Kebutuhan hunian pekerja muda dan generasi milenial memunculkan bisnis baru. Perusahaan rintisan bidang teknologi berinovasi dalam memasarkan properti, baik melalui laman pemasaran maupun manajemen sistem.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan hunian pekerja muda dan generasi milenial memunculkan bisnis baru. Perusahaan rintisan bidang teknologi berinovasi dalam memasarkan properti, baik melalui laman pemasaran maupun manajemen sistem.
Harga rumah dan apartemen atau rumah susun yang meningkat membuat sebagian pekerja muda memilih mengontrak kamar atau menyewa kamar kos atau apartemen. Pilihan ini diperkirakan masih akan bertahan, seiring kenaikan harga hunian.
Berdasarkan survei properti residensial Bank Indonesia yang dikutip Rabu (28/8/2019), harga hunian di Medan (Sumatera Utara) pada triwulan III-2019 diperkirakan naik 4,13 persen secara tahunan. Sementara di Surabaya (Jawa Timur) diperkirakan naik 2,36 persen, Bandar Lampung (Lampung) naik 3,92 persen, serta di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Banten naik 1,2 persen.
Ita, karyawan swasta yang setahun menikah, tinggal di kamar kos bersama suaminya. Ita berharap, dengan menyewa kamar kos, bisa menyisihkan sebagian gaji untuk membeli rumah.
”Dana kami belum cukup untuk membayar uang muka rumah tapak di DKI Jakarta, Tangerang, atau Tangerang Selatan. Kami masih mencari-cari rumah tapak dengan harga murah ke wilayah lain di pinggiran Jabodetabek,” ujarnya.
Potensi
Potensi pasar ini digarap Mamikos. Co-Founder Mamikos, laman pemasaran kos, Bayu Syerli, menyebutkan, kenaikan harga hunian di perkotaan membuat generasi muda semakin sulit membeli properti di kota. Pilihan yang bisa diambil adalah menyewa kamar kos atau rumah.
”Urbanisasi tidak terhindarkan. Warga yang semula tinggal di kota ketiga pindah ke kota kedua, dan selanjutnya,” ujar Bayu, yang menilai bisnis penyewaan kamar kos prospektif.
Ia mengaku persaingan bisnis usaha rintisan bidang teknologi khusus pemasar sewa properti semakin ketat. Bagi perusahaan rintisan bermodal besar, umumnya mereka menyewa rumah atau apartemen dengan luas tertentu, lalu disewakan kembali dalam ukuran luas yang lebih kecil.
Persaingan bisnis usaha rintisan bidang teknologi khusus pemasar sewa properti semakin ketat.
Sejauh ini, kamar kos yang terdaftar di Mamikos sebanyak dua juta unit.
”Bisnis sewa kamar kos tetap punya masa depan cerah. Di Mamikos, kami selalu mendapati permintaan kamar lebih besar daripada suplai. Kami menduga hal ini karena masih banyak pengusaha kamar kos berbisnis secara informal, pengelolaan kurang, dan enggan ikut serta di pemasaran digital,” kata Bayu.
Pengguna Mamikos beragam, antara lain mahasiswa, dan karyawan, baik lajang maupun menikah. Saat ini, kantor perwakilan Mamiko ada di Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Semarang.
Potensi bisnis ini membuat Mamikos berencana memperluas usaha ke arah manajemen properti. Nantinya, pihaknya akan mengelola kamar-kamar kos dari pihak ketiga.
Dalam kesempatan terpisah, Hub Head Jakarta OYO Indonesia Veronika Sisilia menyebutkan, OYO baru meluncurkan OYO Flagship yang menyasar generasi milenial. OYO Flagship berupa kamar sewa yang dilengkapi antara lain koneksi wi-fi, air panas, perlengkapan mandi, pendingin udara, dan televisi.
Setiap properti yang dikemas OYO Flagship dilengkapi kolam renang, ruang pertemuan, dan fasilitas olahraga. Tim internal OYO berperan di operasional, sedangkan pemiliknya tetap berfungsi sebagai pemegang keputusan bisnis. (MED)