logo Kompas.id
UtamaDegradasi Tak Terbendung
Iklan

Degradasi Tak Terbendung

Alih fungsi dan peruntukan lahan di kawasan hulu hingga hilir wilayah Konawe Utara saat ini memerlukan pengawasan dan pengendalian ketat. Aparat lapangan mengaku kewalahan.

Oleh
Saiful Rijal Yunus/Videlis Jemali
· 4 menit baca

Alih fungsi dan peruntukan lahan di kawasan hulu hingga hilir wilayah Konawe Utara saat ini memerlukan pengawasan dan pengendalian ketat. Aparat lapangan mengaku kewalahan.

https://cdn-assetd.kompas.id/UgI-XOM4tye0-biEcgUCHW5XFiA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FBanjir-Konawe-Utara_82498176_1566833313.jpg
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga Desa Tambakua mengamati kawasan pegunungan yang rusak karena tambang nikel di Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Senin (5/8/2019). Pegunungan yang ditebang pohonnya, lalu dikeruk untuk nikel juga perkebunan sawit, dituding menjadi salah satu penyebab banjir bandang awal Juni lalu. Banjir bandang menghantam 50 desa dan kelurahan di tujuh kecamatan, sedangkan 370 rumah hanyut dan puluhan ribu warga mengungsi. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 109 miliar.

KONAWE UTARA, KOMPAS — Perubahan peruntukan di hulu hingga hilir Konawe Utara terjadi tanpa pengawasan berarti. Pertambangan terbuka dan perkebunan monokultur tersebar di kawasan perbukitan hingga tepi sungai, seperti terlihat di hulu, terutama di Kecamatan Langgikima dan Oheo.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000