JAKARTA, KOMPAS – Minimnya uji coba perlombaan ke luar negeri menjadi tantangan tim dayung Indonesia menuju SEA Games 2019 di Filipina. Tim “Merah Putih” harus menyiasati situasi ini agar dapat mencapai puncak prestasi pada pesta olahraga antar negara se-Asia Tenggara itu.
Pelatih dayung Indonesia Muhammad Suryadi menuturkan, uji coba kejuaraan sangat penting untuk mematangkan strategi perlombaan. Dengan minimnya kejuaraan yang diikuti, tim dayung harus berlatih maksimal terutama untuk memperbaiki kekurangan di garis start, mempertahankan kecepatan menjelang garis finish, serta untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan tubuh.
Tim perahu naga yang baru saja meraih gelar juara dunia di Thailand, misalnya, membutuhkan kejuaraan lain untuk menjaga performa mereka. Tim perahu naga sebenarnya berencana mengikuti kejuaraan di China, Makau, dan Thailand, sebagai uji coba perlombaan menjelang SEA Games 2019. “Tetapi, dari tiga ajang tersebut hanya Kejuaraan Dunia Perahu Naga 2019 di Pattaya, Thailand, yang dapat terealisasi,” ujar Suryadi, saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (1/9/2019).
Dalam Kejuaraan Dunia Perahu Naga di Pattaya, Thailand, 20 – 25 Agustus 2019, tim “Merah Putih” menurunkan 31 atlet, antara lain Muhamad Yunus, Muhammad Fajar Faturahman, Andri Agus Mulyana, Anwar Tarra, Mugi Harjito, Maizir Riyondra, Spen Stuber Mehue, Ririn Puji Astuti, Astri Dwijayanti, Ayuning Tika Vihari, Fajriah Nurbayan, Emeliana Dean, dan Masripah.
Dengan kekuatan itu, Indonesia berhasil merebut dua keping emas, tiga perak, dan dua perunggu. Medali emas berasal dari nomor 22 pedayung campuran jarak 1.000 meter dan 12 pedayung putra jarak 200 meter. Tiga keping perak disumbangkan nomor 22 pedayung campuran jarak 500 meter, 22 pedayung campuran jarak 200 meter, dan 12 pedayung putra jarak 500 meter. Perolehan dua perunggu dari 12 pedayung putri jarak 500 meter dan 22 pedayung campuran jarak 200 meter.
Keberhasilan tim perahu naga di Kejuaraan Dunia merupakan yang pertama setelah 22 tahun tim Indonesia absen dari ajang ini. Hasil ini juga melewati target perolehan satu keping emas. Atas prestasi ini, Menpora Imam Nahrawi memberikan bonus penghargaan kepada pedayung-pedayung kebanggaan Indonesia berupa uang total Rp 3.700.500.000 di Waduk Jatiluhur, Jabar, Jumat (30/8/2019).
Menurut Suryadi, prestasi tim perahu naga di Kejuaraan Dunia merupakan buah dari pembinaan prestasi jangka panjang. Sebelumnya, tim perahu naga Indonedia juga meraih tiga keping emas dan tiga perak pada ajang Asian Games Ghuangzhou 2010 di China. Namun, perahu naga tidak dimainkan di Asian Games Incheon 2014. Sedangkan di Asian Games 2018, perahu naga memperoleh dua perak dan satu perunggu.
Di tingkat Asia Tenggara, pedayung-pedayung Indonesia juga cukup diandalkan karena sukses memperoleh dua emas di Singapura 2015. Namun, pedayung Indonesia harus mengubur mimpi mempertahankan perolehan medali karena cabang dayung tidak dimainkan di Kuala Lumpur 2017. Barulah di Manila 2019, dayung akan kembali dimainkan dengan 18 nomor lomba rowing, perahu naga, kano/kayak.
Target besar
Suryadi mengatakan, meski dayung tidak selalu dimainkan pada ajang olahraga multicabang, tetapi pembinaan berjalan terus menerus. “Dimainkan atau tidak dimainkan, kami coba menerapkan pembinaan jangka panjang karena kami membidik prestasi yang lebih tinggi. Setelah sukses di Asian Games 2018, misalnya, kami ingin mempertahankan medali di Asian Games 2022. Demikian juga kami ingin lolos Olimpiade Tokyo 2020 dan Paris 2024,” ujar Suryadi.
Pelatnas dayung Indonesia sempat terkendala masalah anggaran yang berlarut-larut. Tim dayung Indonesia mengusulkan anggaran Rp 36 miliar untuk kebutuhan pelatnas disiplin kano/kayak, rowing, dan perahu naga. Namun, Kemenpora hanya sanggup memberikan anggaran Rp 12 miliar. Oleh karena itu, tim dayung melakukan penghematan mulai dari mengurangi jumlah atlet hingga membatasi keikutsertaan kejuaraan di luar negeri.
Saat ini, sebanyak 64 pedayung perahu naga dan kano/kayak berlatih di pelatnas dayung di Waduk Jatiluhur, serta 78 pedayung nomor rowing berlatih di Situ Cileunca. Nantinya, sebanyak 32 pedayung perahu naga serta 11 pedayung kano/kayak akan membela Indonesia di SEA Games. Dari 18 nomor yang dimainkan pada nomor rowing, kano/kayak, dan perahu naga, tim Indonesia menargetkan bisa memperoleh sembilan emas.
Imam Nahrawi mengatakan, keberhasilan tim perahu naga merupakan bukti bahwa Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional. “Kalau Amerika Serikat saja bisa kita kalahkan, saya yakin di SEA Games dapat memperoleh prestasi yang lebih baik," kata Imam merujuk pada hasil final nomor 22 pedayung campuran jarak 1.000 meter pada Kejuaraan Dunia, di mana tim Amerika Serikat meraih perak.
Pedayung asal Papua, Spen Stuber Mehue, mengucapkan terima kasih atas apresiasi bonus dari pemerintah. "Terima kasih atas perhatian pemerintah yang luar biasa, ini semakin memotivasi kami semua," ujar Spen.