Konsumsi Didorong Tumbuh, Astra Optimistis Industri Otomotif Kembali Bergairah
Laba bersih segmen otomotif PT Astra International turun 18 persen dari Rp 4,21 triliun menjadi Rp 3,45 triliun akibat penurunan volume penjualan mobil dan peningkatan biaya material pada aktivitas manufaktur. Meski demikian, Astra International melihat sektor otomotif masih menjanjikan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Meski mengalami penurunan kinerja, PT Astra International Tbk optimistis otomotif nasional dapat kembali bergairah di paruh kedua 2019, kemudian berlanjut di 2020. Keyakinan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk kembali meningkatkan konsumsi dalam negeri yang lesu di paruh pertama tahun ini.
Sepanjang semester I-2019, PT Astra International Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,8 triliun. Capaian ini merosot 6 persen dari laba bersih yang dihimpun Astra Internasional pada semester I-2018 yakni Rp 10,38 triliun.
Direktur Utama Astra International Prijono Sugiarto usai paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (26/8/2019), mengatakan terdapat dua faktor penyebab menurunnya kinerja Grup Astra di paruh pertama 2019. Keduanya, lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga-harga komoditas global.
Laba bersih segmen otomotif turun 18 persen dari Rp 4,21 triliun menjadi Rp 3,45 triliun akibat penurunan volume penjualan mobil dan peningkatan biaya material pada aktivitas manufaktur. Adapun laba kinerja segmen agribisnis anjlok 94 persen dari Rp 625 miliar menjadi hanya Rp 35 miliar.
“Meskipun penjualan menurun, sektor otomotif masih menjanjikan. Kami masih melihat potensi yang besar terutama pada segmen kendaraan roda empat,” kata Prijono.
Ditambah lagi, dampak penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dari 6 persen menjadi 5,5 persen diyakininya dapat dirasakan di sektor riil pada pertengahan semester II-2019. Prijono optimistis transmisi penurunan suku bunga acuan terhadap suku bunga kredit bisa memacu peningkatan penjualan mobil paruh kedua tahun ini, dan berlanjut pada 2020.
“Memang (penurunan suku bunga BI) tak langsung berdampak karena setengah tahun ini bisa dilihat empat roda masih mengalami kesulitan, tapi setengah tahun ke depan kita masih tunggu,” ujarnya.
Berdasarkan data penjualan mobil yang dirilis oleh Asosiasi Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil Astra sejak Januari hingga Juli 2019 mencapai 383.995 unit, turun 8,96 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 421,769 unit.
Secara industri, total penjualan mobil nasional menurun lebih dalam mencapai 13,57 persen. Total jumlah kendaraan yang terjual dari Januari hingga Juli 2019 mencapai 690.819 unit. Adapun pada periode sama tahun 2018, jumlah total kendaraan yang terjual mencapai 799.320 unit.
Investasi infrastruktur
Untuk menyeimbangkan neraca bisnis di tengah perlambatan konsumsi, Astra International kini mulai meningkatkan investasi pada bisnis infrastruktur. Aksi korporasi ini selaras dengan program pembangunan pemerintahan periode 2019-2024.
Menurut Prijono, alokasi pembangunan infrastruktur pada dasarnya tidak bisa diambil seluruhnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Oleh karena itu, terbuka peluang bagi Grup Astra sebagai pihak swasta untuk berkontribusi.
Saat ini, portofolio ruas jalan tol yang dimiliki emiten berkode saham ASII tersebut adalah ruas tol Tangerang-Merak (72,5 km), Cikopo-Palimanan (116,8 km), Semarang-Solo (72,6 km), Jombang-Mojokerto (40,5 km) dan Surabaya-Mojokerto (36,3 km).
Sementara itu, masih ada satu ruas tol yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan, yakni ruas tol Kunciran-Serpong (11,2 km). Ruas ini rencananya rampung pada September 2019 dan beroperasi paling lambat pada Oktober 2019.
Direktur Astra International Paulus Bambang mengatakan dengan portofolio ruas jalan tol sepanjang 350 kilometer, perseroan selalu terbuka untuk kembali memperbesar porsi jalan tol yang dimiliki.
“Hingga akhir tahun 2019, kami memiliki ruas jalan tol sepanjang 350 km. Targetnya hingga 2021 kami bisa mengakuisisi ruas jalan tol hingga 500 km,” ujar Paulus.
Selain itu, lewat anak usaha PT United Tractors Tbk, Grup Astra mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tanjung Jati, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah berdaya 2x1.000 MW. Proyek senilai 4,2 miliar dollar AS ini diharapkan beroperasi secara komersial pada 2021.