Prospek industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) di Asia Tenggara semakin besar seiring meningkatnya minat investor bergabung dalam rantai pasok. Besarnya prospek ditangkap para pelaku industri MICE dengan mengembangkan sistem informasi dan teknologi.
Oleh
Karina Isna Irawan dari Bangkok
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Prospek industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) di Asia Tenggara semakin besar seiring meningkatnya minat investor bergabung dalam rantai pasok. Besarnya prospek ditangkap para pelaku industri MICE dengan mengembangkan sistem informasi dan teknologi.
Chief Executive Officer SingEx Aloysius Arlando mengatakan, orientasi bisnis MICE masa kini untuk menjembatani dan mengikat peserta, komunitas, dan penyelenggara dalam jangka panjang. Untuk itu, MICE kini menjadi sarana memperluas jejaring, menambah informasi, dan bertukar pendapat.
Pada 2018, ada lebih dari 32.000 pameran di seluruh dunia yang melibatkan sekitar 1,3 juta pekerja. Pengeluaran langsung yang dihasilkan dari penyelenggaraan 32.000 pameran itu mencapai 137 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.947,79 triliun), serta sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) global sebesar 81 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.151.61 triliun).
”Prospek industri MICE semakin besar dalam lima tahun ke depan, terutama untuk kawasan Asia Tenggara,” kata Aloysius dalam pertemuan SAP dengan media dan analis di Bangkok, Thailand, Kamis (29/8/2019).
Mengutip Allied Market, industri MICE diperkirakan mencapai 1.439,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 20.463,24 triliun) pada 2025. Di Asia, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) industri MICE diproyeksikan 8,6 persen dengan nilai pendapatan 441,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 6.269,91 triliun).
Aloysius berpendapat, dinamika geopolitik di Asia memengaruhi minat investor di Asia Tenggara. Sejumlah investor tertarik untuk merelokasi bisnis dari China, dan bergabung dalam rantai pasok di Asia Tenggara. Hal itu peluang bagi industri MICE untuk membangun kemitraan dan menciptakan pasar.
”Agar penyelenggaraan MICE bisa berkelanjutan, pelaku industri harus memahami keinginan peserta secara detail dan akurat dengan bantuan teknologi,” kata Aloysius.
Tanpa teknologi, pelaku industri MICE akan kesulitan menangkap peluang bisnis. Untuk itu, SingEx berkolaborasi dengan SAP dalam rangka transformasi operasi keuangan global. Tujuannya mendukung ekspansi pasar ke China, Inggris, India, dan Asia Tenggara.
Untuk memperluas pasar global, SingEx menggunakan sistem teknologi SAP S/4HANA Cloud. Sistem awan (cloud) tersebut akan membantu transformasi perusahaan di bidang operasi keuangan global, serta memberikan pandangan menyeluruh tentang peserta MICE.
Sistem cloud juga dibuat dengan enskripsi end-to-end mulai dari siklus hidup konsumen hingga proses perusahaan. Perusahaan bisa berkembang lebih cepat karena data yang diolah sistem cloud akan menghasilkan model perencanaan, pengetahuan, serta pengambilan keputusan.
Pengembangan teknologi
Aloysius menambahkan, pelaku industri MICE disarankan mengembangkan sistem informasi dan teknologi untuk memahami kebutuhan konsumen mulai dari ketertarikan, kebutuhan, hingga daya ingat mereka. Selain itu, teknologi juga diperlukan untuk mengetahui ekosistem perusahaan secara utuh.
”Kehadiran teknologi dalam sistem perusahaan sangat fundamental. Terlebih, penduduk di sejumlah negara mayoritas usia muda yang melek teknologi,” kata Aloysius.
Managing Director SAP Singapura Khor Chern Chuen menambahkan, teknologi adalah kunci pembeda untuk meningkatkan daya saing di pasar MICE global. Dengan teknologi, perusahaan konvensional akan bertransformasi menjadi perusahaan cerdas.
Saat ini, ada sekitar 77 persen dari total perusahaan di dunia yang menggunakan sistem SAP. Perusahaan aplikasi perangkat lunak terbesar tersebut menciptakan aplikasi digital berupa mesin pemelajaran, internet of things (IoT), serta teknologi analitik canggih untuk mewujudkan perusahaan cerdas (intelligent enterprise).
Hingga saat ini ada lebih dari 430.000 aplikasi dan layanan yang digarap SAP untuk bisnis dan personal. Aplikasi dibuat dengan enkripsi end-to-end sehingga perusahaan bisa mendapat keuntungan lebih besar dan berkelanjutan.
Sebelumnya, President SAP Asia Pacific Japan Scott Russel mengatakan, pengalaman konsumen menjadi kunci kesuksesan dan keberlangsungan bisnis. Kebutuhan konsumen dan kemampuan perusahaan dapat dipetakan secara rinci dan akurat melalui investasi teknologi informasi.
Di Asia Tenggara, misalnya, ada sekitar 641 juta konsumen yang gampang berganti preferensi. Riset Fifth Quadrant menunjukkan, sekitar 76 persen konsumen di Asia Tenggara akan mengganti merek setiap satu kali mengalami pengalaman buruk.