JAKARTA, KOMPAS--Perubahan susunan pengurus PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk diharapkan dapat meningkatkan kinerja perseroan. Selain melalui transformasi digital, BNI meningkatkan kolaborasi bisnis dengan perusahaan lain.Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BNI, Jumat (30/8/2019), di Jakarta, menetapkan Catur Budi Harto diberhentikan sebagai direktur dan Marwanto Harjowiryono dari jabatan komisaris.
Ario Bimo (38), yang sebelumnya menjabat General Manager BNI cabang Tokyo, diangkat sebagai direktur keuangan dan Askolani sebagai komisaris.
“Saya bersyukur pergantian pengurus di BNI kondusif sekali. Karena ada pergeseran direksi, maka ada pergeseran untuk direksi yang lain selain agar memberikan pengalaman baru,” kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.
Baiquni menambahkan, BNI optimistis membukukan kinerja positif, antara lain penyaluran kredit tumbuh 12-13 persen pada akhir tahun. Adapun dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh 12-14 persen pada akkhir tahun.
Pada semester I-2019, kredit BNI tumbuh 20 persen secara tahunan, menjadi Rp 549,23 triliun per akhir Juni 2019.
Menurut Baiquni, kendati perekonomian global dan dalam negeri tidak terlalu kondusif, BNI tetap tumbuh positif. Hal ini menjadi modal di 2020 untuk tumbuh lebih baik.
Di sisi lain, perang dagang memunculkan peluang bagi eksportir Indonesia untuk mengisi pasar di Amerika Serikat yang selama ini dikuasai China. Diversifikasi tujuan ekspor Indonesia ke pasar Afrika juga menjadi peluang besar yang dapat dikembangkan.
Direktur Tresuri dan Internasional BNI Bob Tyasika Ananta menambahkan, perang dagang AS-China memengaruhi banyak sektor. Namun, kenaikan tarif antara dua negara itu dapat membuka peluang bagi eksportir Indonesia untuk masuk ke China maupun AS.
Terkait aksi korporasi, Baiquni menambahkan, BNI berencana mengakuisisi bank kecil. Namun, rencana itu belum terlaksana karena belum ditemukan bank yang sesuai. Selain itu, perseroan akan menambah modal ke BNI Sekuritas dan BNI Syariah.
Namun demikian, BNI akan terus meningkatkan kolaborasi atau kerja sama bisnis dengan perusahaan baik konvensional maupun digital, seperti perusahaan teknologi finansial. Dari kerja sama bisnis tersebut, BNI dapat menjangkau konsumen perusahaan tersebut.
“Kalau bicara akuisisi ini kita lebih mengutamakan akuisis bisnisnya. Misalnya kita kerja sama dengan tekfin yang dilakukan secara B to B yang nantinya akan menjadi B to B to C atau ke konsumen. Jadi kita sebenarnya akuisisi bisnisnya dengan biaya yang lebih murah dan bisa lebih cepat. Kita lebih mengutamakan ke arah sana,” ujar Baiquni.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI Dadang Setiabudi menambahkan, transformasi digital sudah menjadi keharusan bagi bank. BNI juga membangun kolaborasi atau kerja sama untuk menuju bank terbuka. Saat ini BNI sudah bekerja sama dengan 89 perusahaan, antara lain dan Pertamina, Pegadaian, Go-Jek, dan OVO. Kerja sama itu menghasilkan dana Rp 10 triliun dalam waktu 7 bulan dengan jumlah transaksi sebanyak 7 juta.
Dengan kerja sama tersebut, lanjut Dadang, BNI dapat menjangkau konsumen dari perusahaan-perusahaan tersebut. Kerja sama akan diperluas ke setidaknya 500 perusahaan.
BTN dan BRI
Sementara itu, komisaris PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sudah menunjuk Direktur BTN Oni Febriarto Rahardjo sebagai pelaksana harian Direktur Utama BTN. Penunjukan ini dilakukan setelah Suprajarto menolak hasil RUPSLB yang menetapkannya sebagai Dirut BTN, Kamis (29/8).
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyampaikan, komisaris dan direksi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sudah menunjuk Sunarso sebagai pelaksana tugas Dirut BRI, yang ditinggalkan Suprajarto. Namun, Gatot belum dapat memastikan apakah Sunarso akan diangkat menjadi Dirut BRI dalam RUPS yang akan berlangsung Senin (2/9).