Lagu-lagu karya Elfa Secioria menjadi pilihan dengaran indah di negeri ini. Jakarta Concert Orchestra dengan segenap pasukannya di bawah pengaba Avip Priatna mengenang dan menghormati lagu-lagu Elfa Secioria Ridwan (1959-2011) dalam pergelaran Simfoni untuk Bangsa di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 25 Agustus 2019.
Oleh
Frans Sartono
·5 menit baca
Lagu-lagu karya Elfa Secioria menjadi pilihan dengaran indah di negeri ini. Jakarta Concert Orchestra dengan segenap pasukannya di bawah pengaba Avip Priatna mengenang dan menghormati lagu-lagu Elfa Secioria Ridwan (1959-2011) dalam pergelaran Simfoni untuk Bangsa di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 25 Agustus 2019.
Ada satu istilah yang tentu saja tidak ”resmi” di kalangan penikmat musik, yaitu ”lagu festival”. Sebutan lagu festival ini muncul sebagai pembeda dengan lagu yang diproduksi massal di pasar musik rekaman dan kemudian luas dikenal publik. Lagu festival adalah lagu yang ”melenceng” dari kelaziman lagu yang populer pada masanya.
Lagu dibuat untuk konsumsi festival baik di dalam maupun luar negeri. Kadang-kadang, lagu tersebut menjadi semacam benchmark atau tolok ukur sebuah lagu yang baik. Salah satu pencipta lagu yang karyanya sering mendapat cap sebagai lagu festival adalah lagu-lagu karya Elfa Secioria.
Elfa sampai-sampai dijuluki ”macan festival” karena lagunya sering menang. Artinya, telinga para juri yang terhormat itu mengakui kualitas lagu-lagu karya Elfa. Salah satunya adalah lagu ”Kusadari” karya Elfa dengan lirik oleh Wieke Gurhadi, yang terpilih sebagai Lagu Terbaik dalam Festival Lagu Pop ASEAN V di Singapura 1988.
Harvey Malaiholo, pembawa lagu itu di ajang tersebut, juga mendapat predikat Penyanyi Terbaik dan kemudian sering disebut sebagai penyanyi festival karena keandalannya bernyanyi.
Dan, jreng... dengan kualitas festival pula, Jakarta Concert Orchestra (JCO) mempersembahkan ”Kusadari” dalam Simfoni untuk Bangsa. Penggarap aransemen Andriano Alvin menghadirkan suasana festival sehingga telinga-telinga dengan cermat menikmati persembahan terbaik.
Andrea Miranda dengan pengalaman sebagai penyanyi musikal mampu dengan baik mengeluarkan jiwa lagu tersebut dengan segenap penjiwaan. Bahkan, ketika ia hanya diam berdiri, tanpa satu nada pun terdengar dari suaranya, jiwa lagu itu tetap terasa lewat penampilannya.
Kenikmatan ”Kusadari” ditambah paduan suara Batavia Madrigal Singers. Harmoni suara mereka mempertebal ekspresi rasa tentang seseorang yang berusaha tegak dan tabah saat melepas pergi sang kekasih.
Lagu festival lain dalam pergelaran ini adalah ”Kugapai Hari Esok” yang terpilih untuk maju ke babak final Golden Kite World Song Festival di Kuala Lumpur, Malaysia, 1984. Juga ”Selamat Datang Cinta” di Festival Lagu ASEAN, Malaysia, 1985.
Kehadiran lagu berkualitas festival itu menjadi penyeimbang khazanah dengaran di Tanah Air. Masyarakat mempunyai pilihan dengaran lagu yang beragam. Mulai lagu yang cenderung berorientasi komersial hingga yang digarap secara total untuk ajang festival. Semuanya sah-sah saja.
Lagu anak
Ketotalan berkarya, seperti pada ”Kusadari” itu, menjadi etos Elfa dalam melahirkan lagu-lagu berikut aransemen musiknya. Etos yang sama tampaknya juga melingkupi Avip Priatna dan kawan-kawan dalam menggarap lagu Elfa dalam pergelaran ini. Termasuk lagu yang lazim disebut sebagai ”lagu anak”, hanya karena penyanyinya belum berusia dewasa.
