Agung Mulyawan Membidik Bakat Lari Anak-anak Pangalengan
Diselimuti udara dingin, kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, lama jadi kawah panas penggodokan bakal atlet nasional. Setelah sebelumnya sekadar dikunjungi atlet dari luar daerah, beberapa tahun belakangan bakat lokal mulai bermunculan diasuh tangan dingin Agung Mulyawan (29).
Oleh
Machradin Wahyudi Ritonga
·6 menit baca
Selama bertahun-tahun, kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi kawah penggodokan bakal atlet nasional dari sejumlah daerah. Namun, anak-anak Pangalengan sendiri tidak ada yang ikut berlatih meski punya potensi. Agung Mulyawan (29) berupaya keras mengajak anak-anak di sana untuk berlari dan membangun mimpi.
Kawasan Pangalengan dibekap udara dingin bukan main. Suhu udara pada Sabtu (10/8/2019) menyentuh 12 derajat celsius. Kristal es menghiasi pucuk daun teh, rumput, dan ujung runcing bebatuan. Akan tetapi, semua tak mampu menghalangi semangat anak-anak setempat untuk berlari. Di tengah udara sedingin itu, mereka siap berlatih di lintasan lari Lapangan Tanara di tengah Perkebunan Teh Malabar.
Diantar orangtua, mereka berada di trek lari Lapangan Tanara di tengah Perkebunan Teh Malabar, dan siap berlari.
Di ujung lintasan lari, Agung Mulyawan berdiri memegang catatan lari mereka sambil sesekali melihat jam tangannya. Sejak tiga tahun terakhir, dia rajin memantau bakat anak-anak itu.
Agung memegang harap, anak-anak ini bakal menjadi atlet yang mengharumkan nama bangsa. Sebagai pelatih di pemusatan latihan nasional (pelatnas) lari di Pangalengan, dia melihat potensi yang besar akan lahir dari dataran tinggi ini.
”Mereka terbiasa beraktivitas di udara yang tipis karena Pangalengan termasuk dataran tinggi. Beberapa anak di sini juga memiliki postur tubuh yang cocok menjadi pelari. Kalau dilatih dengan baik, bukan tidak mungkin bisa menjadi atlet yang diandalkan. Anak-anak ini bisa berlari kencang,” tuturnya sambil tertawa.
Sejak datang ke Pangalengan tahun 2016 lalu, Agung terpesona dengan Pangalengan. Tidak hanya pemandangan indah, Pangalengan juga cocok untuk berlatih karena memiliki oksigen tipis di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dengan kontur berbukit.
Akan tetapi, ada yang menganjal setelah melatih para atlet. Dia belum pernah bertemu atlet atletik asli Pangalengan. ”Kenapa tidak ada putra-putri daerah yang menjadi atlet? Sementara atlet-atlet dari sejumlah daerah saja mau jauh-jauh berlatih di daerah ini,” ulasnya.
Setelah ditelaah, Agung melihat, orangtua di Pangalengan tidak memiliki pandangan terkait karier sebagai atlet. Kondisi ini dia temui saat melatih anak-anak di sekitar Pelatnas Perkebunan Malabar, Pangalengan, untuk berlari.
”Sebagian orangtua hanya memikirkan anak-anaknya bisa menghasilkan uang dengan bekerja secepatnya,” tutur Agung.
Lirik bakat
Agung mencoba memberikan pemahaman lain melalui atletik. Di sela waktu luang, ia coba melatih ringan anak-anak setempat. ”Saya sering meletakkan kerucut yang berjarak sebagai patokan anak-anak untuk berlari. Mereka senang. Satu per satu datang. Namun, mereka datang tidak menentu. Terkadang, mereka dipanggil orangtua masing-masing untuk membantu di kebun teh,” ujarnya.
Hingga akhirnya dia menemukan Tazi Ahmad Dhani (15) tahun 2017. Beberapa kali Tazi tampak mengikuti Agus Prayogo, atlet nasional, yang sedang berlatih di lintasan lari Malabar.
Saat mengetahui Tazi ingin menjadi pelari tapi belum memiliki pelatih, semangat Agung semakin bulat untuk melatih anak-anak di sini. Dengan mengajak Tazi, juga anak-anak lainnya, Agung mulai melatih secara profesional.
Berbekal ilmu yang dimilikinya, Agung pun meracik menu latihan sesuai dengan perkembangan anak-anak dengan mendirikan Agung Mulyawan Track Club (AMTC) awal 2018. Kini, ada 60 anak lokal yang bergabung. Semuanya diberikan gratis, tanpa biaya.
Menurut Agung, melatih anak perlu porsi yang tepat karena berpengaruh kepada perkembangan kemampuannya. ”Mereka tidak asal berlari. Setiap anak memiliki menu latihan yang berbeda. Porsi latihan harus tepat sasaran. Kalau berlebihan, bisa-bisa anak menerima cedera,” tuturnya.
