Kawasan Kumuh di Surabaya Disulap Jadi Tempat Wisata
Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan penataan di kawasan kumuh, dan disulap menjadi tempat wisata. Perbaikan lingkungan kawasan kumuh pun terus berlangsung sampai Surabaya tanpa kawasan kumuh.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan penataan kawasan kumuh dan disulap menjadi tempat wisata. Perbaikan lingkungan kawasan kumuh pun terus berlangsung sampai Surabaya bebas dari kawasan kumuh.
Untuk mendukung penuntasan skala lingkungan zero kawasan kumuh di Surabaya, Tim Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Pemukiman (Satker PIP), dan Satuan Kerja Provinsi menyelenggarakan workshop Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) di Surabaya, Kamis (29/8/2019).
Workshop dihadiri sejumlah perwakilan perangkat daerah, seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Satker PIP, perwakilan Kotaku Surabaya, OSP 3 Jawa Timur, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (PPW) Jawa Timur, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan beberapa jajaran terkait.
Pertemuan ini bertujuan memberikan pembekalan dan pengetahuan kepada peserta untuk berinovasi. Maksud lain adalah menyatukan visi misi dan pemikiran dalam mendukung penuntasan permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan di Kota Surabaya.
Salah satu cara adalah dengan kolaborasi dan akselerasi program perumahan dan kawasan permukiman untuk pencapaian target 100-0-100. Target tersebut diartikan dalam 100 persen akses universal air minum, nol persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak.
Kabid Sarana dan Prasarana Wilayah Bappeko Surabaya Andi Prihandoko mengatakan, untuk mendukung program tersebut, Pemkot Surabaya menetapkan beberapa kawasan prioritas peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
Hal ini tercantum dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya Tahun 2015 tentang Kawasan Prioritas Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya. ”Pemkot Surabaya mempunyai kepedulian besar dalam peningkatan kawasan permukiman,” katanya.
Secara luasan, lanjut Andi, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan cukup padat. Oleh karena itu, melalui workshop tersebut diharapkan ada peningkatan kebijakan program dalam penanganan kawasan kumuh dan strategi pencapaian target sisa pengurangan kumuh tahun 2019 bisa tuntas. ”Dibutuhkan suatu perencanaan yang benar-benar mengarah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Andi.
Tinggal 43 hektar
Ia menjelaskan, pada 2019 terdapat rencana aksi penuntasan penanganan skala lingkungan lokasi prioritas di 21 kelurahan Surabaya. Rencana aksi tersebut akan menyelesaikan sisa kawasan kumuh tahun 2019 seluas 43,46 hektar.
Untuk menuntaskan persoalan itu, masukan dari berbagai pihak dalam mendukung pencapaian Kota Surabaya bebas dari kawasan kumuh.
Sangat diharapkan Kota Surabaya menjadi pioner penataan program Kotaku di Indonesia dalam mencapai progres yang signifikan. (Maztri Indrawanto)
Pakar tata kota Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), Maztri Indrawanto, menilai, upaya dalam mencapai target 100.0.100 itu terus dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Meski demikian, program Kotaku yang digaungkan sejak 2015 itu diharapkan bisa tuntas dalam empat bulan terakhir ini.
”Sangat diharapkan Kota Surabaya menjadi pioner penataan program Kotaku di Indonesia dalam mencapai progres yang signifikan,” kata Maztri.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong Pemkot Surabaya agar dalam empat bulan terakhir ini mempercepat progres pengerjaan di beberapa kawasan yang menjadi prioritas itu. Karena itu, melalui workshop ini, diharapkan muncul output rumusan-rumusan tindak lanjut dari jajaran atau instansi terkait sehingga September sampai November 2019 bisa lancar dan tuntas.
Memperhatikan warga
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambahkan, penataan kawasan kumuh selalu memperhatikan warganya. Setiap ada penataan kawasan kumuh selalu diawali dengan diskusi warga. Mereka akhirnya tidak melakukan perlawanan karena rumahnya digusur. ”Warga yang terkena penataan kawasan dipindahkan ke rumah susun agar kehidupannya lebih baik,” katanya.
Warga yang terkena penataan kawasan dipindahkan ke rumah susun agar kehidupannya lebih baik. (Tri Rismaharini)
Kawasan-kawasan yang kumuh yang sudah ditata, seperti di Bulak, bahkan menjadi salah satu destinasi wisata. Penataan di kawasan kumuh tersebut dilakukan dengan penataan kawasan dengan tidak melupakan kehidupan ekonomi warga. ”Rumah-rumah dicat dengan warna-warni dan menjadi spot foto menarik,” ungkapnya.
Dari pemantauan Kompas, kawasan kumuh memang masih ada di beberapa titik di Kota Surabaya dengan luas 350 kilometer persegi. Jumlah penduduk Kota Surabaya 3,2 juta jiwa yang tersebar di 31 kecamatan dan 154 kelurahan. Dari seluruh wilayah yang ada, kini kawasan kumuh tinggal 43 persen dan lokasinya terpencar.
Kawasan kumuh tak lagi berada dalam kawasan yang besar, tetapi tinggal sepotong. Di kawasan Jagir, Wonokromo, misalnya, sepanjang Kali Jagir tinggal empat atau lima bangunan. Selebihnya, terutama sepanjang Kali Jagir mulai Jembatan Nginden hingga persimpangan Jalan Ngagel, sudah ditata dan kini menjadi Taman Jagir lengkap dengan sarana olahraga dan bermain anak-anak.