Atlet bulu tangkis yang menyumbang medali pada Kejuaran Dunia Bulu Tangkis dan Bulu Tangkis Paralimpiade 2019 di Basel, Swiss, mendapat penghargaan dari pemerintah.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para atlet yang menyumbangkan medali pada kejuaraan dunia bulu tangkis dan bulu tangkis paralimpiade mendapat penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan total mencapai Rp 3,54 miliar, Rabu (28/8/2019). Prestasi dunia itu hanya bisa dicapai dengan modal semangat dan berjuang pantang menyerah.
Indonesia membawa pulang satu medali emas dan dua perunggu dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Basel, Swiss, 19-25 Agustus 2019. Emas dipersembahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan serta dua perunggu dari ganda putra Fajar Alfian/Rian Ardianto dan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Pada waktu yang sama, tim bulu tangkis paralimpiade menyumbangkan 4 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Medali emas diraih Dheva Anrimusthi (tunggal putra SU5), Leani Ratri Oktila (tunggal putri SL4), Hary Susanto/Leani (ganda campuran SL3-4SU5), dan Dheva/Hafizh Briliansyah (ganda putra SU5).
Medali perak direbut Suryo Nugroho (tunggal putra SU5) dan Leani/Khalimatus Sadiyah (ganda putri SL3-4-SU5). Adapun perunggu disumbangkan Fredy Setiawan (tunggal putra SL4), Khalimatus Sadiyah (tunggal putri SL4), Ukun Rukaendi (tunggal putra SL3), dan Ukun/Hary Susanto (ganda putra SL3-4).
Hendra mengatakan, tekanan dalam kejuaraan dunia sangat tinggi. ”Dalam kejuaraan level tinggi seperti ini atau Olimpiade, semua orang ingin menang. Tekanan sudah terasa sejak babak pertama,” katanya.
Tekanan sangat tinggi terlihat ketika ganda nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, langsung tersingkir pada babak pertama. Gugurnya Marcus/Kevin tidak menggoyahkan mental Hendra/Ahsan. Mereka dapat bermain fokus, termasuk mengalahkan rekan senegara di babak semifinal, yaitu Fajar/Rian.
Hendra mengatakan, perlu waktu bertahun-tahun agar dirinya mampu memupuk kekuatan mental. ”Setelah menang beberapa kejuaraan Super Series, saya baru bisa fokus, bermain enak itu seperti apa. Itu yang selalu saya ingat dalam setiap kejuaraan,” ujar pemain berusia 35 tahun itu.
Hendra, berpasangan dengan Markis Kido, menjadi juara dunia 2007 dan meraih emas Olimpiade 2008. Selanjutnya, duet dengan Ahsan, pemain ini menjadi juara dunia pada 2013, 2015, dan 2019. Hendra/Ahsan kini berharap dapat lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Hendra menilai, atlet-atlet muda Indonesia, khususnya di cabang bulu tangkis, sudah mempunyai semangat dan daya juang saat menjalani kejuaraan. Namun, hal itu tidak cukup untuk meraih gelar. Perlu ada kekuatan mental, ditunjukkan dengan fokus dalam menjalani setiap pertandingan.
Bonus
Bonus dari pemerintah lewat Kemenpora diberikan untuk tunggal, masing-masing Rp 250 juta (emas), Rp 100 juta (perak), dan Rp 50 juta (perunggu). Adapun pemain ganda masing-masing mendapat Rp 240 juta (emas), Rp 96 juta (perak), dan Rp 48 juta (perunggu). Pelatih juga mendapat bonus masing-masing Rp 120 juta (emas), Rp 48 juta (perak), dan Rp 24 juta (perunggu).
Bonus juga diberikan kepada pelatih kepala ganda putra Herry Imam Pierngadi, asisten pelatih Aryono Miranat, pelatih kepala ganda putri Eng Hian, serta dua pelatih bulu tangkis paralimpiade M Nurrochman dan Imam Kunantoro.
Menpora Imam Nahrawi mengatakan, bonus diberikan berkat perjuangan atlet dan pelatih dalam kejuaraan. Imam berharap prestasi atlet bulu tangkis dapat ditiru cabang lainnya. Ia juga berharap agar atlet bulu tangkis Indonesia dapat menjaga konsistensi penampilan mereka sehingga dapat lolos dan mengukir prestasi di Olimpiade Tokyo 2020.
Adapun Ahsan mengucapkan terima kasih atas apresiasi pemerintah. ”Tahun depan ada Olimpiade, semoga Indonesia bisa mempersembahkan medali emas dari bulu tangkis,” ujarnya.
Leani juga mengucapkan terima kasih atas apresiasi dari pemerintah. ”Terima kasih kepada Menpora Imam Nahrawi dan Ketua NPC Senny Marbun yang sudah mendampingi kami selama berada di Swiss. Semoga ke depannya kami bisa bertahan dan terus meningkatkan prestasi lagi,” ujarnya.