Ribuan orang menggelar aksi menolak kekerasan dan ujaran rasis bagi mahasiswa asal Papua, di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Senin (26/8/2019). Warga datang dari sejumlah kabupaten di wilayah Pegunungan Papua.
Oleh
fabio costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Ribuan orang menggelar aksi menolak kekerasan dan ujaran rasis bagi mahasiswa asal Papua, di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Senin (26/8/2019). Warga datang dari sejumlah kabupaten di wilayah Pegunungan Papua.
Data yang dihimpun Polres Jayawijaya dan Kodim 1702 Jayawijaya, aksi ini dimulai sekitar pukul 10.00 WIT. Massa berkumpul di sejumlah lokasi, yakni Pasar Sinakma, Woma, Hom-hom, dan Jalan Irian. Dari sana, ribuan warga berjalan kaki menuju Kantor Bupati Jayawijaya. Massa menyampaikan aspirasinya kepada jajaran pimpinan Pemda Jayawijaya. Sekitar pukul 14.00 WIT, mereka membubarkan diri.
Kepala Polres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda saat dihubungi dari Jayapura mengatakan, polisi bersama TNI mengawal aksi di Wamena agar berjalan tanpa adanya aksi anarkistis. ”Hal ini berkat upaya persuasif bersama Pemda Jayawijaya dan tokoh masyarakat setempat,” ucapnya.
Tonny menuturkan, pihaknya bersama TNI berhasil mencegah adanya kelompok kriminal bersenjata yang menyusup ke dalam aksi sehingga memicu tindakan anarkistis. Sebelumnya, status keamanan di Wamena ditingkatkan menjadi Siaga Satu pascakontak senjata antara tim patroli gabungan dan lima anggota kelompok kriminal bersenjata pada Jumat, 23 Agustus.
Saat itu, seorang anggota kelompok kriminal bersenjata tewas tertembak, sedangkan empat rekannya berhasil kabur. Sementara itu, seorang anggota Polres Jayawijaya dan petugas keamanan di Pasar Jibama terluka tembak.
”Apabila kelompok kriminal bersenjata berhasil menyusup, mereka akan menciptakan gangguan keamanan saat aparat keamanan masih fokus untuk mengawal jalannya aksi unjuk rasa,” ujarnya.
Balim Tabuni, tokoh pemuda Pegunungan Papua, berharap Polda Jawa Timur segera menetapkan tersangka dan menangkap oknum yang terlibat dalam kekerasan disertai rasisme terhadap mahasiswa Papua.
Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letnan Kolonel Inf Candra Dianto saat dihubungi mengatakan, aktivitas pendidikan di semua sekolah diliburkan dan kegiatan perekonomian di Wamena terhenti saat unjuk rasa berlangsung.