RAYONG, KOMPAS—Keterlibatan swasta dan komunitas masyarakat menjadi kunci dalam pengelolaan sampah. Di Rayong, Thailand, pengumpulan dan pemilahan sampah telah dilakukan di level komunitas hingga menghasilkan produk bernilai ekonomi.
“ Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan sampah 70 persen tahun 2025,” kata Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin, Selasa (27/8/2019), di Rayong, Thailand.
Di kawasan itu, Safri dan rombongan dari Indonesia mengunjungi tempat pengolahan sampah akhir yang menggunakan teknologi pemilahan sampah. Pengelolaan sampah itu melibatkan swasta dalam wadah Public Privat Partnership in Plastic Management.
Selain itu rombongan yang terdiri dari beberapa lembaga terkait penanganan sampah di Indonesia tersebut mengunjungi pengelolaan sampah di komunitas. Pemilahan sampah telah dilakukan sejak di rumah tangga dengan adanya edukasi dari swasta dan memanfaatkan fasilitas publik di pemukiman.
“ Indonesia telah lama mengembangkan bank sampah atau pengelolaan sampah di tingkat komunitas. Namun memang itu belum dilakukan secara kontinyu di semua daerah,” katanya. Di Indonesia tercatat ada sekitar 10.000 bank sampah.
“ Kami memberikan bantuan dalam bentuk edukasi kepada masyarakat. Bantuan lain berupa membuka akses pemasaran produk-produk yang dihasilkan komunitas,” kata Nattapong Jirawattanaworakul, site public affair leader, Dow Thailand, Public Private Partnership Plascti Thailand.
Untuk mengedukasi masyarakat terkait pemilahan sampah, lanjut Nattapong, bank sampah menetapkan harga sampah plastik tergantung dari kondisi plastik yang disetorkan waega atau toko di sekitar lokasi bank sampah. Semakin kotor kondisi plastik, maka harganya makin rendah.
Selanjutnya, sampah plastik yang terkumpul dipilah warga berdasarkan jenisnya. Kemudian sampah plastik itu dijual ke perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang daur ulang sampah plastik.
Adapun sampah organik yang dikumpulkan warga kemudian diolah menjadi kompos dan pupuk organik itu dijual maupun digunakan untuk kegiatan pertanian. Sampah organik yang diterima bank sampah berupa sayur dan buah untuk meningkatkan mutu kompos. (EVY RACHMAWATi)