Sikap Pantang Menyerah Sindhu Membawanya Jadi Juara Dunia Bulu Tangkis
Pusarla Venkata Sindhu sempat diragukan kemampuannya lantaran gagal meraih satu gelar pun tahun lalu. Di Swiss, ia menjawab tuntas anggapan itu dengan merebut medali emas Kejuaraan Dunia 2019 nomor tunggal putri. Ia sekaligus mencatat sejarah sebagai pebulu tangkis pertama India yang menjadi juara dunia.
Oleh
Budi Suwarna
·5 menit baca
Pusarla Venkata Sindhu sempat diragukan kemampuannya lantaran gagal meraih satu gelar pun tahun lalu. Di Swiss, ia menjawab tuntas anggapan itu dengan merebut medali emas Kejuaraan Dunia 2019 nomor tunggal putri. Ia sekaligus mencatat sejarah sebagai pebulu tangkis pertama India yang menjadi juara dunia.
”Saya mendambakan gelar ini sejak lama. Tentu saja ini momen yang membanggakan bagi saya dan India. Banyak orang menunggunya,” ujar perempuan asal Hyderabad ini dengan nada emosional seusai merebut medali emas Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 di Basel, Swiss, Minggu (25/8/2019).
”Ini adalah jawaban pada orang-orang terus-menerus mempertanyakan (kemampuan saya). Saya hanya ingin menjawabnya dengan raket saya dan kemenangan ini. Itu saja,” tegasnya.
Setelah merebut medali perak pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Sindhu mencapai babak final di sejumlah kejuaraan utama yang membawa nama negara termasuk di Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, Asian Games 2018 di Jakarta, dan Pekan Olahraga Persemakmuran 2018 di Gold Goast. Namun, ia selalu gagal menjadi juara. Karena itu, ia sempat dijuluki sebagai pemain ”spesialis runner-up” atau ”si gadis spesialis perak”. Ia makin diragukan mental juaranya lantaran sepanjang periode 2018-2019 mengalami paceklik gelar.
Demi memecahkan kebuntuan itu, April lalu, asosiasi bulu tangkis India menunjuk pelatih asal Korea Selatan, Kim Ji-hyun, untuk memoles Sindhu dan pebulu tangkis putri India lainnya, Saina Nehwal. Usaha tersebut langsung terlihat hasilnya pada Kejuaraan Dunia 2019. Permainan Sindhu menjadi lebih taktis, serangnya lebih kuat, dan penempatan bolanya lebih akurat dibandingkan sebelumnya.
Bermodal permainan seperti itu, ia pun melenggang ke final dengan mengalahkan musuh-musuh bubuyutannya yang lebih diunggulkan menjadi juara, seperti Tai Tzu Ying (Taiwan) di babak perempat final dan Chen Yu Fei (China) di semifinal.
Di babak final, Sindhu tanpa ampun menghajar Nazomi Okuhara 21-7, 21-7 dalam waktu 38 menit. Kemenangan ini sekaligus membalas kekalahan Sindhu dari Okuhara pada final Kejuaraan Dunia 2017. Saat itu, ia kalah dari Okuhara dengan perolehan angka yang sangat ketat, 19-21, 22-20, 20-22.
Tidak mengherankan jika nama pertama yang disebut Sindhu ketika menyampaikan terima kasih setelah juara dunia adalah Kim; diikuti nama Pullela Gopichand, pelatih kepala timnas India; dan orangtuanya. Berkat merekalah, gadis jangkung itu akhirnya bisa merasakan jadi juara dunia.
Saya merinding ketika mendengar mereka menyebut (saya) sang juara dunia dan ketika lagu kebangsaan dimainkan dan melihat bendera India dikibarkan. Tidak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkannya.
”Saya merinding ketika mendengar mereka menyebut (saya) sang juara dunia dan ketika lagu kebangsaan dimainkan dan melihat bendera India dikibarkan. Tidak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkannya.... Saya benar-benar bangga menjadi orang India,” ujar Sindhu dengan mata sembab.
Kemenangan Sindhu terasa lebih manis karena terjadi pada hari ketika ibunya, P Vijaya, berulang tahun. ”Saya mempersembahkan medali ini untuk ibu saya yang berulang tahun hari ini. Selamat ulang tahun Bu,” ujar Sindhu.
Keberhasilan Sindhu menjadi juara dunia langsung disambut gembira masyarakat India. Ucapan selamat berdatangan dari banyak pihak, termasuk dari Perdana Menteri India Narendra Modi dan bintang film ternama Amitabh Bachchan. Mereka menyebut kemenangan Sindhu sangat membanggakan India dan akan menginspirasi atlet-atlet India lainnya untuk mengejar prestasi tingkat dunia.
Tak pernah mati
Sindhu berasal dari keluarga atlet. Ayah dan ibunya adalah pemain voli profesional. Namun, Sindhu tidak tertarik menjadi atlet voli. Ia lebih tertarik menjadi atlet bulu tangkis setelah melihat keberhasilan Pullela Gopichand menjuarai All England tahun 2001.
Pada usia delapan tahun, Sindhu mulai berlatih bulu tangkis secara serius di bawah bimbingan Mehboob Ali. Latihan digelar di lapangan bulu tangkis milik Indian Railway Institute of Signal Engineering and Telecommunication di Secunderabad. Kemudian, ia bergabung dengan akademi badminton milik pebulu tangkis yang telah menginspirasinya, Gopichand. Ia ditangani Gopichand sejak belia hingga sekarang. Ketika Sindhu bermain di partai final Kejuaraan Dunia 2019 pun, Gopi terlihat duduk di bangku pelatih di belakang lapangan bersama Kim Ji-hyun.
Sejumlah surat kabar India beberapa kali menuliskan betapa tekunnya Sindhu menjalani latihan. Ia biasa berlatih mulai pukul 04.15 setiap hari. Ia selalu datang tepat waktu ke tempat latihan meski harus menempuh perjalanan sejauh 56 kilometer dari rumahnya.
Ketekunannya berlatih memperlihatkan hasil nyata. Ia menjuarai sejumlah turnamen di tingkat yunior di India sejak usia 10 tahun. Pada 2013, ia masuk ke timnas India pada usia 17 atau 18 tahun. Setahun kemudian, ia ikut andil membawa India menjadi juara ketiga Uber Cup 2014 di New Delhi. Setelah itu, ia malang melintang di jajaran pebulu tangkis putri elite dunia.
Sindhu kini tercatat sebagai salah satu atlet India paling sukses dengan 1 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu dari kejuaraan dunia; 1 medali perak Olimpiade; dan belasan gelar turnamen lainnya. Di luar soal prestasi, ia juga menempati peringkat ke-13 dalam daftar atlet berpenghasilan tertinggi tahun lalu menurut Forbes. Perusahaan marketing Baseline Venture yang menangani Sindhu menyatakan, Sindhu saat ini didukung oleh 14 mereka. Penghasilannya di luar lapangan hanya kalah dari Virat Kohli, atlet kriket, olahraga yang sangat populer di India.
Kini, Sindhu membangun mimpi untuk merebut emas pada Olimpiade 2020 di Tokyo. ”Saya benar-benar akan bekerja keras dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk merebut medali itu (Olimpiade),” tegasnya.
Mimpi itu tidak berlebihan mengingat level permainan Sindhu yang meningkat. Ia juga memiliki modal lain, yakni sikap pantang menyerah. Gopichand mengatakan, ciri paling mencolok dari Sindhu adalah semangatnya ketika bertanding yang tidak pernah padam. (REUTERS/Hidustantimes.com/https://bwfbadminton.com)