Pengalaman panjang dan 20 gelar juara di ajang Grand Slam tak menghindarkan Roger Federer dari rasa gugup saat tampil pada babak pertama, yang membuatnya kehilangan satu set dari petenis India.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
NEW YORK, SENIN — Roger Federer pernah mengatakan, berhadapan dengan petenis yang belum pernah dihadapi, apalagi pada babak pertama turnamen, lebih sulit dibandingkan melawan rivalnya, Novak Djokovic atau Rafael Nadal. Tantangan itu pula yang dialami Federer pada babak pertama dua Grand Slam terakhir, Wimbledon dan AS Terbuka.
Datang ke Stadion Arthur Ashe, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King di Flushing Meadows, New York, Senin (26/8/2019) malam waktu setempat, atau Selasa (27/8) pagi WIB, Federer membawa 1.223 kemenangan yang menghasilkan 20 gelar Grand Slam sepanjang kariernya. Sementara itu, lawannya yang berperingkat ke-190 dunia, petenis India, Sumit Nagal, belum pernah memenangi satu laga pun dalam babak utama Grand Slam dan ATP Tour.
Meski demikian, fakta itu tak lantas membuat Federer bisa melangkah ke babak kedua dengan mudah. Federer langsung kehilangan set pertama sebelum akhirnya menang, 4-6, 6-1, 6-2, 6-4.
Petenis berusia 38 tahun itu mengalami hal yang sama ketika tampil pada babak pertama Wimbledon, Juli. Berhadapan dengan petenis peringkat ke-86 dunia asal Afrika Selatan, Lloyd Harris, Federer juga memerlukan empat set untuk menang, 3-6, 6-1, 6-2, 6-2.
Pada masa persiapan AS Terbuka, Federer mengatakan, tantangan menghadapi petenis yang untuk pertama kalinya menjadi lawan adalah menebak karakter permainan dan kebiasaan-kebiasaan mereka saat bertanding. Hal ini berbeda ketika berhadapan dengan Djokovic atau Nadal, yang kebiasaan-kebiasaannya telah diketahui Federer.
Kesulitan menghadapi lawan baru juga ditambah dengan perasaan gugup yang selalu muncul menghadapi babak pertama.
”Babak pertama selalu menyulitkan meski kami sudah berpengalaman,” kata Federer.
Tak terlalu buruk
Meski demikian, lima kali juara AS Terbuka itu—Federer juara 2004-2008—tak begitu risau. ”Pengalaman itu tak terlalu buruk. Saya juga mengalaminya di Wimbledon. Pada akhirnya, yang menentukan adalah tiga set terakhir,” kata Federer yang akhirnya lolos hingga final Wimbledon, tetapi kalah dari Djokovic lewat laga epik sepanjang lima set.
Kesulitan Federer menjalani laga awalnya terlihat melalui banyaknya kesalahan. Dengan total 57 kesalahan, 19 di antaranya pada set pertama, Federer membuat kesalahan lebih banyak daripada lawannya pada setiap set.
”Permainan saya pada set pertama seburuk penampilan saya (merujuk pada janggut yang belum dicukurnya). Tetapi, saya berusaha melupakannya. Set pertama pada babak pertama tak pernah mudah. Saya mencoba melupakannya dan menaikkan level permainan pada set berikutnya meski tak mudah,” tutur Federer.
Di sisi lain, Federer memuji penampilan Nagal yang mampu bertahan dengan penguasaan lapangan yang baik. Apalagi, pertandingan itu menjadi pengalaman pertamanya tampil di panggung besar.
Seperti sebagian besar anak-anak di India, Nagal bercita-cita menjadi atlet kriket. Namun, ayahnya memaksa Nagal untuk bermain tenis.
Pada 2005, kemampuan Nagal dilihat Mahesh Bupathi, juara ganda campuran Perancis Terbuka 1997, untuk bergabung di akademi tenis. Dia pun terpilih dari ribuan petenis muda.
”Dia memiliki ketenangan saat berhadapan dengan petenis bintang. Saya rasa, dia dan tim pelatihnya harus bangga pada perkembangan kemampuannya,” komentar Bhupathi.
Selain Nagal, India juga diwakili Prajnesh Gunneswaran pada babak pertama AS Terbuka. Ini menjadi momen pertama bagi India diwakili lebih dari satu pemain di babak utama Grand Slam dalam lebih dari dua dekade terakhir. Seperti Nagal, Gunneswaran juga tersingkir setelah dikalahkan unggulan kelima, Daniil Medvedev (Rusia).
Sebelum ini, India pernah diwakili Leander Paes dan Mahesh Bupathi pada babak utama Wimbledon 1998.
Selain Federer dan Medvedev, kemenangan juga diraih juara bertahan, Novak Djokovic. Petenis nomor satu dunia ini menang atas Roberto Carballes Baena (Spanyol), 6-4, 6-1, 6-4, dan akan berhadapan dengan Juan Ignacio Londero (Argentina) pada babak kedua.
Serena menang
Pada pertandingan babak pertama yang paling dinanti begitu undian dirilis, empat hari sebelumnya, enam kali juara AS Terbuka Serena Williams terlalu tangguh bagi juara AS Terbuka 2006, Maria Sharapova. Serena mengalahkan rivalnya itu, 6-1, 6-1, dalam waktu 59 menit.
Laga itu mempertemukan dua petenis yang pernah berada di puncak peringkat dunia. Keduanya juga menjadi dua petenis putri terakhir yang sukses mengumpulkan gelar juara dari keempat Grand Slam. Namun, keduanya tak pernah bertemu sejak terakhir kali bersaing di Australia Terbuka 2016.
Saat undian mempertemukannya dengan Sharapova pada laga awal, Serena pun berlatih dengan intens. ”Saya berlatih dengan keras dan sangat fokus dengan Patrick (Mouratoglou, pelatihnya). Kami juga berbicara tentang taktik. Saya senang bisa memenangi pertandingan ini,” katanya.
Serena mendominasi pertemuan ke-22 mereka ini. Tiga indikator statistik memperlihatkan kesulitan Sharapova. Dia gagal memperoleh poin dari servis kedua, pukulan net, dan tak bisa mematahkan servis Serena. Ketiga indikator itu menghasilkan angka 0 persen.
Sementara itu, juara bertahan tunggal putri, Naomi Osaka, memulai penampilan Selasa tengah malam WIB melawan Anna Blinkova (Rusia). Juara Wimbledon, Simona Halep, Rafael Nadal, dan Stefanos Tsitsipas, juga akan tampil pada hari kedua. (REUTERS/AFP)