KAIRO, KOMPAS — Wilayah Israel, Lebanon, dan Suriah mengalami eskalasi ketegangan setelah Israel sejak Sabtu hingga Senin (24/8-26/8/2019) melancarkan serangan secara luas atas sasaran Iran dan loyalisnya di Suriah, Lebanon, Jalur Gaza, dan Irak. Pesawat nirawak Israel, Senin siang kemarin, berulang kali terbang di atas kota Baalbek, Lembah Bekaa, di Lebanon timur, dan kota Nabatieh, Lebanon selatan. Kota Baalbek dan Nabatieh dikenal sebagai basis Hezbollah di Lebanon.
Israel juga mengumumkan status siaga penuh bagi semua kesatuan pasukannya di Dataran Tinggi Golan dan Israel utara untuk mengantisipasi kemungkinan Hezbollah melancarkan serangan balasan. Israel menggerakkan tank-tank dan kendaraan lapis baja di Dataran Tinggi Golan dalam posisi siap tempur. Israel juga mengumumkan sistem anti-serangan udara, Iron Dome, dalam keadaan siaga untuk menghadapi serangan rudal balistik Hezbollah.
Iron Dome adalah sistem anti-serangan udara andalan Israel untuk menghadapi rudal balistik jarak pendek dan menengah milik Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza.
Pengumuman status siaga tersebut dilakukan segera setelah pesawat tempur Israel, Senin dini hari, melancarkan serangan atas milisi Palestina dari Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina-Komando Umum (PFLP-GC) di dekat perbatasan Lebanon-Suriah. PFLP-GC dikenal sebagai loyalis Iran dan dekat dengan Hezbollah. Kelompok itu terlibat perang di Suriah, bergabung dengan pasukan loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad, Hezbollah, dan milisi loyalis Iran lainnya melawan kelompok oposisi bersenjata di Suriah.
Serangan atas basis PFLP-GC itu melengkapi rangkaian serangan Israel terhadap sasaran Iran di dekat kota Damaskus, Suriah, Sabtu lalu, dan sasaran milisi Hashd al-Shaabi, loyalis Iran, di kota Al-Qaim, Irak, dekat perbatasan dengan Suriah, Minggu. Pada hari Minggu itu pula, Israel melancarkan serangan dengan dua pesawat nirawak atas basis Hezbollah di Beirut selatan, Lebanon.
Serangan Israel atas basis Hezbollah itu gagal. Militer Lebanon mengumumkan, dua pesawat nirawak Israel jatuh di area kota Beirut selatan, Minggu dini hari. Pesawat nirawak pertama dilaporkan jatuh, sedangkan pesawat nirawak kedua meledak di udara. Sejumlah teknisi Hezbollah diberitakan kini tengah memeriksa dan membongkar pesawat nirawak Israel yang jatuh di Beirut selatan untuk mengetahui teknologinya.
Serangan baru Israel atas sasaran PFLP-GC, Senin dini hari, menunjukkan bahwa Israel mengabaikan ancaman Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah, Minggu, bahwa Hezbollah akan melancarkan serangan balasan kepada Israel terkait serangan atas sasaran Iran dekat Damaskus, Al-Qaim di Irak, dan basis Hezbollah di Beirut selatan, Sabtu dan Minggu.
Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi Al-Manar milik Hezbollah, Minggu sore, menuduh Israel menyerang dengan pesawat nirawak ke Beirut selatan telah melanggar aturan main gencatan senjata tahun 2006. Nasrallah lalu berjanji akan melancarkan aksi balasan atas serangan Israel terhadap Beirut selatan dan kota Damaskus.
Aturan main gencatan senjata Israel-Hezbollah itu dihormati sampai sekarang untuk mengakhiri perang Hezbollah-Israel tahun 2006. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan, pesawat tempur Israel melancarkan serangkaian serangan atas sasaran Iran di tenggara kota Damaskus guna menggagalkan rencana Divisi Al-Quds melakukan serangan atas sasaran Israel. Divisi Al-Quds adalah bagian dari Garda Revolusi Iran yang bertugas menjalankan misi Iran di luar negeri.