Situs Lahan Basah Dunia di Sulawesi Tenggara Terbakar
Situs lahan basah dunia di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, kembali dijilati api. Lebih dari 200 hektar lahan gambut di daerah itu terbakar selama sepekan terakhir.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KOLAKA TIMUR, KOMPAS — Situs lahan basah dunia di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, kembali dijilati api. Lebih dari 200 hektar lahan gambut di daerah itu terbakar selama sepekan terakhir.
Lahan gambut ini telah ditetapkan sebagai Situs Ramsar sejak 2011. Situs Ramsar adalah kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah dunia.
Penetapannya merujuk pada Konvensi Ramsar, perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Lokasi lahan gambut bernilai ekologi tinggi itu berbatasan dengan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Puluhan petugas gabungan terus memadamkan api yang membakar lahan gambut di sejumlah desa di Kecamatan Lalolae, Kolaka Timur, hingga Senin (2/9/2019) sore. Di Desa Wesalo, asap terus membubung dari lahan gambut yang terus terbakar. Lokasi itu berdekatan dengan lahan sawit milik sebuah perusahaan. Sejumlah kanal terlihat telah dibuat di lokasi ini.
Kepala Operasi Manggala Agni Sulawesi Tenggara Yanuar Fanca Kusuma menyampaikan, areal kebakaran lahan mencapai lebih dari 200 hektar. Lokasinya terjadi di wilayah masyarakat dan lahan gambut hutan produksi terbatas. Kebakaran telah berlangsung sejak Senin pekan lalu dan hingga kini terus meluas. Sejak beberapa tahun terakhir, kawasan hutan gambut itu terus terbakar.
”Hari ini cakupan kebakaran diperkirakan melampaui 200 hektar. Sebelumnya hanya beberapa titik, sekarang telah menyebar dan merata,” ucap Fanca.
Tim gabungan, tambah Fanca, terus bekerja memadamkan api. Namun, sumber air yang jauh dari lokasi lahan terbakar serta jenis vegetasinya menyulitkan pemadaman di kawasan itu. Selain itu, lanjutnya, cuaca panas menyengat dan tiupan angin membuat api cepat menyebar. Terik matahari juga memicu kondisi fisik puluhan anggota pemadam api cepat menurun.
Sumber air yang jauh dari lokasi lahan terbakar serta jenis vegetasinya menyulitkan pemadaman di kawasan itu. Terik matahari juga memicu kondisi fisik puluhan anggota pemadam api cepat menurun.
”Kemungkinannya kecil jika kebakaran ini dipicu faktor alam,” ucapnya ketika ditanya penyebab kebakaran.
Kepala Bidang Perlindungan dan Pengawasan Hutan di Dinas Kehutanan Sultra Sahid menuturkan, pemantauan dan penanganan sementara terus dilakukan. ”Kami masih menunggu laporan terkait dengan pemadaman dan lokasinya untuk memastikan apakah lokasi itu telah menjadi kawasan hutan produksi terbatas,” ujarnya.
Empat kabupaten
Selain di Kolaka Timur, kebakaran lahan juga terjadi di tiga wilayah lainnya, yaitu Kabupaten Konawe Selatan, Konawe, dan Kota Kendari. Fanca menambahkan, pihaknya terus bekerja memadamkan lahan di sejumlah lokasi itu. Namun, selain terkendala cuaca, kurangnya personel juga membuat pemadaman sulit dilakukan.
”Per hari ini, kebakaran lahan sudah terjadi di empat kabupaten. Kami masih menunggu pemerintah setempat menaikkan status kebakaran ini menjadi Siaga,” ujar Fanca.
Kami masih menunggu pemerintah setempat menaikkan status kebakaran ini menjadi siaga. (Yanuar Fanca Kusuma)
Edison (52), warga Desa Wesalo, Lalolae, menuturkan, asap kebakaran lahan telah menyebar di sejumlah desa. Hal itu membuat aktivitas warga terganggu karena asap yang tidak henti membubung.
”Kami berharap pemerintah bertindak cepat mengatasi kebakaran ini. Masyarakat terganggu dan beberapa sudah batuk-batuk. Apalagi kebakaran juga masuk di lokasi pertanian warga,” ucapnya.