Wakil Presiden terpilih RI 2019-2024 Ma’ruf Amin optimistis ekonomi syariah nasional akan berkembang seiring pertumbuhan pesat kelas menengah Indonesia. Ekonomi syariah pun dinilai perlu didorong ke sejumlah sektor. Tidak hanya pada sektor perbankan, tetapi juga asuransi, jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan, rumah sakit, serta farmasi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Wakil Presiden terpilih RI 2019-2024 Ma’ruf Amin optimistis ekonomi syariah nasional akan berkembang seiring pertumbuhan pesat kelas menengah Indonesia. Ekonomi syariah pun dinilai perlu didorong ke sejumlah sektor. Tidak hanya pada sektor perbankan, tetapi juga asuransi, jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan, rumah sakit, serta farmasi.
”Ekonomi syariah sudah menjadi sistem ekonomi nasional. Kita menganut sistem ekonomi ganda, yakni syariah dan konvensional. Ini menunjukkan sebenarnya antara keislaman dan keindonesiaan itu tidak saling menegasikan, bahkan sebenarnya bersinergi,” kata Amin dalam orasi ilmiahnya pada acara wisuda Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Jam’iyatul Washliyah, Medan, Sumatera Utara, Kamis (29/8/2019).
Hadir Ketua Umum Pengurus Besar Al-Jam’iyatul Washliyah Yusnar Yusuf Rangkuti, Rektor UMN Al-Washliyah Hardi Mulyono, dan Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution.
Amin mengatakan, ekonomi syariah selama ini sudah berjalan dengan baik di Indonesia. Di Indonesia telah tumbuh pesat bank syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah. Ekonomi syariah pun dapat berjalan berbarengan dengan ekonomi konvensional dalam satu sistem.
”Ini menunjukkan ekonomi syariah di Indonesia sangat potensial dan akan menjadi arus baru dalam ekonomi Indonesia,” kata Amin.
Modal utama pengembangan ekonomi syariah, menurut Amin, adalah pertumbuhan kelompok masyarakat berpenghasilan menengah. Tahun 2010, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia mencapai 42 juta jiwa atau 18,8 persen dari populasi yang mencapai 239 juta jiwa.
Tahun 2020, kelas menengah Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 85 juta jiwa atau 31 persen dari populasi 275 juta jiwa. Pada 2030 kelas menengah meningkat menjadi 160 juta jiwa atau 55 persen dari populasi 290 juta jiwa. Sepuluh tahun kemudian, 2040, diperkirakan jumlah kelas menengah mencapai 237 juta jiwa atau 75,5 persen dari 313 juta jiwa.
”Sebagian besar mereka adalah umat Islam sehingga dapat dikatakan kelas menengah Muslim mengalami peningkatan dan menunjukkan semakin besarnya kekuatan ekonomi umat Islam Indonesia,” kata Amin.
Masyarakat kelas menengah, kata Amin, merupakan kelompok yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya. Kelompok ini akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan berekspresi dan spritualitas. ”Ekonomi syariah akan menjawab kebutuhan tersebut,” kata Amin.
Namun, Amin mengingatkan pangsa pasar ekonomi syariah harus terus diakselerasi. Di sektor keuangan, misalnya, secara aset pangsa pasar ekonomi syariah masih kecil, yakni hanya lima persen. Rendahnya pangsa pasar dari sisi aset menunjukkan ekspektasi yang besar belum dibarengi dengan penguasaan kekuatan ekonomi.
Rendahnya pangsa pasar dari sisi aset menunjukkan ekspektasi yang besar belum dibarengi dengan penguasaan kekuatan ekonomi.
Menurut Amin, apabila kelas menegah Muslim mengalami peningkatan pertumbuhan, pangsa pasar ekonomi syariah sangat berpotensi untuk meningkat.
Amin pun menggarisbawahi beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan ekonomi syariah secara nasional, seperti akselerasi pasar keuangan syariah, penerapan ekonomi syariah untuk jaminan kesehatan, ketenagakerjaan, rumah sakit, farmasi, dan pariwisata.
Selain itu, kata Amin, pembentukan lembaga eksekutif, yakni Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah, harus terus didorong. Lembaga itu akan melengkapi Komite Nasional Keuangan Syariah yang telah dibentuk.
Amin pun menyatakan akan mendorong agar ekonomi kreatif nasional tumbuh dengan penerapan teknologi digital, nilai keindonesiaan, dan keislaman. ”Kita menantikan nanti akan muncul unicorn syariah (nilai kapitalisasi lebih dari 1 miliar dollar AS) pertama di dunia dari Indonesia,” katanya.
Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan, Islam Nusantara yang toleran menjadi modal untuk membangun ekonomi syariah yang modern dan maju di Indonesia. ”Indonesia perlu merumuskan pembangunan ekonomi syariah di tengah perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat,” katanya.
Menurut Hardi Mulyono, ekonomi digital harus dikemas dalam konsep dan nilai keagamaan. Ia menilai ekonomi digital dapat tumbuh bersama ekonomi digital.
Dalam kunjungannya ke Medan, Ma’ruf Amin juga meresmikan gedung Majelis Ulama Indonesia Kota Medan. Ia juga bersilaturahmi dengan pengurus dan kader Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara.