Indeks Harga Saham Gabungan kembali melanjutkan tren negatif pada Senin (26/8/2019). Kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia dengan menurunkan suku bunga acuan tidak memengaruhi IHSG.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan kembali melanjutkan tren negatif pada Senin (26/8/2019). Kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia dengan menurunkan suku bunga acuan tidak memengaruhi IHSG. Investor masih terpaku pada semakin kompleksnya perang dagang Amerika Serikat dengan China.
IHSG pada Senin ditutup pada level 6.214 atau melemah 0,66 persen dari penutupan terakhir, Jumat lalu. Penurunan itu diikuti dengan aksi jual investor asing sebesar Rp 904,36 miliar.
IHSG terus berkontraksi sejak BI menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi 5,5 persen, Kamis lalu. Ini merupakan penurunan suku bunga kedua dalam dua bulan terakhir.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, mengatakan, investor masih dihantui oleh sentimen perang dagang AS dengan China. Pelaku pasar masih melihat perang dagang sebagai risiko besar bagi perekonomian global.
”Maka dari itu, mereka memilih bersikap wait and see, bermain aman, dan lebih cenderung memilih instrumen perdagangan yang bersifat safe haven, seperti emas, yen, dan swiss franc,” kata Nafan, Senin, kepada Kompas.
Menurut Nafan, kebijakan moneter BI tentunya akan berpengaruh positif terhadap IHSG. Namun, sifatnya akan lebih jangka panjang. Kemungkinan kebijakan itu baru terasa pada September 2019.
IHSG terus berkontraksi sejak BI menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi 5,5 persen, pekan lalu.
”Positif seharusnya, apalagi memasuki September. Jadi, sentimen bearish trend selama Agustus akan terlewati dengan baik. Para investor akan mengakumulasi saham-saham yang relatif murah, prospektif, dan menarik untuk diinvestasikan,” ucapnya.
Tren IHSG berbeda dengan saat penurunan suku bunga acuan pertama kali, Juli lalu. Saat itu IHSG sempat berada di zona hijau selama beberapa hari dan mencapai level 6.456.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, penurunan suku bunga baru akan terlihat setelah berdampak langsung ke sektor ril. Bulan lalu, IHSG memang sempat positif karena pengaruh jangka pendek penurunan suku bunga. Namun, faktor eksternal, yakni perang dagang, kini lebih menyita perhatian investor.
Sebelumnya, China mengenakan tarif impor tambahan baru atas 75 miliar dollar AS produk asal AS. Kisaran tarif 5-10 persen dari nilai produk yang rencananya diterapkan pada dua tahap, 1 September dan 15 Desember. Ini merupakan balasan dari pajak impor tambahan yang diberikan AS.
Menurut Hans, pasar masih bergejolak karena masalah perang dagang tersebut. Pernyataan China yang ingin membuka peluang negosiasi dengan AS dinilai juga tidak memberi kepastian.
”Karena itu masih belum jelas. Bisa positif karena ada niat menyelesaikan masalah perang dagang, tetapi masih harus menunggu lagi sampai 1 September nanti,” ujarnya.
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia Ryan Kiryanto mengatakankan, penurunan suku bunga akan berdampak positif pada sektor keuangan perbankan dan riil. Hal itu akan menjadi stimulan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
“BI merasa perlu menjaga ketahanan atau resiliensi ekonomi domestik melalui penetapan suku bunga acuan yang akomodatif. Tinggal kita tunggu hadirnya kebijakan fiskal yang juga akomodatif melalui serapan anggaran yang lebih agresif untuk menguatkan kebijakan moneter BI,” jelasnya.