Ratusan Warga Kalideres Terpaksa Hidup di Pengungsian
Sebanyak 460 orang harus hidup di pengungsian akibat kebakaran yang menghanguskan permukiman di Kampung Bulak RT 010 RW 001, Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (28/8/2019).
Oleh
Aditya Diveranta
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 460 orang harus hidup di pengungsian akibat kebakaran yang menghanguskan permukiman di Kampung Bulak RT 010 RW 001, Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (28/8/2019). Mereka mengharapkan bantuan berupa pakaian dan makanan karena seluruh harta benda ludes terbakar.
Gunawan, Ketua RT 010 RW 001 Semanan, saat ditemui, Kamis (29/8/2019) dini hari, mengatakan, 460 orang ini adalah penghuni 120 rumah yang terdampak kebakaran. Lahan seluas 6.000 meter persegi di kawasan permukiman itu terbakar karena masalah instalasi kelistrikan di rumah salah seorang warga bernama Rustama.
”Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 14.00 kemudian menjalar dengan cepat ke rumah-rumah warga. Warga berusaha mencegah jalannya rambatan api, tetapi gagal. Api bahkan terus menyala hingga pukul 16.30,” ujar Gunawan.
Kebakaran baru padam menjelang petang sekitar pukul 17.30. Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Barat Rompis Romlih mengatakan, ada 19 mobil pemadam kebakaran yang didatangkan ke lokasi.
”Menjelang petang (api) telah masuk proses pendinginan. Pemadaman juga terbantu adanya hujan saat menjelang malam,” kata Rompis.
Adapun lokasi kebakaran ini berada dekat dengan jalur kereta rel listrik (KRL). Rompis mengatakan, pemadaman sore itu diprioritaskan agar tidak sampai merambat ke sekitar rel kereta.
VP Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia Anne Purba mengatakan, pemutusan listrik aliran atas (LAA) untuk KRL sempat dilakukan. Jaringan LAA tersebut baru dinyatakan kembali normal pukul 16.15.
Taska (48), warga yang rumahnya paling dekat dengan sumber kebakaran, mengatakan, cepatnya api menjalar disebabkan rumah di sekitar kawasan itu terbuat dari bedeng. Bangunan dari bedeng menandai bahwa warga setempat bukanlah pemilik asli dari lahan yang mereka tinggali.
”Sebagian besar warga di sini adalah kaum pendatang yang mengontrak rumah. Saya sendiri juga mengontrak rumah dekat sini karena mudah untuk usaha,” ujar Taska.
Lurah Semanan Bayu Fadayen mengatakan, pihak kelurahan dan kecamatan kini masih mengusahakan sejumlah bantuan mendasar, seperti makanan dan pakaian. Namun, ia ragu akan ada biaya kompensasi untuk menalangi kerugian. Hal ini karena mereka kaum pendatang dan bukan pemilik asli lahan bangunan.
”Sejauh ini kami upayakan bantuan pokok yang mendasar untuk bertahan hidup. Saya harap warga juga turut membantu rekan kita yang kesusahan di sini,” kata Bayu.