Pegiat sejarah dan bersama akademisi dan pemerintah akhirnya sepakat memulai kolaborasi penyelamatan naskah kuno di Jambi. Langkah ini ditempuh demi menghindari kepunahan warisan budaya tersisa di daerah itu.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS—Pegiat sejarah dan bersama akademisi dan pemerintah akhirnya sepakat memulai kolaborasi penyelamatan naskah kuno di Jambi. Langkah ini ditempuh demi menghindari kepunahan warisan budaya tersisa di daerah itu.
Kesepakatan itu dibuat dalam diskusi terpumpun di Universitas Jambi, Selasa (27/8/2019). “Ini menjadi menjadi momentum dimulainya penyelamatan naskah-naskah kuno Jambi,” kata Syaiful Bahri, Kepala Kantor Bahasa Jambi.
Terungkap dalam diskusi itu, sejumlah naskah kuno lenyap tanpa diketahui lagi jejaknya. Kepala Museum Siginjai Jambi, M Erman, mengemukakan di tahun 2000, ada banyak naskah bersejarah tersimpan di wilayah Kemantan, Kabupaten Kerinci.
Saat timnya mendata kembali pada tahun ini, naskah-naskah itu tidak ada lagi. “Saat kami kesana, rumah (adat)-nya telah dibongkar. Anak-anak dari pemilik rumah pun tidak tahu lagi dimana keberadaan naskah-naskah itu,” katanya.
Atas pengalaman tersebut, perlu segera mengakuisisi naskah-naskah kuno tersisa. Namun, pihaknya berharap dukungan pendanaan dari daerah. Sebab, inventarisasi dan penyelamatan naskah kuno yang masih tersebar di banyak tempat itu membutuhkan biaya tak sedikit.
Inventarisasi dan penyelamatan naskah kuno yang masih tersebar di banyak tempat itu membutuhkan biaya tak sedikit. (M Erman)
Pelaksana Tugas Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi, Irsan, siap mendukung pendokumentasian naskah kuno. Pihaknya meminta para pegiat kebudayaan di daerah bekerjasama menyerahkan naskah-naskah yang tersisa.
Tujuannya agar naskah dapat didokumentasikan digital. Ke depan, naskah digital bisa dimanfaatkan luas untuk kepentingan pengetahuan.
Menurut Pemerhati Budaya asal Kerinci, Deki Saputra, penyelamatan sangat mendesak karena besarnya ancaman kerusakan naskah kuno. Ia mendapati 50-an naskah penting di salah satu desa di Kerinci dalam kondisi lengket. Jika dibiarkan, naskah dapat semakin hancur.
Ia pun menemui naskah-naskah yang tersimpan di salah satu rumah adat rusak karena terendam banjir.
Peneliti Naskah Kuno dari Universitas Islam Indonesia Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, Ali Muzakir, menyebutkan masyarakat mau bekerjasama melestarikan naskah, namun persoalannya apakah pemerintah serius membantu.
Dari rangkaian diskusi, seluruh peserta sepakat membentuk forum bersama penyelamatan naskah kuno di Jambi secara lintas sektoral dan lintas pemangku kepentingan. Instansi terkait pun didorong untuk mengalokasikan pendanaan dan program kerja lebih maksimal untuk mendata, mentransliterasi, dan merawat naskah.
Diskusi terpumpun ini diselenggarakan atas kerjasama parapihak, yakni Harian Kompas, Universitas Jambi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Kantor Bahasa Jambi, Seloko Institute, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Jambi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.