Kepolisian Daerah Papua Barat menetapkan 13 orang sebagai tersangka kasus kerusuhan di Manokwari, ibu kota Papua Barat, yang terjadi pada 19 Agustus.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·2 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua Barat menetapkan 13 orang sebagai tersangka kasus kerusuhan di Manokwari, ibu kota Papua Barat, yang terjadi pada 19 Agustus. Penetapan tersangka ini memberi pesan bahwa setiap tindak pidana akan diproses sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
”Total sudah ada 13 pelaku yang kami tetapkan sebagai tersangka dan terus dikembangkan. Nama-nama mereka segera dirilis,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey kepada Kompas di Manokwari, Sabtu (31/8/2019).
Sebelumnya, pada pekan lalu, polisi menetapkan tiga tersangka dalam kasus pembakaran bendera Merah Putih dan pembobolan mesin anjungan tunai mandiri di Manokwari. Tersangka MI dalam kasus pembakaran bendera, sedangkan MA dan DA membobol mesin ATM.
Sebagian besar pelaku penjarahan memanfaatkan kerusuhan itu. Mereka mengambil alat-alat elektronik dan telepon genggam.
Menurut Mathias, tindak pidana yang dilakukan 10 tersangka yang lain adalah pembakaran kantor pemerintahan, perusakan gedung, dan penjarahan toko. Sebagian besar pelaku penjarahan memanfaatkan kerusuhan itu. Mereka mengambil alat-alat elektronik dan telepon genggam.
Ia mengatakan, semua tersangka merupakan pelaku yang terlibat langsung melakukan tindak pidana di tempat kejadian. Sementara tokoh yang diduga menjadi aktor perancang kerusuhan sedang di dalami. ”Penyidik sedang mendalami lewat para tersangka. Sejumlah orang sudah terindikasi ke arah itu,” ujar Mathias.
Aksi yang terjadi pada 19 Agustus lalu itu terkait persekusi dan ujaran bernada rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur. Selain Manokwari, pada hari yang sama juga terjadi kerusuhan di sejumlah wilayah lain di Papua Barat, yakni Sorong dan Fakfak. Namun, di dua kota itu belum ada penetapan tersangka oleh polisi.
Berdasarkan pantauan Kompas di Manokwari, Sabtu, aktivitas warga setempat berjalan seperti biasa. Kendati demikian, sejumlah warga khawatir dengan adanya isu unjuk rasa pada Senin pekan depan. ”Mungkin hari Senin kami tidak buka warung di sini. Kami takut terjadi kerusuhan seperti beberapa waktu lalu,” kata Sumarsi, penjual makanan di Manokwari.
Clinton Tallo, tokoh masyarakat asal Nusa Tenggara Timur di Manokwari, mengatakan, pihaknya sedang mendekati sejumlah tokoh dari luar Papua agar tetap tenang dan tidak terpengaruh provokasi. ”Semua tokoh diminta menenangkan pengikutnya. Kunci sekarang ada di tangan para tokoh,” kata Clinton.