Perwira Sarjana Jangan Berkompetisi di Bidang yang Tak Dikuasai
Kepolisian Republik Indonesia melantik 75 perwira sumber sarjana di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (3/9/2019). Para perwira yang dilantik tersebut berasal dari berbagai latar belakang akademis.
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia melantik 75 perwira sumber sarjana di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (3/9/2019). Para perwira yang dilantik tersebut berasal dari berbagai latar belakang akademis. Mereka diminta untuk tidak berkompetisi di bidang yang tak dikuasainya.
Pelantikan para perwira sumber sarjana tersebut dilakukan langsung oleh Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri Komisaris Jenderal Arief Sulistyanto di Lapangan Bhayangkara Akademi Kepolisian. Dalam pelantikan tersebut hadir, antara lain, Gubernur Akademi Kepolisian Inspektur Jenderal Achmat Juri dan Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Inspektur Jenderal Aris Budiman.
Arief meminta para perwira yang baru saja dilantik memiliki tanggung jawab profesi sebagai polisi yang sesuai bidang keahlian kesarjanaannya. Polri, lanjut Arief, merekrut mereka berdasarkan bidang keahlian kesarjanaan yang dibutuhkan institusi kepolisian.
”Mereka berasal dari berbagai lantar belakang. Ada dokter, psikolog, hingga sarjana teknik informatika,” ujar Arief.
Jenjang karier yang bakal dimiliki oleh para perwira sumber sarjana ini cukup panjang. Tak menutup kemungkinan mereka juga bakal pensiun sebagai perwira tinggi Polri sebagaimana lulusan-lulusan Akademi Kepolisian. ”Beberapa perwira tinggi Polri saat ini ada yang berasal dari pendidikan perwira sumber sarjana seperti ini,” ujar Analisis Kebijakan Lemdiklat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Benny Setiawan.
Untuk itu, Arief meminta para perwira dari sumber sarjana ini agar berkompetisi sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Mantan Kepala Bareskrim Polri ini juga berpesan agar para perwira yang baru saja dilantik tersebut jangan berpikir untuk berkompetisi di bidang yang tak mereka kuasai.
”Jadi, kembangkan kemampuan dan keahlian serta berkompetisilah sesuai dengan kompetensi sehingga Polri akan memiliki ahli-ahli yang hebat untuk mampu menyelesaikan tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks. Janganlah berpikir untuk berkompetisi pada bidang lain yang tidak dikuasai karena memang bukan untuk bidang itu mereka direkrut menjadi seorang perwira Polri,” kata Arief.
Berbeda dengan perwira polisi lulusan Akademi Kepolisian, meski para perwira sumber sarjana ini setelah dilantik bakal menyandang pangkat inspektur dua, pendidikan yang mereka jalani tidak selama para taruna Akademi Kepolisian. Jika taruna Akademi Kepolisian dituntut menyelesaikan pendidikan selama empat tahun sebelum dilantik menjadi perwira polisi dengan pangkat inspektur dua, para perwira sumber sarjana ini hanya menjalani pendidikan selama 9 bulan di Akademi Kepolisian.
Kesarjanaan mereka dianggap telah memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi polisi fungsional sesuai latar belakang akademisnya. Dengan demikian, pendidikan selama sembilan bulan lebih diarahkan pada pembentukan mereka menjadi anggota Polri.
”Penutupan pendidikan dan pelantikan ini bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi justru merupakan langkah awal yang menandai perjuangan mereka dalam meniti karier sebagai perwira Polri dengan semua konsekuensi yang akan diterima dan dipenuhi selama masa bertugas. Mereka bakal berhadapan dengan berbagai dinamika, risiko, dan tuntutan tanggung jawab terhadap masyarakat, negara dan tentu kepada Tuhan,” ujar Arief.
Maka, selain berpesan agar para perwira ini kelak menjadi anggota polisi yang profesional, Arief juga menuntut mereka menjadi perwira polisi berintegritas. ”Berbagai aturan yang mengikat sikap dan perilaku, kode etik profesi dan kode etik perwira serta berbagai nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan internal Polri maupun dalam kehidupan masyarakat yang harus dipahami dan amalkan. Hal ini akan menjadi penuntun yang jelas dan tegas agar mereka sukses sebagai perwira Polri,” katanya.