Daniil Medvedev menjadi harapan generasi petenis muda pada semifinal AS Terbuka 2019. Kerja kerasnya menekuni tenis secara profesional memberinya hasil cukup memuaskan musim panas ini.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA — Petenis Rusia Daniil Medvedev menjadi satu dari empat petenis yang tersisa pada semifinal turnamen tenis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Cara bermain yang tak lazim serta perubahan pola pikir dalam menjalani profesi membuat petenis berusia 23 tahun itu tampil untuk pertama kalinya dalam semifinal Grand Slam.
Medvedev, yang setahun lalu berada pada peringkat ke-36 dunia, menapaki posisi lima besar dunia sejak pertengahan Agustus. Dia bahkan bisa naik ke posisi keempat dunia jika membawa pulang trofi juara dari Flushing Meadows, New York.
”Peluang itu mungkin ada, tetapi, seperti saya sampaikan sejak awal turnamen, target saya adalah fokus dan menang pada setiap pertandingan. Dalam empat dari lima pertandingan yang telah dijalani, saya bisa saja kalah, tetapi karena fokus pada tiap pertandingan, saya bisa menang,” tutur Medvedev dalam laman resmi turnamen.
Medvedev melaju ke semifinal setelah mengalahkan juara AS Terbuka 2016, Stan Wawrinka, 7-6 (8-6), 6-3, 3-6, 6-1. Lawannya di semifinal adalah Grigor Dimitrov yang menghentikan lima kali juara, Roger Federer, 3-6, 6-4, 3-6, 6-4, 6-2.
Rasa khawatir Medvedev itu muncul karena dia bermain dalam kondisi cedera paha. Sejak set pertama, dia bahkan tak yakin bisa menyelesaikan pertandingan. ”Saya hampir saja mengundurkan diri. Namun, ketika unggul dua set, saya berpikir, tak mungkin mundur dalam posisi seperti itu. Saya pun mencoba merusak ritme permainan Stan,” ujar Medvedev.
Kemenangan ini menjadikan Medvedev sebagai semifinalis termuda AS Terbuka sejak Novak Djokovic pada 2010. Sebelumnya, hasil terbaik petenis yang juga hobi menonton sepak bola ini di turnamen Grand Slam adalah babak keempat Australia Terbuka 2019.
Final ATP
Medvedev juga untuk pertama kalinya memastikan lolos ke turnamen Final ATP. Turnamen yang akan berlangsung di London, Inggris, 10-17 November, ini hanya diikuti delapan petenis terbaik selama 2019. Medvedev mengikuti langkah Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer.
Tiket ini didapat berkat penampilan gemilang pada rangkaian turnamen menuju AS Terbuka, sejak Juli, hingga tiba persaingan di Flushing Meadows. Medvedev tampil pada final tiga turnamen beruntun, yaitu ATP Washington, Montreal Masters, dan Cincinnati Masters. Kalah pada final di Washington dan Montreal, dia juara di Cincinnati yang menjadi gelar pertamanya di ATP Masters 1000.
”Saya cukup terkejut dengan hasil pada musim panas ini. Inilah alasan saya bekerja keras selama hidup, terutama dalam 2,5 tahun terakhir. Saya berusaha menjadi lebih baik, selangkah demi selangkah,” katanya.
Pelatihnya selama lima tahun terakhir, Gilles Cervara, berpendapat, Medvedev adalah petenis yang tak takut mengambil risiko dengan cara bermain tak lazim. Saat melawan Adrian Mannarino pada babak ketiga Wimbledon 2018, Medvedev mengubah posisi berdirinya untuk servis setelah kehilangan dua set awal.
Dia menjauh dari area T seperti yang dilakukan petenis ganda. Melihat taktik itu, Cervara khawatir. Namun, cara tersebut ternyata berhasil membuat pertandingan berjalan lima set meski Medvedev tetap kalah.
”Melatih Daniil seperti melatih seniman. Apa yang dilakukannya sering tak lazim dan saya tak selalu mengerti apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya. Namun, terkadang saya harus membiarkan dia seperti itu,” tutur Cervara dalam laman resmi ATP.
Mengubah pola pikir
Kemajuan yang dialami Medvedev salah satunya berkat perubahan pola pikir. Medvedev semakin dewasa ketika menegaskan mendedikasikan hidupnya untuk tenis, sejak persiapan musim 2019. ”Saya berusaha lebih profesional, baik dalam tenis maupun dalam kehidupan di luar tenis,” ucapnya.
Itu diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya, Medvedev memiliki kebiasaan tidur pukul 03.00 sehari sebelum pertandingan. Dia tak peduli dengan akibat dari pola hidupnya itu saat bertanding.
Atlet yang bermain tenis sejak berusia enam tahun itu juga mengubah pola makan dengan menjalani diet gula. Padahal, Medvedev sangat menyukai makanan manis, seperti permen dan cokelat. Dia, bahkan, sering memakannya sebelum pertandingan.
Namun, ada satu momen, perbincangan dengan Gilles Cervara pada 2017, yang membuatnya pola pikirnya berubah. ”Saya bertanya kepadanya, kenapa saya harus serius bermain tenis? Mengapa saya harus bersikap profesional, padahal itu menuntut dedikasi dan kekuatan mental. Saya merasa telah melakukan semuanya, tetapi tak berhasil,” katanya.
Cervara pun hanya tertawa mendengar pertanyaan Medvedev. Kini, ketika Medvedev sampai pada tahap persaingan di level top dunia, Cervara balik bertanya kepada muridnya itu. ”Hai Daniil, kamu ingat apa yang pernah kamu tanyakan kepada saya? Bagaimana pendapatmu tentang pertanyaanmu itu saat ini?”
Medvedev berhasil membuat kejutan sejak tiga bulan terakhir. Namun, perjalanannya untuk kondisiten bersaing dengan para juara sejati, seperti Nadal, Federer, dan Djokovic, membutuhkan kerja yang lebih keras.
Dimitrov, misalnya, pernah disebut sebagai penerus Federer. Gaya mainnya yang mirip sang maestro membuatnya pernah dijuluki ”Baby Federer”. Akan tetapi, petenis Bulgaria itu gagal mempertahankan konsistensinya. Petenis peringkat ketiga dunia pada November 2017 itu saat ini hanya berada di urutan ke-78. (AFP/REUTERS)