Meracik program untuk puluhan anak dengan memberikan menu satu per satu cukup memakan waktu. Karena itu, dia mempelajari penggunaan Microsoft Excel dengan memanfaatkan formulasi perangkat lunak tersebut untuk menghitung porsi latihan setiap anak.
Meski harus belajar dari awal, dia tetap menekuni program komputer tersebut agar bisa menghitung tanpa membuang waktu.
”Sekarang saya tinggal input hasil latihan setiap anak di tabel yang tersedia di Excel. Awalnya memang butuh usaha lebih, saya belajar dulu dari video-video yang ada di media sosial, coba terus,” ujarnya sambil tertawa.
Buka mata
Sejak klub didirikan, dia terus membantu anak-anak Pangalengan yang memiliki minat dan bakat untuk tetap berlatih. Dia juga memberikan penjelasan kepada orangtua dan menyasar sekolah-sekolah mengenai potensi karier atlet yang membanggakan.
Menjadi atlet memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada berbagai kompetisi yang harus mereka lewati agar bisa menjadi yang terbaik, dan tidak semua bisa mendapatkan posisi itu.
Akan tetapi, tutur Agung, masih ada perjalanan karier lain yang akan menunggu anak-anak terlatih ini. Ada berbagai profesi yang memberikan kesempatan bagi orang dengan kemampuan fisik tinggi di dalam jenjang kariernya, seperti petugas kepolisian, tentara, dan pelatih seperti Agung.
Pemahaman Agung pun tidak berlandaskan pengalaman. Masa muda Agung berkutat dengan jerih payahnya untuk menjadi atlet profesional. Dia juga berkuliah di jurusan keolahragaan sehingga bisa melancarkan cita-citanya menjadi atlet.
Akan tetapi, asa itu kandas karena cedera otot paha saat Agung berumur 20 tahun. Dia merasa, kesempatan untuk menjadi atlet semakin tipis karena penyembuhan cedera ini membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu, untuk menjadi atlet, ada banyak menu latihan yang harus dia lakukan.
Setelah berpikir sekian lama, Agung pun memutuskan untuk menjadi pelatih di beberapa klub. Panggilan untuk menjadi asisten pelatih di pelatnas pun dia terima tahun 2014. Kariernya berlanjut hingga tahun 2016, dia ditugaskan menjadi pelatih pelatnas atletik sampai saat ini.
Saat ini, tutur Agung, AMTC telah bekerja sama dengan Athletica Talent, sebuah perusahaan spesialis manajemen atlet. Namun, itu tidak cukup. Agung berharap lebih banyak lagi pihak yang bekerja sama untuk membentuk anak-anak menjadi atlet yang tangguh dan berprestasi.
Ada beberapa kebutuhan AMTC untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu bagian fisioterapi, psikolog, strength condition (penguatan kondisi tubuh), recovering system (sistem pemulihan), nutrisi, dan bagian lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tentunya ada banyak biaya yang harus dipenuhi.
”Selama ini saya bisa menjalankan dengan gratis karena saya memang berniat untuk menjadi pelatih mereka, hitung-hitung meningkatkan kemampuan saya sebagai pelatih,” ujarnya sambil tersenyum.
Selama ini, Agung memang merasa cukup dengan penghasilannya sebagai pelatih dan membuka usaha jasa pelatihan atletik PT Alen Tiga Jaya.
Agus Prayoga, atlet pelari nasional, melihat upaya Agung untuk membentuk anak-anak Pangalengan menjadi atlet profesional patut diapresiasi. ”Potensi anak-anak Pangalengan ini sayang sekali jika dibiarkan. Agung mau melatih mereka dan itu adalah hal yang sangat membantu,” ujarnya.
Meskipun tak menarik bayaran, Agung sadar, kondisi keluarga dari anak-anak di Pangalengan yang serba terbatas ini tentu akan semakin menyulitkan mereka.
”Anak-anak ini diizinkan untuk berlatih lari saja sudah bagus,” tuturnya.
Oleh karena itu, ke depan, Agung berniat menjadikan AMTC tidak sekadar klub untuk latihan lari. Nantinya, dia berharap klub ini bisa menyediakan kebutuhan para pelari muda untuk menggapai cita-cita mereka.
Bagi Agung, mimpi anak-anak ini terlalu mahal untuk dilepaskan begitu saja. Dengan potensi yang ada, mereka bisa berlari membanggakan Indonesia di pentas dunia.
Agung Mulyawan
Lahir: Bogor, 14 Mei 1990
Pendidikan :
- Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Jakarta (lulus 2014)
Karier:
Pelatih Pelatnas Atletik (PB PASI) 2017-Sekarang
Pelatih Lari Jarak Jauh-Maraton: Sea Games Kuala Lumpur XXVIIII-2017