Kilau Emas di Tumpukan Sampah
Jawa Barat yang berpenduduk sekitar 48 juta jiwa diperkirakan menghasilkan lebih dari 30.000 ton sampah setiap hari. Lewat program Memilah Sampah Menabung Emas, warga diajak mengurangi pencemaran sampah agar tidak semakin merusak lingkungan dan mengancam kesehatan.
Di kerumunan warga, Sutardi (69) menyimak pemaparan Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Desa Cikembulan, Kabupaten Pangandaran, Sabtu (13/7/2019). Sudah sepuluh menit dia berdiri menyimak penjelasan mantan Wali Kota Bandung itu mengenai pencemaran sampah.
Pedagang kelontong itu tercengang ketika Kamil mengatakan Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. ”Parah pisan euy (parah sekali),” ujarnya sambil menggelengkan kepala. Siang itu, Kamil meresmikan bank sampah Sehate the Gade Clean and Gold, bagian dari program Memilah Sampah Menabung Emas. Program ini kerja sama Pemerintah Provinsi Jabar dan PT Pegadaian (Persero).
Setelah peresmian, warga bisa melihat aktivitas bank sampah. Saat masuk ke situ, mata Sutardi tertuju pada spanduk di sudut ruangan, berisi daftar harga sampah yang bisa ditukarkan. Kardus dihargai Rp 1.300 per kilogram, kertas Rp 500-Rp 1.300 per kg, plastik Rp 1.800 per kg, dan botol plastik Rp 2.300-Rp 3.500 per kg.
”Lumayan juga kalau sampah di warung dikumpulkan. Apalagi, hasil penjualan sampah bisa ditukar jadi emas,” ujarnya. Di samping bank sampah itu terdapat tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) yang beroperasi sejak tahun lalu. Sebelum ditukarkan, sampah diolah berdasarkan jenisnya.
Sampah dedaunan, misalnya, dibusukkan menjadi kompos. Sementara botol plastik dicacah dan dijual ke industri penampungan barang setengah jadi. Tak hanya Sutardi, Mahmudin (32) juga tertarik mengikuti program tersebut. Pedagang es kelapa itu berencana mengumpulkan botol plastik di pantai barat Pangandaran.
”Lumayan juga kalau harganya Rp 3.500 per kg. Sambil pulang berjualan sekalian ngumpulin botol plastik di pantai. Kalau serius, 1-2 bulan bisa nabung 1 gram emas,” ujarnya. Sutardi mengatakan, masih banyak wisatawan membuang sampah di sembarang tempat. Padahal, sampah yang berserakan di pantai akan terbawa air pasang dan mencemari lautan.
”Sampah terbawa ke laut sebelum diangkut petugas kebersihan. Semoga dengan program ini, warga tertarik mengumpulkan sampah karena ada manfaatnya,” katanya.
Percontohan
Pengurangan sampah, menurut Kamil, idealnya dimulai dari rumah tangga. Dengan demikian, beban tempat pembuangan akhir berkurang dan potensi pencemaran lingkungan bisa diminimalkan. ”Mesti dimulai dari perubahan gaya hidup dengan mengurangi produksi sampah masing-masing,” ujarnya.
Kamil menjadikan Pangandaran sebagai proyek percontohan program Memilah Sampah Menabung Emas di Jabar. Daerah itu merupakan kawasan wisata di pesisir selatan Jawa.
Kabupaten termuda di Jabar tersebut sedang menggencarkan promosi untuk mengejar target kunjungan 5 juta wisatawan tahun ini. Pemprov Jabar menganggarkan Rp 83 miliar untuk menata kawasan pantai timur dan barat Pangandaran agar menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Akan tetapi, pencemaran sampah masih menghantui upaya penataan pantai Pangandaran. Tak hanya mengotori pantai, sampah juga mencemari hasil tangkapan nelayan. Kamil mengatakan, bank sampah akan terus dibangun di sekitar kawasan wisata. ”Makanya, proyek percontohannya di Pangandaran untuk membuktikan sampah plastik yang dibuang ke laut bisa berkurang dengan program ini,” katanya.
Mengajak masyarakat memilah dan memanfaatkan sampah tidak mudah. Buktinya, walaupun tong sampah sudah dibedakan berdasarkan jenisnya, masih banyak orang tidak menghiraukannya.
Menurut Kamil, secara psikologis, orang Indonesia suka mengikuti sesuatu yang menawarkan hadiah. Oleh sebab itu, tabungan emas digunakan untuk memikat warga agar tertarik mengumpulkan sampah. ”Jadi, memilah sampah tak hanya mengubah gaya hidup lebih baik, tetapi juga mendapatkan hadiah dalam bentuk emas,” ucapnya.
Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pangandaran Abay Bayanullah mengatakan, pihaknya akan menyosialisasikan program Memilah Sampah Menabung Emas sampai ke tingkat desa. Hingga Juli 2019 terdapat 150 warga yang rutin menyetorkan sampah ke TPST.
”Selama ini, sampah yang telah diolah dijual kepada pengepul. Dengan diresmikannya bank sampah Sehate, harga penukaran sampah menjadi lebih tinggi karena tidak lagi melalui pengepul,” ujarnya.
Abay optimistis, semakin banyak warga sadar mengumpulkan dan menukarkan sampah. Tabungan emas menjadi daya tarik bagi masyarakat. ”Targetnya, setiap bulan bertambah 20-30 orang yang menukarkan sampah. Tidak hanya masyarakat setempat, tetapi juga dari tempat usaha, seperti hotel dan rumah makan,” tuturnya.
Senior Vice President PT Pegadaian Kantor Wilayah X Bandung Mufri Yandi mengatakan, selain mengajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan, pihaknya juga mendorong gerakan sadar investasi. Salah satu bentuk investasi adalah dengan menabung emas.
”Selain emas, memang masih ada investasi lain, seperti tanah dan rumah. Keunggulan investasi emas di Pegadaian bisa dibeli sedikit-sedikit. Bahkan, Rp 10.000 pun bisa,” ucapnya. Direktur Teknologi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono menuturkan, peserta program Memilah Sampah Menabung Emas juga berkesempatan mendapatkan tiket ibadah haji. Syaratnya, memiliki tabungan emas 3,5 gram.
”Kalau dalam bentuk uang, masyarakat butuh Rp 25 juta untuk mendaftar ibadah haji. Jadi, kami memfasilitasi agar lebih mudah, tetapi tetap ikut antrean masa tunggu,” katanya. Ajakan untuk memilah dan memanfaatkan sampah terus digaungkan. Tak selamanya sampah tidak berguna. Dengan program inovatif, sampah dapat diubah menjadi berkah.