Sektor perumahan masih menarik bagi penyedia pembiayaan. Apalagi, masih ada kekurangan sekitar 11,4 juta unit rumah dan tambahan kebutuhan 800.000 unit rumah per tahun.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar/M Clara Wresti
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor perumahan masih menarik bagi penyedia pembiayaan. Apalagi, masih ada kekurangan sekitar 11,4 juta unit rumah dan tambahan kebutuhan 800.000 unit rumah per tahun.
Pengembang juga berupaya mencari dana di pasar modal untuk menggarap sektor ini.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ingin tetap memimpin pembiayaan perumahan, termasuk kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi.
Pelaksana Tugas Direktur Utama BTN Oni Febriarto Rahardjo, Selasa (3/9/2019), di Jakarta, mengatakan, ”Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah menjadi motor pertumbuhan BTN. Pada beberapa tahun terakhir terjadi pertumbuhan luar biasa. Sampai Juni, pertumbuhan KPR subsidi tinggi. Kami fokus ke sana lagi, sedangkan segmen lain jadi penopang,” tutur Oni.
Per Juli 2019, BTN menyalurkan pembiayaan perumahan untuk Program Sejuta Rumah sebanyak 503.974 unit dengan nilai Rp 43,64 triliun. Rinciannya, KPR sebanyak 135.893 unit dan kredit konstruksi 368.081 unit. Khusus untuk segmen subsidi, BTN menyalurkan pembiayaan perumahan sebanyak 111.823 unit dan dalam bentuk KPR 251.550 unit.
Khusus pembiayaan rumah subsidi berskema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), BTN mendapat tambahan kuota sebanyak 2.467 unit. Pada semester II-2019, penyaluran KPR subsidi diperkirakan 28.000 unit.
Dengan demikian, per Juli 2019, kredit dan pembiayaan BTN sebesar Rp 251,98 triliun atau tumbuh 18,03 persen secara tahunan.
Menurut Oni, meski kuota FLPP menipis, BTN menyiapkan produk KPR lain dengan bunga 7 persen. Adapun suku bunga KPR subsidi 5 persen.
Direktur Finance, Treasury, & Strategy BTN Nixon Napitupulu menambahkan, BTN menargetkan laba Rp 2,6 triliun pada tahun ini. Adapun dana pihak ketiga diproyeksikan tumbuh 11-13 persen.
Menurut Nixon, BTN akan memperbaiki proses dan biaya dana agar semakin murah, dengan cara mengefisienkan dan memperbesar porsi dana pihak ketiga ritel. Saat ini, sekitar 70 persen dana pihak ketiga BTN dari institusi.
Peluang
Daya tarik sektor perumahan membuka peluang bagi PT Nusantara Almazia Tbk, pengembang rumah menengah bawah. Perusahaan yang sudah menyediakan rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Kota Tangerang, Banten, sejak 2007 ini akan melepas saham perdana, yang dicatatkan sebagai efek syariah.
”Kami ingin memperluas layanan dengan mengakuisisi PT Serena Inti Sejati, pengembang di Karawang, yang juga fokus pada perumahan subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Komisaris Utama Nusantara Almazia, Ventje Rahardjo Soedigno, dalam paparan publik di Jakarta, Selasa. (NAD/ARN)