Iklim Mengering, Kebakaran Lahan Merebak Lagi di Sumsel
Setelah sempat reda selama beberapa hari akibat guyuran hujan, kebakaran lahan di Sumatera Selatan kembali terjadi. Dalam tiga hari terakhir, jumlah titik panas di Sumsel sudah mencapai 131 lokasi. Kondisi sejumlah lahan diperkirakan mengering karena Sumsel sudah kembali ke masa kemarau normal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Setelah sempat reda selama beberapa hari akibat guyuran hujan, kebakaran lahan di Sumatera Selatan kembali terjadi. Dalam tiga hari terakhir, jumlah titik panas di Sumsel mencapai 131 lokasi. Kondisi sejumlah lahan diperkirakan mengering karena Sumsel sudah kembali ke masa kemarau normal.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel Ansori, Senin (2/9/2019), mengatakan, saat hujan mengguyur pada 26-29 Agustus, kebakaran lahan di Sumsel sempat mereda. Saat itu, sebagian besar kawasan di Sumsel tidak mengalami kebakaran lahan. Bahkan, pada Kamis (29/8), sama sekali tidak ada laporan kebakaran.
Selain itu, pada Selasa (27/9), juga tidak terpantau adanya titik panas. ”Hal ini disebabkan kondisi lahan yang basah sehingga kemungkinan lahan untuk terbakar cukup kecil,” katanya.
Pada saat yang sama, kebakaran besar yang terjadi di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, juga telah padam karena diguyur hujan.
Namun, kondisi itu tidak berlangsung lama. Pada Jumat (30/8) terjadi kebakaran di beberapa tempat, titik panas pun terpantau mencapai 53 titik, melonjak dibanding titik panas di hari sebelumnya yang hanya 5 titik. Pada hari berikutnya, titik panas tidak pernah kurang dari 10 titik.
Pada Senin (2/9) terjadi kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Musi Banyuasin. Lima helikopter dikerahkan untuk memadamkan api.
Pantauan Kompas di Desa Muara Dua, Kecamatan Pemulutan dan Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, terjadi kebakaran lahan yang menghanguskan lahan telantar yang ditumbuhi ilalang dan tanaman khas rawa.
Petugas berjibaku memadamkan api yang terus membesar karena ditiup angin kencang. Kondisi kian berbahaya karena lokasi kebakaran tidak jauh dari areal obyek vital nasional, yakni kilang pengolahan LPG Lembak.
Asap juga sudah bertiup ke arah jalur lintas timur Sumatera sehingga sempat menghalangi jarak pandang. Akibatnya, kendaraan harus menghidupkan lampu dan berjalan perlahan.
Ketua Tim Manggala Agni Banyuasin Widi Saroso mengatakan, setelah hujan pada 26-28 Agustus, kondisi kebakaran di Kabupaten Ogan Ilir sempat reda. ”Tidak terpantau titik api hingga 29 Agustus. Namun, tiga hari terakhir, kebakaran kembali muncul,” katanya.
Bahkan, pada Senin, terpantau setidaknya empat titik api di sepanjang jalur lintas Sumatera yang menghubungkan Palembang dengan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir. Widi mengungkapkan, timnya kesulitan memadamkan api karena tiupan angin yang sangat kencang. Selain itu, akses menuju titik api juga sangat sulit ditempuh. ”Untuk itu, kami memerlukan helikopter water bombing,” katanya.
Ansori menjelaskan, asap yang mengepul dari Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir mengarah ke Palembang. Akibatnya, di Palembang, bau asap pekat sangat terasa pada malam dan pagi hari. Bahkan, pada 30 Agustus sempat terjadi kabut bercampur asap yang membuat jarak pandang kurang dari 1 kilometer.
Untuk mengurangi dampak kebakaran lahan, Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah melakukan tiga kali penyemaian awan. Namun, hingga saat ini TMC belum menghasilkan hujan.
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Benny Setiaji mengatakan, hujan yang terjadi di Sumsel beberapa waktu lalu disebabkan badai tropis Bailu yang melemah dan transisi ke badai tropis selanjutnya. Kondisi ini menyebabkan sirkulasi di Selat Karimata dan perlambatan massa udara di wilayah Sumsel yang dapat menghasilkan uap air untuk pertumbuhan awan hujan.
Setelah fenomena ini, lanjut Bambang, Sumsel akan kembali masuk musim kemarau normal dengan kondisi lapisan udara kering dan berangin kencang. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan awan.
Adapun kondisi cuaca pada Senin (2/9), suhu udara di Sumsel daratan rendah sekitar Palembang Muba, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir berkisar 22-34 derajat celsius. Adapun kecepatan angin sekitar 5-25 kilometer per jam dari arah timur ke selatan.