Pemain bulu tangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan belum berpikir untuk pensiun, meski telah memperoleh gelar juara dunia sebanyak tiga kali. Ia pun bertekad untuk meraih gelar yang belum pernah dicapai, olimpia
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemain bulu tangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan belum berpikir untuk pensiun, meskipun telah memperoleh gelar juara dunia sebanyak tiga kali. Ia pun bertekad untuk meraih gelar yang belum pernah ia dapatkan yakni juara olimpiade.
Ahsan mengaku masih cukup kuat untuk bermain bulu tangkis. Ia pun membandingkan dirinya yang masih berumur 32 tahun dengan pasangannya Hendra Setiawan yang sudah berumur 35 tahun. “Saya kemarin baca statement Hendra sepertinya belum mau berhenti juga,” ujar Ahsan dalam acara pemberian bonus dari Djarum Foundation setelah menjuarai BWF World Championships 2019 di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Ia pun masih berharap dapat meraih gejar juara Olimpiade yang belum pernah diperolehnya. Karena itu, Ahsan berharap dapat lolos kualifikasi Olimpiade 2020 di Tokyo. Namun, dalam waktu dekat ia akan fokus pada China Open 2019 pada September ini.
Untuk meraih gelar juara dunia ketiga pada ajang BWF World Championships 2019 di Bassel, Swiss, Ahsan mengaku sempat susah tidur ketika sudah memasuki babak semifinal dan final. Ia melihat pasangan ganda putra lainnya Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang kandas pada penampilan perdana melawan pasangan asal Korea Selatan Choi Solgyu/Seo Seung-jae.
Kekalahan tersebut membuatnya menjadi gugup dan selalu terbayang-bayang lawan yang akan dihadapinya jelang pertandingan. Selama pertandingan final, ia terus merasa tegang. Namun, Ahsan berusaha untuk tetap fokus hingga akhirnya ia dapat mengalahkan pasangan Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayoshi dengan tiga set 25-23, 9-21, dan 21-15.
Pelatih ganda putera Indonesia Herry Iman Pierngadi melihat Ahsan masih memiliki tenaga yang kuat untuk terus bertanding. “Saya lihat ia masih kuat bertanding, tetapi ia harus pintar dalam mengatur pola hidup sehari-hari mulai dari pagi sampai malam,” ujar Herry.
Menurut Herry, meskipun Ahsan dan Hendra sudah tidak lagi muda sehingga kekuatan fisik mereka mulai menurun, tetapi mereka memiliki kematangan dalam teknik. Mereka memiliki ketenangan dan mampu menjaga tempo permainan. Hal tersebut menjadi keunggulan atlet senior yang tidak dimiliki oleh atlet muda yang masih memiliki energi yang lebih besar.
Herry melihat Ahsan dan Hendra masih memiliki semangat yang tinggi untuk bertarung di lapangan. Mereka memiliki motivasi yang tinggi dan tidak mau kalah dengan pemain yang lebih muda.
Herry mengaku pernah mendengar keinginan Ahsan dan Hendra untuk beralih profesi menjadi pelatih. Menurut Herry, kedua pemain tersebut memiliki modal yang besar untuk menjadi pelatih. Namun, mereka perlu melewati banyak proses sebab untuk menjadi pelatih harus dapat dicontoh ketika berada di dalam maupun di luar lapangan.
“Sehebat apapun pemain itu, kalau belum melatih, itu saya rasa belum komplet. Harus ada tahapan yang dilalui,” ujar Herry.
Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Hartono mengatakan, Ahsan memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaannya. Ia tidak pernah menyerah meskipun umurnya tidak lagi muda. “Semoga Ahsan dapat lebih sukses lagi sebelum gantung raket,” tutur Victor.
Ia pun mengharapkan Herry untuk membantu Ahsan dan Hendra agar masih bisa berprestasi. Victor ingin pada final Olimpiade 2020 akan diisi oleh pasangan Kevin/ Marcus dan Ahsan/Hendra yang saat ini berada di peringkat 1 serta 2 dunia.