PALEMBANG, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan gambut kembali menimbulkan kabut asap tebal di sebagian wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, Rabu (4/9/2019) pagi. Selain mengganggu jarak pandang, kabut asap juga mengancam kesehatan warga. Sementara upaya pemadaman belum efektif karena terkendala keterbatasan sumber air.
Kabut asap tebal terpantau di Palembang, Sumsel, dengan jarak pandang sekitar 1,5 kilometer dan kelembaban 90-96 persen. Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Bambang Benny Setiaji mengatakan, konsentrasi partikulat PM 10 yang tercatat di Stasiun Klimatologi Palembang pada pukul 00.00-07.00 menunjukkan kategori sedang dengan nilai 78-123 µgram per meter kubik. Sementara ambang batas tidak sehat adalah 150 µgram per meter kubik.
Dengan kondisi itu, warga diimbau berhati-hati dalam berkendara pada pukul 04.00-07.00 seiring menurunnya jarak pandang. Warga juga diminta menggunakan masker.
Kabut asap yang melanda Palembang ditengarai berasal dari kebakaran lahan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel. Pantauan satelit Lapan, kemarin, menunjukkan titik-titik panas di sebelah tenggara Palembang, meliputi Kecamatan Pampangan, Tulung Selapan, Cengal, Mesuji, dan Pematang Panggang. Semuanya di Ogan Komering Ilir.
Walakin, Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar menyangkal, kabut asap di Palembang berasal dari wilayahnya. ”Arah angin selalu berubah-ubah setiap waktu. Titik panas memang ada, tetapi jumlah kebakaran bisa kami tekan,” katanya. Di Kalteng, kabut asap menyelimuti Kota Palangkaraya, Sampit, dan Pulang Pisau. Kualitas udara bahkan tergolong tidak sehat. Kebakaran pun sulit dikontrol tim di lapangan.
Pantauan di Pulang Pisau, kebakaran lahan gambut terjadi di Desa Tanjung Taruna serta Maliku, Pandih Batu, dan sebagian besar Kecamatan Jekan Raya. Kebakaran juga terjadi di dekat permukiman Tampung Penyang, Palangkaraya. Kebakaran berdampak pada kabut asap tebal yang menutupi jalur trans-Kalimantan di Kecamatan Sabangau. Pengguna jalan pun terganggu. Selain jarak pandang yang kurang dari 100 meter, bau asap juga mengganggu pernapasan dan membuat mata perih.
Kebakaran lahan terpantau pula di sebagian Kalimantan Barat. Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, kebakaran setidaknya melanda 10 hektar lahan gambut di Pelang, Kabupaten Ketapang.
Direktur Eksekutif Walhi Kalbar Anton Widjaya menilai, kebakaran lahan yang masih terjadi menunjukkan, aspek pencegahan belum optimal. Pemangku kebijakan belum optimal memberdayakan publik untuk bersama-sama mencegah dan mengatasi kebakaran lahan. (RAM/IDO/ESA/FLO)