BEIJING, KAMIS -- Isu sensitif terkait wilayah teritorial di kawasan Laut China Selatan diperkirakan menjadi isu serius yang akan dibahas Presiden Filipina dan mitranya, Presiden China Xi Jinping.
”Presiden telah menjelaskan bahwa dari sudut pandangnya sudah saatnya untuk membahas masalah itu,” kata Duta Besar Filipina untuk China Jose Santiago Santa Romana, Kamis (29/8/2019), di Beijing. Masalah yang dimaksud Romana adalah hal-hal yang terkait teritorial kedua negara. Sebelumnya dikabarkan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte tiba di Beijing, China, Rabu (28/8) malam.
Duterte menghadapi tekanan yang semakin besar di dalam negeri untuk bersikap lebih keras dalam menghadapi China. Hal itu terkait langsung dengan pendekatan agresif Beijing dalam menegakkan klaim teritorial di wilayah Laut China Selatan.
Sejak menjabat, Duterte dinilai tidak pernah menanggapi hal itu secara langsung. Selain Filipina dan China, sebagian wilayah Laut China Selatan juga diklaim oleh Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Taiwan.
Ketegangan
Serangkaian konfrontasi langsung yang melibatkan kapal-kapal nelayan baru-baru ini memicu ketidakpuasan di Filipina. Kapal nelayan China menabrak dan menenggelamkan kapal Filipina. Hal itu memicu kritik keras terhadap Duterte. Bahkan, demonstrasi sempat digelar di Filipina untuk memprotes insiden itu.
Oleh para pengkritiknya, Duterte dinilai telah mengesampingkan masalah ini demi kepentingan mendapatkan bantuan, perdagangan, dan investasi langsung dari China. Sebaliknya, menurut Romana, semua itu dilakukan sebagai bagian dari niat baik Manila terhadap Beijing.
Asosiasi nelayan China mengeluarkan permintaan maaf atas insiden tersebut sebelum kunjungan Duterte. Pemerintahan Duterte menerima permintaan maaf itu. Romana mengatakan, Duterte akan mengetengahkan kemenangan arbitrase Manila dalam pertemuan dengan Xi.
”Dia (Duterte) telah memutuskan bahwa inilah saatnya untuk memasukkan (hal itu) dalam agenda diplomatik,” kata Romana seraya menegaskan, kedatangan dan maksud Duterte itu bukan untuk memprovokasi China.
”Kami tidak memiliki ilusi bahwa kami bisa menyelesaikan masalah dalam semalam. Saya pikir yang penting membawanya dalam agenda diplomatik,” kata Romana menambahkan.
Pengamat maritim dari University of Philippines, Jay Batongbacal, memproyeksikan China bakal bergeming terkait isu Laut China Selatan. ”Posisi China tidak akan berubah hanya karena Duterte berubah,” kata Batongbacal.
”Paling-paling, Duterte mungkin terlihat menggunakan diskusi arbitrase sebagai langkah untuk meningkatkan konsesi lain.” Sebelumnya, China menolak berpartisipasi dalam kasus arbitrase yang diprakarsai pendahulu Duterte, Benigno Aquino III. (AP/AFP)