Perubahan Daftar Perguruan Tinggi Negeri Favorit (1)
Untuk pertama kali dalam lima tahun terakhir, daftar perguruan tinggi negeri favorit dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri berubah. Perguruan tinggi negeri yang sebelumnya menjadi incaran kini tergantikan.
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Untuk pertama kali dalam lima tahun terakhir, daftar perguruan tinggi negeri favorit dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri berubah. Perguruan tinggi negeri yang sebelumnya menjadi incaran kini tergantikan. Mengapa perguruan tinggi negeri yang sebelumnya begitu diminati kini tak lagi dibidik oleh banyak peserta SBMPTN?
Merujuk data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, sejak 2015 hingga 2018, Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia secara bergantian menjadi perguruan tinggi negeri (PTN) dengan jumlah pendaftar terbanyak di Indonesia. Kedua PTN diminati oleh banyak pendaftar dari program studi ilmu sains dan teknologi (saintek) ataupun ilmu sosial dan humaniora (soshum).
Pada tahun 2018, misalnya, Pendidikan Dokter Universitas Padjadjaran menjadi salah satu program studi terfavorit untuk jurusan saintek dengan jumlah pendaftar 6.513 orang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan PTN lain untuk program studi yang sama, seperti Universitas Gadjah Mada (4.444), Universitas Brawijaya (4.085), dan Universitas Airlangga (3.805).
Di bidang soshum, Universitas Padjadjaran juga menjadi primadona. Ilmu hukum merupakan salah satu program studi dengan jumlah pendaftar terbanyak pada 2018, yaitu 5.898 orang. Jumlah ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan pendaftar di perguruan tinggi negeri lain, seperti Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta (2.826), Universitas Sriwijaya (2.403), dan Universitas Syiah Kuala (2.200).
Menjadi perguruan tinggi negeri yang diminati banyak calon mahasiswa dialami pula oleh Universitas Indonesia. Pada program studi Ilmu Psikologi, misalnya, jumlah pendaftar tahun 2018 mencapai 4.271 orang. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah pendaftar di perguruan tinggi negeri lain, seperti Universitas Diponegoro (3.388), Universitas Gadjah Mada (3.925), dan Universitas Brawijaya (2.714).
Di bidang saintek pun demikian. Salah satu program studi di UI yang diminati banyak calon mahasiswa adalah sistem informasi. Pada 2018, jumlah pendaftar program studi ini mencapai 2.467 orang, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendaftar di PTN lain, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (1.889), Universitas Andalas (1.771), dan Universitas Airlangga (1.020).
Situasi berbeda terjadi tahun ini. UI dan Unpad tak lagi menjadi PTN terfavorit jika melihat jumlah pendaftar dalam SBMPTN. Bahkan, keduanya terlempar dari posisi lima besar PTN dengan jumlah pendaftar terbanyak.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Universitas Brawijaya menjadi satu-satunya PTN yang berhasil bertahan pada posisi lima besar SBMPTN 2019. Adapun UI, UGM, Unpad, dan Universitas Hasanuddin tak lagi masuk lima besar PTN dengan pendaftar terbanyak.
Universitas Brawijaya pertama kalinya dalam lima tahun terakhir menjadi PTN dengan jumlah pendaftar terbanyak di Indonesia, yaitu 55.871 orang. Jumlah ini meningkat 58,5 persen dibandingkan dengan tahun 2018.
Hal yang menarik, terdapat beberapa PTN baru yang masuk lima besar, yaitu Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, dan Universitas Negeri Semarang.
Universitas Sebelas Maret pernah menduduki peringkat lima besar pendaftar terbanyak pada 2016 dan 2017. Adapun tiga universitas lainnya baru pertama kali masuk lima besar PTN dengan pendaftar terbanyak dalam lima tahun terakhir.
Jika menilik lebih jauh pada peringkat 10 besar PTN dengan pendaftar terbanyak di SBMPTN 2019, ada beberapa perguruan tinggi negeri yang menyodok ke peringkat teratas. Beberapa di antaranya adalah Universitas Jember, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Sumatera Utara. Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi?
Pola baru
Menurut Menristek dan Dikti Mohamad Nasir, perubahan pada daftar perguruan tinggi negeri favorit bisa terjadi karena ada perubahan sistem SBMPTN pada tahun ini (Kompas, 10 Juli 2019). Perubahan pola pendaftaran mencakup sistem pendaftaran dan pilihan program studi.
Dari sistem pendaftaran, peserta SBMPTN tahun ini harus menjalani ujian terlebih dahulu sebelum memilih program studi. Sistem ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saat peserta memilih program studi sebelum mengikuti ujian.
Dalam proses ujian, peserta dapat mengikutinya sebanyak dua kali. Bagi pendaftar yang memilih program studi untuk satu bidang dan mengikuti ujian sebanyak dua kali, nilai tertinggi akan digunakan sebagai dasar memilih program studi di bidang itu. Sebagai contoh, seorang pendaftar memilih jurusan bidang soshum dan mengikuti dua kali ujian. Maka, nilai ujian yang tertinggi akan digunakan untuk mendaftar pada program studi pilihan.
Kondisi ini tak berlaku bagi peserta yang mendaftar pada dua bidang—soshum dan saintek. Para pendaftar harus mengikuti satu kali ujian pada setiap bidang. Akibatnya, pendaftar tidak dapat memilih nilai tertinggi untuk mendaftar di SBMPTN karena hanya memiliki satu kesempatan menjalani ujian.
Pada tahun ini, ujian dilakukan 20 sesi yang terbagi dalam dua gelombang. Peserta dapat memilih jadwal ujian yang sesuai. Hasil ujian akan diterima oleh peserta 10 hari setelah ujian berlangsung.
Sistem penilaian juga diterapkan berbeda. Sistem pemberian skor 4 untuk jawaban benar dan minus 1 untuk jawaban salah tidak lagi diterapkan sejak 2018. Kini, penilaian diberikan dengan memberi skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.
Selain itu, penilaian SBMPTN menerapkan metode Item Response Theory atau Teori Responsi Butir. Pada konsep ini, setiap soal akan dianalisis berdasarkan karakteristiknya. Soal-soal yang lebih sulit akan memperoleh bobot yang besar ketimbang soal yang lebih mudah.
Perubahan juga terdapat pada jumlah program studi yang dapat dipilih. Pada tahun sebelumnya, peserta dapat memilih tiga program studi. Namun, tahun ini peserta hanya dapat memilih dua program studi. Serangkaian perubahan ini akhirnya berdampak pada perubahan pola atau prioritas pemilihan universitas oleh para pendaftar. (Bersambung) (Litbang Kompas)