Peternakan sapi PO Kebumen masih dikelola secara tradisional dan dalam skala kecil. Selain kendala modal, berternak sapi juga masih menjadi usaha sampingan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Peternakan sapi PO atau peranakan Ongole Kebumen masih dikelola secara tradisional dan dalam skala kecil. Selain terkendala modal, berternak sapi juga masih menjadi usaha sampingan bagi warga di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Sejumlah peternak mengatakan sapi yang mereka pelihara hanya untuk menutupi kebutuhan tahunan. ”Ternak sapi ini buat tabungan. Kalau butuh uang sewaktu-waktu, bisa dijual,” kata Edi Suprapto (27), warga dari Klirong, Kebumen, Kamis (29/8/2019). Edi ditemui di sela-sela kontes sapi PO di kawasan Eduwisata Peternakan Terintegrasi Sitiadi, Kecamatan Puring, Kebumen.
Edi memiliki empat sapi PO yang berusia sekitar 2 tahun. Untuk kebutuhan sehari-hari, dia mengandalkan hidup dari hasil pertanian ladangnya seluas 2.100 meter persegi yang ditanami aneka cabai serta kangkung. Per bulan, rata-rata pendapatannya Rp 2,5 juta. ”Sapi dijual kalau ada kebutuhan besar, seperti anak mau sekolah atau mau renovasi rumah,” tuturnya.
Sapi dijual kalau ada kebutuhan besar seperti anak mau sekolah atau mau renovasi rumah.
Hal serupa juga disampaikan Darikin (60), petani dari Tanggulangin, Klirong. Darikin telah memelihara sapi sejak 20 tahun lalu, tetapi sebagian besar kebutuhan hidupnya dicukupi dari hasil kebunnya seluas 2.800 meter persegi yang ditanami kacang panjang dan kacang hijau. ”Saya pelihara seekor sapi indukan. Setiap kali sapinya beranak, jika ada kebutuhan mendesak, saya jual pedetnya,” kata Darikin.
Baik Edi maupun Darikin menyampaikan, mereka terkendala modal juga tenaga jika mau menambah jumlah sapi. ”Harga sapi lebih dari Rp 10 juta,” katanya.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen Ika Rahmawati menyampaikan, populasi sapi PO Kebumen mencapai 65.000 ekor dengan jumlah peternak sekitar 32.500 orang. ”Satu orang punya satu sampai dua ekor sapi. Sangat jarang yang punya 4 atau 5 ekor sapi,” tuturnya.
Sentra pembibitan sapi PO Kebumen, lanjut Ika, berada di Kecamatan Klirong, Buluspesantren, Ambal, Mirit, Petanahan, dan Puring. Sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan kompetensi peternak supaya dapat beternak sapi dengan baik, misalnya pelatihan mengolah limbah berupa kotoran dan urine sapi jadi pupuk serta menyiapkan pakan yang sehat bagi sapi. Adapun kebutuhan sapi per tahun di Kebumen 3.650 ekor per tahun. ”Jumlah itu bisa dicukupi dari peternak sapi setempat,” ujarnya.
Profesor Sumadi dari Fakultas Peternakan dan Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyampaikan, sapi PO Kebumen ini memiliki sejumlah keunggulan, seperti ukuran dan tinggi badan yang lebih besar dibandingkan rata-rata ukuran sapi secara nasional. ”Ukuran tubuh misalnya tinggi sapi pada umur tertentu bisa selisih 3-5 sentimeter dibandingkan ukuran secara nasional. Berat badannya pun bisa berbeda sampai 50 kilogram,” kata Sumadi.
Sumadi menyampaikan, pengelolaan sapi secara tradisional dan dalam skala kecil cenderung tidak optimal karena perlu adanya perbaikan manajemen pemberian pakan, upaya pengendalian penyakit, dan kebersihan kandang.
”Dengan diberi pakan yang sesuai standar, berat badan sapi bisa bertambah 1,25 sampai 1,5 kilogram per hari. Namun, jika bobot sapi hanya bertambah 1 kilogram per hari, ada standar pakan yang belum terpenuhi. Ini membuat tumbuh kembang sapi tidak optimal seperti potensinya,” tutur Sumadi yang juga juri dalam kontes sapi PO Kebumen.
Pada kontes sapi di Kebumen, terdapat 193 ekor sapi PO Kebumen yang menjadi peserta. Dari jumlah itu, terseleksi 42 ekor sapi unggulan dalam sejumlah kategori seperti indukan, pejantan, calon pejantan, dan kategori sapi penggemukan. Pada kontes tersebut, sapi-sapi yang mendapatkan juara 1 sampai 3 digiring sambil diselimuti kain bertuliskan juara di hadapan para hadirin.
Salah seekor sapi sempat mengamuk dan terlepas dari tali pemiliknya lalu menjebol pagar bambu pembatas arena. Sapi kemudian lari tidak terkontrol ke arah penonton yang berada di naungan tenda. Semua penonton lari tunggang langgang menghindari serudukan sapi. Sapi sempat menyerempet gerobak penjaja makanan di tepi lapangan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi semua yang hadir tampak ketakutan dan berteriak-teriak.