Sekitar 150 mahasiswa Papua dan Papua Barat berunjuk rasa di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/8/2019) siang. Aksi yang digelar melintasi sejumlah jalan utama di “Kota Kembang” itu berjalan damai.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sekitar 150 mahasiswa Papua dan Papua Barat berunjuk rasa di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/8/2019) siang. Aksi yang digelar melintasi sejumlah jalan utama di “Kota Kembang” itu berjalan damai.
Demonstrasi dilakukan dengan berjalan kaki dari asrama mahasiswa Papua di Jalan Cilaki, Bandung. Semula massa aksi ingin berunjuk rasa di Markas Kodam III Siliwangi. Namun, mereka dihadang puluhan polisi.
Massa aksi bergerak ke Jalan Merdeka untuk berorasi. Mereka menyampaikan sejumlah tuntutan, seperti mengecam rasialisme kepada orang Papua, mendesak aparat penegak hukum menangkap dan mengadili aktor intelektual dalam pengepungan asrama mahasiswa papua di Surabaya dan penyerangan aksi damai di Malang, serta menolak perpanjangan otonomi khusus di Papua.
Meskipun sempat diguyur hujan, massa aksi tetap melanjutkan unjuk rasa. Mereka bergerak ke Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika.
Dengan menggunakan pakaian adat Papua, seperti koteka dan rok rumbai, aksi mahasiswa tersebut menarik perhatian warga dan pengunjung sejumlah pusat perbelanjaan. Mereka pun mengabadikan aksi tersebut menggunakan telepon genggam.
Ketua Ikatan Mahasiswa Se-Tanah Papua (Imasepa) Bandung Roberto Rumpumbo mengatakan, intimidasi oleh aparat dan organisasi masyarakat kepada mahasiswa Papua tidak hanya terjadi di Jawa Timur. Dia mengatakan, tiga tahun sebelumnya, hal serupa juga terjadi di Yogyakarta.
“Kawan-kawan kami dikepung selama tiga hari tiga malam. Akhirnya, makanan yang sudah basi pun terpaksa dimakan karena tidak bisa keluar asrama. Jika dibiarkan, saya khawatir hal serupa akan terjadi di Jabar,” ujarnya.
Roberto mengecam tindakan rasial yang ditujukan kepada orang Papua. Dia juga mendesak pemerintah membuka akses internet yang diputus setelah terjadi kerusuhan di sejumlah daerah di Papua.
Dengan menggunakan pakaian adat Papua, seperti koteka dan rok rumbai, aksi mahasiswa tersebut menarik perhatian warga dan pengunjung sejumlah pusat perbelanjaan. Mereka pun mengabadikan aksi tersebut menggunakan telepon genggam
Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Irman Sugema mengatakan, pihaknya menghadang massa aksi berunjuk rasa di Kodam III Siliwangi. Sebab, terdapat aturan tidak memperbolehkan demonstrasi di dekat instansi militer.
“Penyampaian aspirasi hanya boleh pada jarak maksimal 500 meter dari kodam. Jadi, kami menaati aturan itu. Asalkan sesuai aturan, kami akan kawal agar unjuk rasa berjalan tertib dan lancar,” ucapnya.
Unjuk rasa tersebut berakhir di depan Museum Konferensi Asia Afrika, Selasa sore. Setelah menyampaikan pernyataan sikapnya, massa aksi kembali ke asrama dengan berjalan kaki.