Saham Asia Menanjak di Tengah Kehati-hatian Investor
Bursa saham di kawasan Asia menanjak pada awal perdagangan, Selasa (27/8/2019). Investor dan pelaku pasar mencoba memulihkan kepercayaan diri setelah muncul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mencoba meredakan perang dagang Amerika Serikat-China.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Bursa saham di kawasan Asia menanjak pada awal perdagangan, Selasa (27/8/2019). Investor dan pelaku pasar mencoba memulihkan kepercayaan diri setelah muncul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mencoba meredakan perang dagang Amerika Serikat-China.
Sebagaimana diwartakan, pada hari Senin, Trump melontarkan kemungkinan kesepakatan perdagangan dengan China. Ia mengatakan keyakinannya atas ketulusan Beijing untuk mencapai kesepakatan. Pernyataan ini cukup menjadi sentimen positif di pasar setelah pasar keuangan global cukup bergolak sejak akhir pekan lalu akibat penetapan tarif baru atas masing-masing pihak, yakni AS dan China, dua negara dengan perekonomian terbesar di tingkat global itu.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen setelah turun 1,3 persen pada hari sebelumnya. Indeks saham KOSPI Korea Selatan bertambah 0,8 persen, sedangkan Nikkei Jepang naik 1 persen. Pasar ekuitas mungkin telah kembali menemukan daya tarik untuk saat ini, tetapi prospek jangka panjang terhadap aset-aset berisiko—akibat diterpa berulang kali oleh kekhawatiran perdagangan—tetap goyah.
”Masih ada elemen besar ketidakpastian mengenai sengketa perdagangan AS-China. Masih sulit untuk meramalkan resolusi dan ini akan terus membebani sentimen pasar ekuitas,” kata Shusuke Yamada, Kepala Jepang FX dan ahli strategi ekuitas di Bank Of America Merrill Lynch.
”Terlepas dari perang perdagangan, pasar ekuitas juga harus mengawasi proses Brexit, kebijakan moneter, seperti Bank Sentral Eropa dan pergerakan mata uang yuan,” lanjut Yamada.
Di pasar mata uang, kenaikan harga dollar AS tertahan setelah menanjak pada sesi perdagangan awal pekan ini. Hal itu terjadi, antara lain, karena kenaikan imbal hasil surat utang AS, US Treasury. Indeks dollar AS berada di level 98,027 setelah naik sekitar 0,5 persen semalam.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun berada di level 1,530 persen, naik dari level terendah tiga tahun sebelumnya di level 1,443 persen yang dicapai pada hari Senin. Posisi dollar AS diperdagangkan sedikit berubah pada 105,990 yen setelah naik 0,7 persen pada hari Senin. Dollar AS sempat menyentuh level terendah dalam delapan bulan terhadap yen di level 104,460.
Euro secara efektif datar di 1,1103 per dollar AS setelah melemah sekitar 0,4 persen pada hari Senin. Dollar Australia, mata uang yang relatif sensitif terhadap perkembangan di China, sebagai mitra dagang terbesar Australia, stabil di level 0,6773 per dollar AS seiring dengan kenaikan 0,3 persen pada hari sebelumnya.
Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak mentah pulih setelah mengalami penurunan signifikan pada hari sebelumnya. Penurunan itu terjadi terutama terimbas sentimen prospek minyak mentah dari Iran yang saat ini menghadapi sanksi. Minyak mentah berjangka Brent naik 0,4 persen pada harga 58,94 dollar AS per barel, naik dari posisi sebelumnya yang turun hingga 1 persen kemarin.
Harga minyak turun pada hari Senin setelah muncul pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron terkait isu Iran. Macron mengatakan bahwa aneka persiapan sedang dilakukan untuk digelarnya pertemuan Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Donald Trump dalam beberapa pekan mendatang. Topik utama pertemuan adalah upaya menemukan solusi bagi kebuntuan nuklir Iran. (REUTERS)