Tak ada kota seperti Brasilia. Kota di dataran tinggi di antara hulu Sungai Tocantins, Parana, dan Sao Francisco itu menjadi ibu kota Brasil yang ketiga sejak era kolonialisme Portugis setelah Salvador dan Rio de Janeiro.
Didesain seperti burung jika dilihat dari atas oleh perencana tata kota Lucio Costa dan arsitek Oscar Niemeyer, Brasilia menjadi ibu kota Brasil pada 21 April 1960 menggantikan Rio de Janeiro, ibu kota Brasil, sejak 1763.
Brasilia yang berjarak sekitar 1.000 kilometer barat laut dari Rio kemudian ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO tahun 1987 karena keindahan tata kota, arsitektur modern, juga perannya dalam pembangunan Brasil.
Di masa sebelum kemerdekaan, Brasil sangat bergantung pada perdagangan gula. Ibu kota koloni Portugis di Brasil saat itu, Salvador, yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Tome de Sousa tahun 1549, berada dekat dengan sentra perkebunan tebu. Sebagai kota pesisir, Salvador berperan penting dalam perdagangan gula dan hasil bumi lainnya.
Namun, Belanda kemudian mampu memproduksi gula dengan biaya lebih murah di negara-negara koloni Karibianya. Di saat yang sama, penambangan emas di Brasil tengah populer. Hal itu yang, di antaranya, melatarbelakangi pindahnya ibu kota dari Salvador ke Cidade de Sao Sebastiao do Rio de Janeiro atau Rio de Janeiro atau Rio yang dekat dengan kawasan utama tambang emas pada 1763.
Sebagai ibu kota, Rio tidak terlalu strategis. Posisinya yang berada di sebuah lembah tidak menyisakan banyak ruang untuk pengembangan sebuah ibu kota. Rio juga dinilai rentan terhadap serangan dari laut. National Geographics menggambarkan Rio sebagai kota pesisir yang semrawut. Desain tata kota Rio dinilai memperlambat kinerja karena gedung-gedung perkantoran berjauhan dan lalu lintas padat.
Presiden Brasil Juscelino Kubitschek yang mulai berkuasa tahun 1955 berani menjanjikan untuk memindahkan ibu kota dari Rio ke Brasilia. Brasilia pun dibangun dalam waktu 41 bulan, antara 1956 dan 1960.
Sejarah panjang wacana pemindahan ibu kota Brasil dari Salvador ke tempat lain sejatinya sudah muncul di era 1789, seiring menguatnya gerakan separatisme melawan pemerintah kolonial Portugis. Setelah Brasil meraih kemerdekaan pada 1822, Jose Bonifacio de Andrada e Silva, negarawan yang berperan dalam kemerdekaan Brasil, menulis memoar tentang perlunya membangun ibu kota baru.
Setelah puluhan tahun, wacana pemindahan ibu kota itu masuk di dalam konstitusi pertama Republik Brasil, yaitu pada 1891. Setahun kemudian, sekelompok ilmuwan menyurvei topografi, iklim, sumber daya, flora, fauna, dan lain-lain di dataran tinggi di jantung Brasil. Setelah melewati ratusan tahun—sempat berpindah ke Rio—konsep di atas diwujudkan dalam pembangunan Brasilia yang menempati lahan seluas kurang lebih 5.850 kilometer persegi pada 1955.
Lucio Costa mendesain Brasilia dengan konsep dua sumbu menyilang dan membagi wilayah ke dalam blok-blok dengan peruntukan yang berbeda. Misalnya, ada blok khusus untuk kantor kedutaan negara asing dan blok perkantoran pemerintah. Brasilia juga dibangun untuk memacu pertumbuhan.
Tanggal 21 April 1960 dipilih sebagai tanggal pindahnya ibu kota ke Brasilia. Itu merupakan tanggal saat Tiradentes, salah satu pemimpin dari Mineiro yang memperjuangkan kemerdekaan Brasil di abad ke-18, meninggal. Pemindahan pada tanggal itu disimbolkan sebagai kebebasan dan keberanian rakyat Brasil menyongsong masa depan.