menciptakan sejarah dengan menjadi juara dunia pertama dari India. Permainan menyerang yang diterapkan sejak awal membuat Sindhu menang telak atas Nozomi Okuhara (Jepang), 21-7, 21-7, dalam waktu 38 menit.
Ini menjadi kemenangan pertama Sindhu setelah kalah pada final dua kejuaraan terakhir. Sindhu kalah dari Okuhara (final 2017), dan Carolina Marin (Spanyol) pada 2018.
”Kemenangan ini penting bagi saya. Setelah dua perunggu dan dua perak, akhirnya saya memenangi emas,” kata Sindhu kepada Antara News.
Sementara itu, Jepang meraih dua gelar melalui juara bertahan tunggal putra Kento Momota dan ganda putri Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Momota menang telak, 21-9, 21-3, atas Anders Antonsen (Denmark), sedangkan Matsumoto/Nagahara mengalahkan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, 21-11, 20-22, 23-21.
Satu-satunya wakil China pada final, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, mempertahankan gelar ganda campuran dengan menaklukkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), 21-8, 21-12.