JAKARTA, KOMPAS – Lintasan lari jarak pendek SEA Games 2019 di Filipina dipastikan tidak akan dilalui oleh pelari tercepat Asia Tenggara saat ini, Lalu Muhammad Zohri. Pasalnya, PB PASI memutuskan Zohri untuk fokus ke kejuaraan level dunia, sedangkan SEA Games akan menjadi ajang mematangkan atlet-atlet remaja dan yunir sebagai bagian dari program regenerasi.
”Zohri itu levelnya sudah dunia. Dia tidak perlu lagi lomba di level Asia Tenggara. Dia akan difokuskan ke seri kejuaraan dunia dan Olimpiade. Untuk SEA Games, biarlah yang muda-muda (atlet remaja dan yunior) yang turun. Supaya yang muda-muda itu tambah pengalamannya dan bisa menjadi pelapis Zohri nanti,” ujar Ketua Umum PB PASI Bob Hasan dalam konferensi pers di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Untuk sekarang, saya ingin mencetak 10-20 orang Zohri baru
Bob mengatakan, ada yang salah dalam pembinaan olahraga nasional selama ini, termasuk di cabang atletik. Di nomor lari jarak pendek misalnya. Indonesia selalu hanya punya satu atlet elit untuk satu periode, seperti Mohammad Sarengat di era 1960-1970-an, Purnomo di era 1970-198-0an, Mardi Lestari di era 1980-1990-an, dan Suryo Agung Wibowo di era 2000-an.
”Semua atlet elit itu tidak pernah punya pelapis yang setara mereka,” tegas Bob.
Belajar dari kesalahan masa lalu, Bob menuturkan, dirinya ingin mulai fokus pada pembinaan atlet remaja dan yunior. Tujuannya, agar atletik punya banyak stok atlet yang saling melapisi dan punya prestasi berkelanjutan.
”Untuk sekarang, saya ingin mencetak 10-20 orang Zohri baru. Supaya kita tidak hanya bergantung pada Zohri sendiri,” tutur Bob.
Untuk mencapai target itu, Bob mengutarakan, dirinya menginstruksikan para pelatih pelatnas untuk selalu berkoordinasi dengan pelatih daerah. Jika ada info atlet berbakat dari daerah, Bob ingin pelatih pelatnas memantau langsung dan menariknya ke pelatnas bila memang atlet tersebut punya potensi besar.
Selain itu, Bob ingin memberikan jam terbang internasional lebih banyak untuk atlet-atlet remaja maupun yunior. Nantinya, PB PASI akan lebih sering mengirim atlet-atlet remaja untuk tampil di kejuaraan-kejuaraan regional, seperti SEA Games. ”Untuk atlet senior atau elit yang punya prestasi tingkat Asia, mereka tidak boleh turun level ikut kejuaraan lebih rendah dari tingkat Asia melainkan harus fokus di level Asia hingga dunia,” ujar Bob.
Tanpa target
Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung menyampaikan, pihaknya akan menurunkan 35 atlet untuk 22 nomor perlombaan pada SEA Games 2019. Lebih dari 50 persen atlet tersebut adalah atlet remaja dan yunior. ”Hampir setiap nomor, ada dua atlet dengan komposisi satu senior dan satu remaja atau yunior,” katanya.
Saya tidak minta medali dari mereka. Saya ingin mereka nambah pengalaman supaya bisa lebih baik nanti
Dengan menurunkan sebagian besar atlet remaja dan yunior, Bob menegaskan, pihaknya tidak memasang target di SEA Games 2019. Bagi PASI, yang lebih penting adalah menambah jam terbang internasional untuk atlet remaja dan yunior. ”Saya tidak minta medali dari mereka. Saya ingin mereka nambah pengalaman supaya bisa lebih baik nanti,” tutur Bob.
Pada awal 2019, Manajer Pelatnas PB PASI Mustara Musa mengungkapkan, pihaknya dituntut pemerintah untuk mempertahankan raihan lima emas, tujuh perak, dan tiga perunggu yang diraih cabang atletik pada SEA Games 2017 di Malaysia. Dengan raihan itu, tim atletik Indonesia duduk di peringkat keempat dari 11 negara yang berpartisipasi.
Terkait instruksi Ketua Umum PB PASI, pelatih dan atlet siap jika memang kebijakan menerjunkan atlet remaja ataupun yunior itu diterapkan pada SEA Games 2019. Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, pihaknya akan mengandalkan atlet senior Eko Rimbawan dan atlet yunior Adit Rico Pradana di nomor 100 meter, 200 meter, dan estafet 4x100 meter.
Catatan waktu terbaik Eko adalah 10,48 detik di final 100 meter Grand Prix Asia 2019 di Chongqing, China. Sementara itu, catatan waktu terbaik Adit Rico adalah 10,56 detik ketika meraih emas 100 meter yunior Kejuaraan Nasional Atletik 2019. Jika dibandingkan catatan waktu para peraih medali 100 meter SEA Games 2017, Eko maupun Adit Rico masih sulit untuk meraih medali di SEA Games 2019.
Dua tahun lalu, peraih emas 100 meter adalah pelari Malaysia Khairul Hafiz Jantan dengan waktu 10,38 detik, perak oleh pelari Filipina Eric Shauwn Cray 10,43 detik, dan perunggu oleh pelari Thailand Kritsada Namsuwun 10,43 detik.
”Dengan waktu tiga bulan sebelum SEA Games 2019, saya yakin Eko maupun Adit Rico bisa berkembang dan bisa meraih medali di SEA Games nanti,” ujar Eni optimistis.
Adapun Adit Rico bangga jika memang diturunkan di SEA Games 2019. Ia tidak akan terbebani dengan status menjadi pengganti Zohri, melainkan menjadikan itu motivasi untuk membuktikan diri dia pantas. ”Saya akan berusaha sebaik mungkin di SEA Games nanti. Paling tidak, sekarang, saya akan berusaha membenahi semua kekurangan yang masih ada, seperti teknik berlari yang belum baik, angkat paha yang masih rendah, koordinasi yang belum kuat, dan daya tahan yang belum optimal,” kata pelari asal Semarang, Jawa Tengah itu.