Para pegolf papan atas Asia bakal bersaing pada turnamen Bank BRI 39’th Indonesia Open pada 29 Agustus-1 September 2019 di lapang Golf Pondok Indah, Jakarta. Sebanyak 150 pegolf dari 21 negara di Asia, Oceania, Afrika, dan Eropa akan memperebutkan hadiah total Rp 7 miliar.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Para pegolf papan atas Asia dan negara-negara lainnya bakal bersaing pada turnamen Bank BRI 39’th Indonesia Open pada 29 Agustus-1 September 2019 di lapang Golf Pondok Indah, Jakarta. Sebanyak 150 pegolf dari 21 negara di Asia, Oceania, Afrika, dan Eropa akan memperebutkan hadiah total Rp 7 miliar.
Beberapa pegolf asing yang akan mengikuti ajang itu antara lain adalah Jazz Janewattananond dari Thailand yang memimpin di Order merit of Asian tour, Gaganjeet Bhullar dari India, Daniel Chorpa dan Philip Eriksson dari Swedia, serta JC Ritchie dan Daniel van Tonder dari Afrika Selatan.
“Persatuan Golf Indonesia menggelar ajang itu untuk memberi kesempatan bagi para pegolf nasional agar dapat berprestasi di ajang dunia. Dengan persaingan yang ketat, kami berharap mereka mempersiapkan diri dengan intensif dan meningkatkan kualitas permainan mereka. Para pegolf amatir juga kami beri kesempatan untuk ikut berkompetisi demi mematangkan mental, teknik, dan strategi permainan mereka,” kata Murdaya Po, ketua umum PGI, Selasa (27/8/2019) di Jakarta.
Sejak digelar 39 tahun lalu, pegolf Indonesia baru satu kali menjadi juara pada ajang itu, yaitu Kasiyadi pada 1989. Setelah itu, tidak ada lagi pegolf Indonesia yang menjadi juara.
“Negara-negara lain melakukan pembinaan dengan High Performance Trainning Program dan kita baru empat tahun lalu menerapkannya di pelatnas. Hal itu membuat golf Indonesia tertinggal 15 tahun dari Thailand dan 30 tahun dari Korea Selatan. Kita harus terus merekrut pelatih profesional berkualitas tinggi untuk membina di berbagai daerah agar kita dapat mengejar ketertingalan itu dan mencetak pemain golf yang dapat menjadi idola,” kata Murdaya Po.
Agus Suhartono, pengurus PGI dan Lapangan Golf Pondok Indah mengatakan, ajang Indonesia Terbuka dapat dimanfaatkan para pegolf yunior untuk meningkatkan ranking mereka. Dengan peningkatan ranking, mereka dapat bermain di kompetisi yang lebih tinggi dan merasakan persaingan yang lebih keras.
Pegolf Indonesia George Gandranata mengatakan, dirinya tidak melihat kehadiran para pegolf asing menjadi tekanan baginya. George hanya akan fokus dengan permainannya dan berusaha meraih hasil terbaik.
“Bermain golf beda dengan tenis. Kami tidak melawan pegolf lainnya. Lawan kami hanya lapangan dan diri kami sendiri. Yang penting adalah selalu latihan, menyusun rencana, dan melaksanakan rencana itu,” kata George.
Pegolf Swedia Daniel Chopra mengatakan, berlomba di Indonesia merupakan kegembiraan baginya. Daniel menghabiskan masa kanak-kanaknya di Jakarta dan bermain golf di Lapangan Golf Pondok Indah.
“Indonesia adalah rumah kedua bagi saya. Bermain di sini bagaikan mengingat masa lalu. Saya pertama kali berlomba di Indonesia Terbuka pada 1988 yang lalu dan saya senang diundang kembali ke sini,” kata Daniel.
Jazz Janewattananond dari Thailand mengatakan, dirinya selalu meriah hasil bagus saat berlomba di Indonesia meskipun belum pernah juara di Indonesia terbuka. Jazz berharap dapat meraih hasil terbaik pada turnamen itu.