BANDUNG, KOMPAS— Delapan orang tewas dalam kecelakaan beruntun yang melibatkan 20 kendaraan di Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi atau Purbaleunyi Kilometer 91 dari arah Bandung menuju Jakarta, Senin (2/9/2019), sekitar pukul 13.00. Disiplin pada aspek keselamatan berkendara di jalan tol diduga terabaikan oleh pengguna jalan sehingga kecelakaan fatal terus berulang.
Kecelakaan bermula saat truk pengangkut tanah yang dikemudikan Dedi Hidayat (45) melaju kencang di Tol Purbaleunyi yang menurun dari arah Bandung. Dedi diduga kehilangan kendali sehingga truk terguling di badan jalan tol. Lima kendaraan di belakang truk mencoba berhenti.
”Namun, ada truk kedua yang dikemudikan Subana (40) juga kehilangan kendali dan remnya blong. Truk itu menabrak kendaraan-kendaraan di depannya,” ujar Direktur Penegakan Hukum Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Pujiyono Dulrachman di lokasi kejadian, kemarin.
Tabrakan ini disusul tabrakan beruntun belasan mobil lainnya yang ada di belakang truk. Kecelakaan ini juga menyebabkan empat mobil terbakar.
Pengemudi truk, Dedi dan Subana, berangkat bersamaan dari Cianjur menuju Karawang, Jawa Barat.
Subana mengaku memacu truknya dengan kecepatan tinggi. Saat melintasi jalan menurun, dia kehilangan kendali dan tidak dapat mengontrol rem truknya. ”Dedi menyalip truk saya dengan kecepatan tinggi. Dia sempat menelepon dan bilang remnya blong. Saya hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Ternyata begini akhirnya (kecelakaan),” ujar Subana yang dirawat di RS MH Thamrin, Purwakarta.
Dedi meninggal. Selain Dedi, korban tewas lainnya adalah pengendara lain Endi Budiyanto (62), Iwan bin Nisin (34), dan Hendra Tjahjana (61). Selain mereka, ada empat korban tewas lainnya yang belum teridentifikasi karena mengalami luka bakar.
Selain menewaskan delapan orang, kecelakaan itu juga menyebabkan tiga orang luka berat dan 25 orang luka ringan. Korban dibawa ke RS MH Thamrin, RS Siloam Purwakarta, dan RS Bayu Asih.
Sementara itu, proses evakuasi kendaraan yang terlibat kecelakaan dan penyidikan di lokasi akan dilanjutkan hari ini. Saat evakuasi hingga Senin petang, terjadi kemacetan sepanjang 5 kilometer. Polisi pun menerapkan sistem lawan arah untuk mengurai kemacetan Pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ofyar Z Tamin menduga kendaraan melaju melebihi ketentuan batas kecepatan maksimal di jalan tol.
Selain kepatuhan terhadap batas kecepatan maksimal di jalan tol, pengendara juga harus menjaga jarak aman dan memperhitungkan waktu untuk merespons jika terjadi kecelakaan di depannya. ”Setidaknya dibutuhkan waktu 2-3 detik untuk bereaksi. Jika jarak kendaraan terlalu dekat, pengendara tidak punya waktu untuk menghindari kendaraan di depannya yang melambat secara mendadak,” ujarnya.
Hal senada disampaikan instruktur senior keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu. Berulangnya kecelakaan beruntun di ruas Tol Purbaleunyi Km 91 mengingatkan kembali pentingnya berkendara secara disiplin dan antisipatif di jalan tol.
Ia mengingatkan ruas Tol Purbaleunyi, terutama arah ke Jakarta, diwarnai turunan panjang yang sekaligus berbelok. ”Jika kendaraan melaju di jalur itu dengan kecepatan tinggi, momentumnya akan sangat tinggi dan akan melampaui batasan fisik kendaraan untuk dikendalikan,” ujarnya.
Dalam catatan Kompas, sejumlah kecelakaan terjadi di titik rawan di Km 91 sampai Km 104. Pertengahan Juni lalu, enam kendaraan terlibat kecelakaan beruntun di Km 95, dengan delapan orang luka-luka. Desember 2012, delapan orang tewas dan 34 orang luka-luka setelah bus pariwisata menyeruduk bagian belakang truk di Km 100. Pada 2011, enam orang tewas saat minibus sarat penumpang menabrak truk di Km 93. (MEL/TAM/DHF)