Dengan penunjukan sebagai kardinal, kata Mgr Suharyo, diharapkan peran dan pelayanan gereja semakin luas terutama di Indonesia yang memiliki umat Islam terbesar di dunia serta keberagaman suku, agama, dan ras.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terpilihnya Mgr Ignatius Suharyo Pr sebagai kardinal dimaknai sebagai rasa syukur untuk Gereja Katolik di Indonesia dan bangsa Indonesia. Kebinekaan Indonesia menjadi perhatian Vatikan dan dunia karena Indonesia bisa menjaga harmonisasi antarumat.
Paus Fransiskus telah mengumumkan 13 kardinal baru di Vatikan setelah memimpin Doa Malaikat Tuhan di Gedung Palazzo Apostolico, Vatikan, Minggu (1/9/2019). Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dan kardinal terpilih lainnya akan dilantik dalam consistorium (Sidang Para Kardinal) pada 5 Oktober 2019. Para kardinal baru akan menerima topi merah sebagai tanda pengangkatan.
”Merah tanda kematian, tanda kemartiran. Ini adalah ketaatan mendasar sampai akhir. Saya terima penuh rasa syukur. Kehormatan ini adalah tanggung jawab yang harus dijaga. Jadi bukan kehormatan pribadi, tapi kehormatan negara dan bangsa. Ini penghargaan kepada kita semua, Gereja Katolik di Indonesia, dan bangsa Indonesia,” kata Mgr Ignatius Suharyo dalam jumpa pers di Gedung Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Dengan penunjukan sebagai kardinal, kata Mgr Suharyo, diharapkan peran dan pelayanan gereja semakin luas terutama di Indonesia yang memiliki umat Islam terbesar di dunia serta keberagaman suku, agama, dan ras.
”Pimpinan Gereja Katolik di Vatikan sangat menghargai harmoni kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya dalam lintas iman. Itu sungguh sangat dihargai, bahkan ada usaha bagi Vatikan untuk semakin memahami Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar. Namun, Islam Indonesia belum begitu dikenal di Eropa ketimbang Islam di Timur Tengah. Ada gerakan yang sangat jelas, saudara-saudara kita di Eropa ingin mengenal lebih baik Indonesia yang memiliki perbedaan,” ujar pria yang pernah menjadi Dekan Fakultas Teologi di Universitas Sahara Dharma, Yogyakarta, ini.
Selain itu, menurut Mgr Suharyo, terpilih sebagai kardinal juga merupakan penghargaan terhadap realitas kehidupan di Indonesia yang terus berupaya menjaga dan menghadapi tantangan harmonisasi kehidupan. Indonesia pun bisa menjadi tempat belajar bagi bangsa lain bahwa perbedaan itu tidak harus sama dengan perpisahan. Namun, perbedaan yang memperkaya sejarah. Gereja katolik di Indonesia harus terlibat dalam membangun kehidupan bangsa.
”Perhatian bukan tertuju pada saya, tetapi pada Gereja Katolik Indonesia dan kepada bangsa Indonesia. Itu simbolik yang dilakukan oleh Paus dengan menunjuk saya menjadi kardinal. Jika dipanggil, harus berangkat karena salah satu tugas adalah memberikan saran jika diminta dalam pelayanan baik gereja universal atau gereja setempat yang saya layani seperti Gereja Keuskupan Agung Jakarta,” lanjutnya.
Tidak hanya di Indonesia, kardinal terpilih dari Kuba, Guatemala, dan Republik Demokrasi Kongo juga menjadi perhatian untuk meluaskan peran dan layanan Gereja Katolik yang universal.
Pria kelahiran Sedayu, Yogyakarta, ini, mengatakan, sebelumnya banyak kardinal dari Eropa dan negara bagian utara. Sekarang semakin jelas ada internasionalisasi dewan di Vatikan. Hal ini merupakan keterlibatan gereja terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia, seperti isu lingkungan hidup, pengungsi, kemiskinan, dan dialog antar-imam. Salah satu yang diangkat adalah pimpinan untuk hubungan antaragama.
Anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Pastor Markus Solo SVD mengatakan bersyukur atas terpilihnya kardinal baru Mgr Ignatius Suharyo setelah Kardinal Julius Darmaatmadja SJ tidak aktif.
Bentuk perhatian
”Ini perhatian dari Paus terhadap Gereja Katolik Indonesia. Paus Fransiskus merangkul Indonesia dengan cara ini,” kata Pastor Markus Solo SVD (Kompas, 2/9/2019).
Dengan terpilihnya Mgr Suharyo sebagai kardinal, dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia sudah ada tiga orang Indonesia yang pernah dipilih sebagai kardinal, yaitu almarhum Kardinal Justinus Darmojuwono Pr, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, dan yang terbaru Mgr Ignatius Suharyo Pr.