Tekfin Syariah Incar Persaingan Langsung dengan Konvensional
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Teknologi finansial pinjaman berbasis syariah, PT Alami Fintech Sharia, mengincar persaingan langsung dengan tekfin konvensional. Alami akan sulit berkembang jika hanya mengandalkan pasar syariah yang saat ini masih sangat rendah literasinya.
Alami merupakan pemain baru dalam tekfin berbasis syariah. Perusahaan yang baru mendapat izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2019 itu mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman.
Chief Executive Officer Alami, Dima Djani, dalam kunjungan ke kantor Redaksi Harian Kompas di Menara Kompas, Selasa (27/8/2019), mengatakan, pihaknya akan meningkatkan kualitas agar bisa bersaing dengan tekfin konvensional. Hal itu memungkinkan mengingat tekfin syariah belum tertinggal terlalu jauh.
“Kita bicara kasus yang beda. Kalau bank syariah dan konvensional sangat tertinggal jauh dari waktunya. Kalau tekfin syariah dengan konvensional baru tertinggal dua tahun. Memang konvensional sudah ada yang meminjakan sampai triliunan rupiah, tetapi itu hanya masalah waktu," kata Dima.
Alami perlu bersaing dengan konvesional karena pasar syariah di Indonesia masih sempit. Literasi dan inklusi keuangan syariah nasional masih sangat rendah. Sementara itu, ekosistem keuangan syariah juga belum terbentuk. Untuk berkembang, mereka perlu mencari calon nasabah yang universal.
Adapun literasi keuangan syariah menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2019 baru menyentuh 8 persen. Sementara itu, pangsa pasar keuangan syariah baru tersendat di sekitar 8 persen.
“Karena itu kami perlu siapkan diri untuk bersaing dengan konvensional. Apalagi sudah banyak tekfin konvensional yang siap masuk ke lini syariah dengan unit usaha syariah (UUS),” kata Dima.
Menurut Dima, pihaknya terus memperbaiki SDM dan teknologi untuk mampu bersaing. Namun, pemenuhan kedua faktor itu menjadi tantangan karena membutuhkan dana yang besar. “Kami sedang fundraising lagi. Untuk meningkatkan kualitas,” pungkasnya.
Sebelumnya pada Mei 2019, Alami mendapatkan kucuran dana dari perusahaan modal ventura asal Singapura, TRYB Group. Suntikan dana itu digunakan untuk meningkatkan kebutuhan teknologi.
Head of Marketing Alami, Marco Pandita, mengatakan, lembaga keuangan syariah memang saat ini dipenuhi skeptisme. Hal itu disebabkan oleh lembaga-lembaga lain yang tidak mendapat kepercayaan karena kurang kompetitif.
“Karena itu kami terus menjaga kepercayaan dengan menjaga tingkat risiko. Kami juga mengajak pemberi dana dengan imbal hasil kompetitif yang selevel dengan reksa dana,” sebut Marco.
Setelah beroperasi tiga bulan, Alami sudah menyalurkan pinjaman sekitar Rp 20 miliar. Pinjaman itu semuanya diberikan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Rasio kredit macet Alami masih 0 persen. Sementara itu, bunga yang diberikan setahun berkisar 15-16 persen.