Canberra Sampaikan Kekecewaan pada China atas Penahanan Penulis Australia
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
CANBERRA, SELASA -- Pemerintah Australia menyatakan ”sangat prihatin dan kecewa” atas penangkapan penulis warga negara Australia kelahiran China, Yang Hengjun, oleh Pemerintah China dengan tuduhan mata-mata.
Yang (53), mantan diplomat China yang beralih menjadi warga Australia serta jurnalis daring dan bloger, ditahan di China sejak Januari lalu. Namun, baru pada Jumat lalu Beijing secara resmi menetapkan penahanan dirinya dengan tuduhan spionase.
”Pemerintah (Australia) sangat prihatin dan kecewa mengetahui ada warga Australia akademisi Dr Yang Hengjun... secara resmi ditahan di China dengan sangkaan menjadi mata-mata,” kata Marise Payne, Menteri Luar Negeri Australia. Ia menggambarkan, Yang ditahan dalam ”kondisi yang kejam” tanpa akses kepada pengacara atau keluarganya meskipun pejabat kedutaan Australia telah mengunjunginya.
”Kami akan terus mendesak otoritas China untuk bersikap adil dan berlaku manusiawi sesuai norma-norma internasional,” ujar Payne.
Di China, aktivitas spionase bisa dijatuhi hukuman mati. Yang telah ditahan di China sejak ia tiba di Guangzhou dalam penerbangan dari New York pada Januari 2019 bersama istrinya, Yuan Xiaoliang, dan anak tirinya yang berusia 14 tahun. Ia ditangkap saat menunggu penerbangan lanjutan ke Shanghai. Yang kemudian dipindahkan ke Beijing.
Pengacara Yang di Beijing, Mo Shaoping, mengatakan, istri Yang telah diberi tahu bahwa Kementerian Keamanan Dalam Negeri China telah memindahkan suaminya ke tahanan kriminal di Beijing. Sebelumnya, Yang ditempatkan di sebuah tempat yang disebut rumah tahanan di lokasi tertentu.
Menurut Kemlu China, Yang dicurigai melakukan tindak kejahatan yang membahayakan keamanan China. ”Badan keamanan negara China menangani kasus ini berdasarkan hukum yang berlaku dan menjamin sepenuhnya hak-hak Yang Jun. Kondisinya saat ini sehat,” kata Geng Shuang, jubir Kemlu China, yang juga menyampaikan kekecewaan China kepada Australia atas pernyataan yang dilontarkan dalam kasus itu.
Hingga saat ini, Yang belum secara formal didakwa. Penyidik harus memutuskan dalam 37 hari, apakah menyetujui penangkapan resmi Yang atau meminta waktu tambahan untuk penyelidikan.
Tidak jelas
Yang Jun adalah nama asli Yang Hengjun. Ia mendapat kewarganegaraan Australia pada 2002 dan meraih gelar doktor dari University of Technology Sydney. Ia tinggal di New York sebagai dosen tamu di Columbia University.
Pengacara Yang dari Australia, Rob Stary, menduga aktivitas spionase dituduhkan kepada kliennya terkait aktivitas Yang dalam demokrasi. Ia mengatakan, dasar tuduhan mata-mata kepada kliennya tidak jelas.
"Kami pikir ini terkait dengan spionase atas nama Australia, tetapi tidak dinyatakan spesifik dalam dokumen tuduhan,” ujarnya. “Kami jelas terganggu dengan hal itu jika memang benar itu adalah tuduhannya karena sama sekali tidak berdasar”.
Menlu Payne mengatakan, dirinya telah menyampaikan keprihatinan Australia atas penahanan Yang kepada Menlu China Wang Yi.
"Kami sangat prihatin terhadap kondisi Dr Yang yang sedang ditahan,” ujar Payne. "Sangat penting, dan kami berharap, standar keadilan dan prosedural terpenuhi. Dengan hormat saya mengulangi permintaan saya bahwa apabila Dr Yang ditahan karena keyakinan politiknya maka harus dibebaskan.”
Dengan hormat saya mengulangi permintaan saya bahwa apabila Dr Yang ditahan karena keyakinan politiknya maka harus dibebaskan.
Payne juga mengatakan, Australia berharap Yang diperlakukan sesuai hukum hak asasi manusia internasional, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dengan perhatian khusus pada larangan penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi, penahanan sewenang-wenang, dan perlindungan hak kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama.
Beberapa pakar kebijakan luar negeri dan aktivis hak asasi manusia mendesak pemerintah Australia untuk berbuat lebih untuk menjamin kebebasan Yang. Mereka menilai, apa yang dilakukan Australia selama ini dinilai kurang tegas.
"Kami memberi perhatian serius tentang sistem pengadilan kriminal yang buram di China tempat para tersangka mengalami perlakuan yang mengerikan," kata Elaine Pearson, Direktur Human Rights Watch (HRW) Australia, melalui pernyataan tertulis.
Feng Chongyi, akademisi di University of Technology di Sydney, mengatakan bahwa tuduhan terhadap Yang--rekannya--sangat serius. "Ini benar-benar langkah kasar mengingat mereka tidak bisa memperlihatkan bukti atas dakwaan-dakwaan yang didorong masalah politik," kata Feng kepada Reuters.
Sebagian besar tulisan-tulisan Yang akhir-akhir ini menghindari masalah politik China. Ia semakin menonjol pada awal tahun 2000-an saat mendapat julukan "penjaja demokrasi".
"China mengamati terus untuk menekan upaya-upaya demokrasi. Ini pesan yang jelas terhadap langkah-langkah tersebut," ujar Alex Joske, analis pada lembaga think-tank International Cyber Policy Centre. (REUTERS/AP/SAM)