Elfa dan Vera Sylviana, misalnya, menggarap lagu ”Pelangiku” yang dibawakan Sherina (1999). Lagu ini digarap dengan semangat menghargai kecerdasan telinga anak. Artinya, lagu digarap dengan sikap kreatif dan keseriusan yang sama ketika ia berkarya untuk lagu festival.
Seserius itu pula Renaldi Effendi menggarap aransemen untuk mengiringi empat penyanyi remaja Antea Putri Turk, Chavia Sagita Tjung, Christabel Namariayu Sembiring, dan Laestista Maharani Sembiring. Paduan suara mereka dalam pergelaran ini terasa cukup manis dalam menuturkan keindahan pelangi.
Bisa dikatakan album Sherina, Andai Aku Besar Nanti (1999), garapan Elfa itu menjadi standar baru lagu anak yang sejatinya bisa dinikmati semua usia. Menyusul kemudian lagu-lagu Sherina selanjutnya, yaitu lagu-lagu dalam film Petualangan Sherina.
Jakarta Concert Orchestra (JCO) dalam pergelaran menghormati Elfa dengan menggarap lagu ”Lihatlah Lebih Dekat” dengan pendekatan simfonik lewat aransemen Joko Lemazh Suprayitno. Karya ini menampilkan Dani K Ramadhan sebagai solis cello dan Nino Ario Wijaya sebagai solis clarinet.
Dalam versi album, lagu ini menggunakan lirik tulisan Mira Lesmana. Untuk ukuran anak, lirik ini cukup ”dewasa” dengan mengajak anak berpikir obyektif, dewasa, dan tidak cengeng. Bagian awal lagu didominasi nada-nada minor yang merambat naik ke suasana cerah dan optimistis dengan nada-nada mayor.
Dalam suguhan JCO, suasana ngelangut, kosong, sepi karena terpisah dari sahabat itu dibangun dan dipertajam oleh selo dan klarinet. Kedua instrumen itu meliuk-liuk, mengajak imajinasi menyusuri lorong-lorong sunyi, tapi tidak jatuh dalam sikap mengiba-iba, seperti terasa pada bagian paruh kedua yang cukup gagah. Tidak kalah.
Lagu anak lain karya Elfa dalam konser ini adalah ”Bintang-bintang”, ”Balon Udara”, dan ”Bermain Musik” yang dibawakan The Resonanz Children’s Choir. Pergelaran ini seperti ingin menyampaikan pesan bahwa lagu anak bisa digarap dengan indah, seperti dicontohkan oleh Elfa. Sayangnya, lagu anak berkualitas berhenti di akhir 1990-an ketika Sherina masih bocah—kini sudah dewasa dan hadir dalam konser.
Jazz
Elfa sejak awal sudah mempunyai kecenderungan kuat pada jazz, selain juga musik Latin. Bersama kelompoknya, Elfa’s Singers, Elfa memberikan kontribusi dengaran lagu-lagu dengan gravitasi rasa ke jazz di tengah dominasi musik pop di negeri ini.
Pergelaran Simfoni untuk Bangsa mencatat fenomena ini lewat lagu seperti ”Sesuatu” yang liriknya ditulis Wieke Gur dan aransemen oleh Vania Devina Siregar. Dalam buku program tertera bahwa aransemen diadaptasi dari Elfa’s Singers.
Di tengah riuhnya beragam jenis dan kualitas lagu di Indonesia, ada ”Sesuatu” yang digarap Elfa dengan harmoni rapat. Lagu itu dalam versi album dibawakan awak Elfa’s Singers yang tangguh. Dalam salah satu versinya, lagu itu dibawakan Lita Zen, Uci Nurul, Yana Julio, dan Agus Wisman.
Akapela mereka mengingatkan pada gaya The Manhattan Transfer. Dalam konser, ”Sesuatu” dieksekusi dengan prima oleh Batavia Madrigal Singers dengan gaya akapela yang manis.
Juga lagu ”Pesta” yang dalam pergelaran digarap dengan gaya Latin jazz yang kaya perkusi dan alat tiup logam (brass). Andrea Miranda dan Farman Purnama dengan kawalan paduan suara Madrigal Singers menghadirkan suara pesta yang meriah.
Jakarta Concert Orchestra lengkap dengan Jakarta Madrigal Singers dan Resonanz Children’s Choir telah menggelar pesta indah meriah untuk menghormati Elfa Seciora, yang lagu-lagunya membahagiakan warga bangsa ini. Sebahagia penonton malam itu.