Paus Fransiskus Umumkan Uskup Agung Jakarta Mgr Suharyo Sebagai Kardinal
Paus Fransiskus telah mengumumkan penunjukan 10 kardinal baru, termasuk Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, Minggu (1/9/2019) dalam kotbah usai Angelus siang di Vatikan.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·5 menit baca
VATIKAN, MINGGU – Paus Fransiskus telah mengumumkan penunjukan 10 kardinal baru, Minggu (1/9/2019) dalam kotbah usai Angelus siang di Vatikan. Dari 10 kardinal baru itu, Paus Fransiskus menyatakan diantaranya Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo yang kini menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta.
“Tanggal 5 Oktober (2019) nanti, akan diadakan pelantikan 10 kardinal baru. Penetapan mereka menunjukkan panggilan pelayanan misi Gereja yang melanjutkan berita gembira akan cinta Allah kepada semua umat manusia,” ujar Paus Fransiskus.
Belum ada pernyataan resmi dari Mgr Suharyo atas keputusan dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma itu. Namun, Reuters dan Vatican News telah mewartakan kabar itu bersama dengan beredarnya video kotbah dari Paus Fransiskus.
Adapun Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta Romo V Adi Prasojo, Pr, telah menerbitkan penyataan pers yang membenarkan pengumuman itu. "Pelantikan menjadi Kardinal akan diselenggarakan dalam Consistorium (sidang para Kardinal) di Vatikan pada 5 Oktober 2019," tulis Romo Adi Prasojo.
Dengan posisi sebagai Kardinal, bila usianya masih dibawah 80 tahun, maka Mgr Suharyo boleh ikut dalam Konklaf di Vatikan untuk memilih maupun dipilih sebagai Paus.
Pejabat Gereja Katolik Roma lain yang diangkat menjadi Kardinal diantaranya, Uskup Agung Luxembourg Jean-Claude Hollerich, Uskup Agung Bologna (Italia) Matteo Zuppi, Uskup Agung Rabat (Maroko) Cristobal Lopez Romero, dan Uskup Agung San Cristobal Havana (Kuba) Juan de la Caridad Garcia Rodriguez.
Konklaf terakhir digelar tahun 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, dengan alasan kesehatan. Setelah pemungutan suara di hari kedua konklaf terpilihlah Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Buenos Aires, Argentina. Beliau pun memilih nama Paus Fransiskus.
Mgr Ignatius Suharyo pun menjadi kardinal ketiga dari Indonesia. Pertama, alm. Justinus Kardinal Darmojuwono, dan kedua, Julius Kardinal Darmaatmadja.
Ignatius Suharyo, putra Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra, lahir di Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, 9 Juli 1950. Dulu, ia bercita-cita menjadi polisi. Namun, begitu masuk SMP, tiba-tiba seorang pastor menghampirinya dan berkata: ”Kamu mau menjadi pastor?” Ia pun langsung menjawab, ”Baik, Pastor.”
Sesudah ditahbiskan sebagai imam diosesan, 26 Januari 1976, almarhum Justinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, meminta Suharyo untuk melanjutkan studi ke Roma, Italia. Suharyo menyelesaikan studi doktor teologi biblis di Universitas Urbaniana, 1981.
Saat pulang ke Indonesia, ia mengira cita-citanya sebagai pastor paroki buyar karena harus mengajar di seminari tinggi selamanya. Suharyo berpikir hidupnya akan sesempit wilayah pelayanannya, mulai dari studi sebagai mahasiswa di seminari tinggi, ditahbiskan menjadi imam, mengajar di seminari tinggi, pensiun, tinggal di wisma pastor sepuh di belakang kampus, hingga ”beristirahat” di makam pastor di depan wisma itu.
Ternyata, perjalanan imamat Suharyo tidak berhenti di seminari tinggi. Setelah 16 tahun mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya serta Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mendiang Paus Yohanes Paulus II menunjuk Suharyo menjadi Uskup Agung Semarang menggantikan Mgr Julius Darmaatmadja SJ yang pindah ke Keuskupan Agung Jakarta. Ia ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang pada 22 Agustus 1997.
Pentahbisan dilakukan Kardinal Darmaatmadja SJ didampingi Mgr Pietro Sambi (Dubes Vatikan untuk Indonesia) dan Mgr Blasius Pujaraharja (Uskup Ketapang). Pentahbisan berlangsung dalam perayaan Ekaristi Konselebrasi di lapangan Stadion Jatidiri di Semarang.
Pada 2 Januari 2006, ia menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja SJ yang pensiun pada Juli 2009. Suharyo lalu menjadi Uskup Agung Jakarta pada 29 Juni 2010 setelah Vatikan menerima pengunduran diri Uskup Agung Jakarta Mgr Julius Kardinal Darmaatmadja SJ.
Sabtu (7/10/2017), Mgr Ignatius Suharyo meluncurkan buku biografi berjudul Terima Kasih, Baik, Lanjutkan di Gereja Hati Kudus Kramat, Jakarta. Buku biografi terbitan Penerbit Obor tersebut ditulis oleh Stanislaus Kostka Sularto (dulu, Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas), dan Mikael Trias Kuncahyono (dulu, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas).
Menurut St Sularto, biografi itu selain ditulis untuk menceritakan perjalanan hidup Mgr Suharyo, juga ingin mengisahkan kerendahan hati yang menjadi dasar pelayanan Mgr Suharyo selama menjadi seorang uskup.
”Selain rendah hati, beliau juga bisa menggabungkan ideologi dengan tindakan nyata. Contohnya rosario merah-putih, kegiatan doa bagi umat Katolik, tetapi tetap menjunjung nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Sularto.
Dikutip dari buku biografi itu, Uskup Bandung dan Sekjen KWI, Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC mengatakan, "Monsinyur Haryo memiliki kecerdasan intelektual sekaligus spiritual".
"Saya yakin orang macam (Mgr Suharyo) itu pasti dekat dengan Tuhan. Kemana-mana bawa rosario. Kata-katanya selalu bernas. Tidak banyak bicara tetapi kalau bicara selalu berisi," ujar Mgr Antonius.
Selain kalem dan rendah hati, Mgr Suharyo juga teguh menjadikan Pancasila sebagai dasar pada setiap kebijakan dan pewartaannya. Mgr Suharyo juga meneladani pendahulunya yang juga adalah pahlawan nasional, Mgr Albertus Soegijapranata SJ, yang dikenal dengan slogannya, ”Seratus persen Katolik dan Seratus persen Indonesia”.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dalam testimoni di buku biografi itu menulis Mgr Suharyo sebagai, “priayi Yogya yang berperasaan halus. Mengkritik pun dengan cara dan bahasa yang halus. Suka menolong orang yang mengalami kesulitan. Tulus.”
Ditambahkan Buya, ”suatu hari kami dalam satu pesawat dari Jakarta ke Yogya. Saya kaget ketika Monsinyur Haryo dalam kedudukan yang sangat tinggi sekali itu spontan menolong seorang wanita, mungkin TKW yang mau pulang kampung, yang kesulitan menaruh kopernya yang sangat berat itu”.