Pencarian Korban 7 Hari
Pencarian korban KM Santika Nusantara yang terbakar di perairan Masalembu direncanakan berlangsung tujuh hari. Kapal yang melintas diminta waspada karena posisi kapal itu bergeser akibat arus kuat.
SURABAYA, KOMPAS Pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Santika Nusantara akan berlangsung tujuh hari sejak kecelakaan. Untuk menjaga lokasi kapal, Panglima Komando Armada II Laksamana Muda Mintoro Yulianto memerintahkan pengiriman KRI Ahmad Yani (AMY-351) dan KRI Karel Satsuit Tubun (KST-356).
KM Santika Nusantara terbakar, Kamis (22/8/2019), kemudian berangsur-angsur tenggelam di perairan tenggara Kepulauan Masalembu, Laut Jawa, Jawa Timur. Kapal berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dengan tujuan Pelabuhan Semayang di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Berdasarkan manifes yang diserahkan PT Jembatan Nusantara kepada Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, KM Santika Nusantara mengangkut 111 penumpang dan awak kapal serta 84 kendaraan. Kemudian, operator menyusulkan data tambahan, jumlah penumpang dan ABK 277 orang.
”Namun, hingga Minggu pukul 13.45, kami mengevakuasi 311 orang. Tiga di antaranya telah meninggal,” kata Kepala Subdirektorat Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi SAR Agus Haryono. Korban meninggal adalah dua awak kapal, Asfani dan Bekti Tri S, serta seorang penumpang, Wiji, asal Blora. Semua penumpang yang ditemukan telah dievakuasi ke Surabaya.
Menurut Kepala Kantor SAR Surabaya Prasetya Budiarto, pencarian korban melibatkan tim dari Kantor SAR Surabaya, Kantor SAR Banjarmasin, TNI AL, dan nelayan di sekitar perairan Masalembu.
Kantor SAR Balikpapan mengirim 10 penyelamat, 21 awak kapal, dan seorang analis operasi penyelamatan. Mereka bertolak dengan KM Wisanggeni ke Masalembu, Sabtu malam. Saat ini, tim SAR gabungan masih menyisir perairan di sekitar lokasi kebakaran kapal. Mereka belum bisa mencari di dalam kapal karena masih panas. Pencarian korban direncanakan hingga Rabu (28/8).
Saat meninjau Stasiun Kedundang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, berdasarkan laporan yang diterima, jumlah penumpang kapal lebih banyak dari yang tercatat di manifes. Karena itu, nakhoda KM Santika Nusantara akan diproses secara hukum untuk mempertanggungjawabkannya. Minggu sekitar pukul 03.00, di perairan yang sama terjadi tabrakan dua perahu nelayan. Dua nelayan meninggal, yakni Sutayip dan Atnawi.
Posisi kapal bergeser
”Bangkai KM Santika Nusantara tidak tampak lagi. Diperkirakan tenggelam dan terbawa arus laut,” ujar Komandan KST-356 Kolonel Laut (P) Lukman Kharis dalam rilis dari Dinas Penerangan Komando Armada II, Minggu (25/8).
Menurut Lukman, lokasi kebakaran KM Santika Nusantara dijaga dua KRI guna menjamin keamanan navigasi laut. Jangan sampai bangkai kapal itu membahayakan lalu lintas laut. Selain itu, kedua kapal perang AL diperintahkan membantu Basarnas dalam operasi pencarian dan pertolongan korban.
Di Jakarta, Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Kemenhub Ahmad mengingatkan para nakhoda untuk waspada dan berhati-hati saat melintas di perairan Masalembu. Penyebabnya, bangkai KM Santika Nusantara telah bergeser akibat gelombang dan arus yang kuat. Pihaknya mengeluarkan telegram, 24 Agustus 2019.
Sementara itu, Manajer PT Jembatan Nusantara Sutarto mengatakan, kapal akan ditarik ke Gresik untuk memudahkan penyelidikan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). ”Kami menyerahkan penyelidikan sepenuhnya kepada KNKT,” ujarnya. KNKT telah memulai penyelidikan guna mengungkap penyebab kecelakaan laut itu. Data sedang dikumpulkan, termasuk mewawancarai penumpang dan ABK yang selamat.
Kecelakaan Banggai
Operasi hari kedua pencarian sembilan penumpang KM Garuda Jaya yang tenggelam di antara perairan Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, dan Kepulauan Sula, Maluku Utara, belum membuahkan hasil. Jejak kapal sulit dideteksi karena tak dilengkapi peralatan standar kedaruratan.
Pencarian pada Minggu melibatkan KN Bhisma untuk observasi perairan dan perahu nelayan setempat untuk menyusuri pulau-pulau sekitar. ”Pencarian masih nihil hasil,” ujar Kepala Basarnas Kantor SAR Palu, Sulteng, Basrano.
Kecelakaan diawali dengan kebocoran pada badan kapal. Air laut masuk cukup cepat sehingga membuat kapal cepat tenggelam. KM Garuda Jaya yang mengangkut 14 penumpang, termasuk anak buah kapal, bertolak dari Pelabuhan Luwuk, Kabupaten Banggai, menuju Taliabu, Maluku Utara, Kamis (22/8). Kapal berbobot 22 gros ton tersebut sedianya tiba di pelabuhan tujuan, Jumat (23/8).
Lima korban selamat menggunakan pelampung dan berenang ke Pulau Sonit, Maluku Utara. Mereka semula bersama para penumpang lain ketika meninggalkan kapal, tetapi terpisah saat menyelamatkan diri. Kelima orang itu adalah Ali Sadi (nakhoda), Kasman, Ali Kois, Bobi, dan Ali Tama.
Basrano menyatakan, tim sulit melacak jejak kapal karena kapal tak dilengkapi dengan peralatan standar kedaruratan, seperti emergency position indicating radio beacon (EPIRB). Alat itu berfungsi sebagai petunjuk untuk keadaan darurat sekaligus mengetahui keberadaan kapal. (BRO/SYA/CIP/HRS/ARN/VDL)