Penampilan dua tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 mengundang keprihatinan mantan pemain nomor satu dunia, Taufik Hidayat. TAufik mendorong mereka untuk tampil lebih konsisten dan berjuang keras untuk berprestasi pada OIimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Yulia Sapthiani
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Mantan pebulu tangkis nomor satu Indonesia, Taufik Hidayat, prihatin dengan hasil para pemain tunggal putra pada Kejuaraan Dunia 2019 di Basel Swiss, pekan lalu. Taufik menilai, Jonatan Christie yang tersingkir pada perempat final dan Anthony Sinisuka Ginting yang tersingkir pada babak ketiga harus bekerja keras untuk membuka peluang meraih medali pada Olimpiade Tokyo 2020.
“Anthony dan Jonatan sebenarnya punya potensi untuk meraih medali. Mereka punya pengalaman mengalahkan pemain top dunia, seperti pemain nomor satu dunia asal Jepang, Kento Momota. Namun, penampilan mereka masih labil, belum konsisten di level tertinggi,” kata Taufik.
Jika tak ada perubahan, lanjutnya, kedua tunggal putra terbaik Indonesia itu akan sulit bersaing di Tokyo 2020. Apalagi, tekanan saat tampil di Olimpiade jauh lebih besar dibandingkan turnamen rutin.
“Olimpiade digelar empat tahun sekali. Semua atlet ingin juara di sana. Tak semua atlet mampu juara di sana, termasuk yang sering juara di turnamen lain. Lihat saja Lee Chong Wei (Malaysia). Dia pemain bagus dan banyak juara, tetapi belum pernah juara Olimpiade dan juara dunia,” kata peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 tersebut.
Atas dasar itu, Taufik mengatakan, perlu komitmen yang kuat dari atlet dan pelatih untuk mewujudkan target meraih medali. “Semua tim pelatih harus bekerja sama. Kelemahan atlet diperbaiki. Menurut saya, faktor mental menjadi kelemahan mereka,” lanjutnya.
Taufik memberi contoh atlet yang terganggu komentar publik di media sosial. “Kalau mereka bermedia sosial, harus tahu risikonya. Jangan gampang terganggu dengan komentar-komentar orang,” katanya.
Taufik juga menyayangkan menurunnya mental Anthony akibat masalah sponsor. Kendala yang dihadapi dalam menentukan salah satu di antara dua sponsor merusak konsentrasinya hingga tak bertanding dengan maksimal. Anthony pun tersingkir pada babak-babak awal turnamen besar, seperti babak pertama All England, babak kedua Indonesia Terbuka, dan babak ketiga Kejuaraan Dunia.
“Sebagai Ketua Klub SGS, saya peduli terhadap menurunnya penampilan Anthony yang juga berasal dari SGS. Apalagi, ini sudah mendekati Olimpiade. Dia pernah bilang terganggu dengan masalah sponsor itu. Saya harap, PBSI bersikap bijak dengan memanggil semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya.