Sebuah pesawat terbang melintas di atas kumpulan pengunjuk rasa di luar Bandara Internasional Hong Kong, Minggu (1/9/2019). Rangkaian aksi unjuk rasa di Hong Kong memasuki bulan ketiga.
Hong Kong, Senin - Asosiasi Jaksa Hong Kong menuding kepolisian kota itu berbohong. Tudingan itu terkait penangkapan tokoh unjuk rasa Hong Kong, Joshua Wong, dan sejumlah orang lain sepanjang pekan lalu.
Ketua Asosiasi Penuntut Hong Kong William Wong menyatakan, polisi berbohong karena menyatakan penangkapan Wong dan kawan-kawan hanyalah kebetulan. “Masyarakat tidak bisa menerima penjelasan itu. Bila masalah itu dipersoalkan di persidangan, tidak juri atau pengadilan bisa menerima penjelasan polisi,” tulisnya dalam surat elektronik kepada seluruh pegawai Kementerian Kehakiman Hong Kong, Senin (2/9/2019).
Wong dan enam orang lain ditangkap pada Kamis dan Jumat pekan lalu. Penangkapan mereka terjadi menjelang unjuk rasa besar-besaran pada 31 Agustus 2019. Akibat penangkapan itu, sejumlah organisasi mengumumkan pembatalan unjuk rasa. Meskipun demikian, banyak orang Hong Kong tetap turun ke jalan sepanjang Sabtu dan Minggu.
REUTERS/TYRONE SIU
Aktivis pro demokrasi, Joshua Wong (tengah) dan Agnes Chow (kanan), tiba di Pengadilan Bagian Timur dengan kawalan polisi di Hong Kong, China, Jumat (30/8/2019). Keduanya ditangkap aparat kepolisian dengan tuduhan menggerakkan aksi unjuk rasa secara ilegal di Hong Kong.
William Wong meminta Kementerian Kehakiman memerintahkan kepada polisi untuk tetap jujur selama bertugas. Meskipun demikian, ia mengakui penangkapan itu tidak melanggar hukum. Walakin, sayang sekali polisi harus berbohong soal penangkapan menjelang unjuk rasa itu.
Kebohongan itu dikhawatirkan merusak sistem hukum Hong Kong yang amat bergantung pada integritas polisi Hong Kong. Dalam banyak kasus, polisi akan diajukan sebagai saksi dari kejaksaan. Para penuntut akan kesulitan mengajukan polisi sebagai saksi jika kepolisian pernah berbohong. Belum ada penjelasan kepolisian soal tudingan itu. Kepolisian malah mengumumkan telah menangkap 1.117 orang terkait rangkaian unjuk rasa di Hong Kong.
Dalam siaran pers pada Senin, Kepolisian Hong Kong mengumumkan penangkapan 159 orang. Mereka dituding terlibat berbagai pelanggaran terkait unjuk rasa sepanjang pekan lalu. “Hong Kong sekali lagi mengalami bencana sepanjang akhir pekan lalu,” kata Wakil Kepala Kepolisian Hong Kong Mak Chin-ho.
Meski telah banyak yang ditangkap, unjuk rasa belum kunjung surut. Sejak Senin pagi, pelajar dan mahasiswa di berbagai penjuru Hong Kong mogok belajar. Pagi hari, mereka berkumpul di sekitar sekolah. Sementara siang sampai sore, mereka beramai-ramai ke Taman Tamar dekat pusat pemerintahan Hong Kong.
AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA
Para pengunjuk rasa berkumpul di Taman Tama, Hong Kong, Senin (2/9/2019), dalam rangka menyerukan Hong Kong yang lebih demokratis. Ribuan pelajar berpakaian hitam ikut berunjuk rasa pada 2 September. Mereka memulai boikot sekolah dan universitas selama dua minggu.
Pelajar dan mahasiswa memulai mogok belajar pada hari pertama perkuliahan dan sekolah setelah libur panjang. Pemogokan direncanakan berlangsung selama dua pekan. “Saya tidak melewatkan pelajaran apa pun karena (pemogokan) ini juga bentuk belajar,” kata salah seorang mahasiswa pengunjuk rasa, Tommy.
Selama libur musim panas, sebagian mahasiswa dan pelajar ikut rangkaian unjuk rasa yang sudah berlangsung tanpa henti sejak Juni 2019. Menjelang akhir liburan, ajak mogok kuliah dan sekolah disebar lewat berbagai forum diskusi dunia maya.
Menteri Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung mengingatkan, kampus dan sekolah bukan tempat untuk membahas aspirasi politik atau menekan pemerintah. “Kami ingin menjaga sekolah tetap tenang, damai, dan terbit sebagai tempat belajar,” ujarnya.
Kericuhan
AFP/PHILIP FONG
Pengunjuk rasa melemparkan kembali tabung gas air mata ke arah polisi di Tseun Wan, Hong Kong, Minggu (25/8/2019), dalam bentrokan terbaru antara pengunjuk rasa dan polisi Hong Kong. Bentrokan kali ini disebutkan menjadi bentrokan paling keras.
Menteri Keamanan Hong Kong John Lee mengatakan, sedikitnya 100 bom Molotov dilemparkan sepanjang unjuk rasa pekan lalu. Pelakunya beragam, termasuk seorang remaja berusia 13 tahun. Anak yang tidak diungkap identitasnya itu dinyatakan ikut ditangkap.
Selain itu, ada banyak yang ditangkap karena diduga terlibat berbagai pelanggaran. Sebagian dari mereka ditangkap karena dituding ikut merusak fasilitas umum. Dalam berbagai rekaman video dan foto terlihat, sejumlah pengunjuk rasa merusak fasilitas di sejumlah stasiun kereta.
Ada pula pengunjuk rasa yang hanya ramai-ramai mendatangi stasiun dan terminal bus. Sebagian malah nekat berjalan kaki di jalan tol yang mengarah ke bandara. Tujuan mereka menghalangi orang-orang ke bandara. Otoritas bandara Hong Kong mengumumkan puluhan penerbangan dibatalkan. (*/AP/AFP)
