Relasi AS-China Harus Dikelola
Para pemimpin G-7 meminta Presiden AS Donald Trump menurunkan ketegangan terkait perang dagang AS-China. G-7 juga sepakat meningkatkan kerja sama dengan Rusia.
BIARRITZ, MINGGU Para pemimpin yang mengikuti pertemuan G-7 di Biarritz, Perancis, meminta Presiden AS Donald Trump menahan diri dan menurunkan tensi ketegangan akibat perang tarif AS-China yang telah memperlemah pertumbuhan ekonomi global.
Pertemuan negara-negara yang tergabung dalam G-7 (AS, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Perancis) kali ini berada di tengah situasi yang sulit diprediksi akibat kebijakan Trump yang serba impulsif dan mengejutkan. Selain itu, semua negara G-7 juga rata-rata mengalami pelemahan ekonomi.
Sebagai respons atas kebijakan tarif AS, China pekan lalu menegaskan akan menerapkan tarif 75 miliar dollar AS pada produk AS. Trump membalas dengan mendeklarasikan kebijakan darurat nasional yang memerintahkan semua perusahaan AS memutuskan hubungan dengan China.
Alhasil, para pemimpin G-7, Minggu (25/8/2019), termasuk PM Inggris Boris Johnson yang merupakan mitra kental Trump, meminta agar Trump menahan diri. ”Kami semua menginginkan perdagangan damai,” kata Johnson.
Kepada wartawan, Trump mengatakan bahwa ia akan ”berpikir panjang” tentang segala hal, termasuk dalam isu China. Trump mengatakan, hubungan China-AS saat ini baik-baik saja dan untuk sementara dia belum memiliki rencana khusus terhadap China terkait deklarasi darurat.
Namun, Trump kembali menegaskan, dirinya memiliki hak prerogatif untuk menggunakan UU tahun 1979 yang ditujukan bagi negara-negara ”bermasalah”, teroris, dan penyelundup obat-obatan terlarang.
”Jika saya mau, saya dapat mengumumkan keadaan darurat,” kata Trump yang menyinggung peran China dalam pencurian hak intelektual dan terkait defisit perdagangan dengan China. ”Dalam sejumlah hal, keadaan memang darurat,” tambahnya.
Dalam pertemuan G-7, Trump mempertanyakan upaya Eropa mendorong pertumbuhan ekonomi di AS sekaligus menuntut Eropa, Jepang, dan Kanada membuka pasarnya bagi manufaktur AS. Bahkan, untuk ketiga pasar itu, Trump sebelumnya mengancam akan menerapkan tarif baru untuk memperoleh perdagangan yang ”adil dan bebas” versi Trump.
Beberapa jam sebelum sampai di Biarritz, Sabtu, Trump juga mengancam akan menerapkan tarif baru bagi produk minuman anggur asal Perancis sebagai respons atas pajak pelayanan digital di Perancis. Terkait itu, Uni Eropa berjanji melakukan balasan jika Washington melakukannya.
Hampir sebagian besar pertemuan G-7 berlangsung tertutup dan berlanjut dengan sejumlah pertemuan bilateral, termasuk pertemuan antara Trump dan Boris Johnson serta Trump dan Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Rusia dan Iran
Para pemimpin G-7 juga sepakat memperkuat kerja sama dengan Rusia. Meski demikian, mereka menganggap terlalu pagi bagi Rusia untuk kembali bergabung dalam G-8.
Rusia dikeluarkan dari G-8 pada 2014 karena menginvasi Semenanjung Crimea yang merupakan wilayah Ukraina. Aneksasi yang dilakukan Rusia tidak diakui dunia internasional. Namun, Washington yang akan menjadi tuan rumah G-7 pada 2020 melontarkan kemungkinan kembalinya Rusia di kelompok itu.
”Saya tidak tahu, mungkin saja,” kata Trump ketika ditanya wartawan mengenai kemungkinan Rusia diundang ke pertemuan G-7 tahun depan.
Para pemimpin G-7 juga telah memberi mandat kepada Presiden Macron untuk berbicara dengan Iran dan menyampaikan pesan bahwa Iran diminta tidak meningkatkan ketegangan di kawasan. Jumat lalu Macron bertemu dengan Menlu Iran Javad Zarif dan berbicara lewat telepon dengan Presiden Hassan Rouhani.
Namun, dalam jumpa pers, Trump membantah telah menandatangani pesan yang akan disampaikan ke Iran yang sebelumnya diumumkan Macron. ”Tidak, saya tidak pernah mendiskusikan itu. Kami punya sikap sendiri. Namun, Anda tidak bisa menghentikan orang lain berbicara (dengan Iran). Jika mereka mau berbicara, silakan,” kata Trump.
Kontradiksi itu menunjukkan peliknya pertemuan G-7, khususnya ketika para pemimpin harus berhadapan dengan sikap Trump yang berubah-ubah. (AP/AFP/MYR)